Poster-Poster Terbaik dari Women's March Jakarta
Semua foto oleh Arzia Tivany Wargadiredja.

FYI.

This story is over 5 years old.

Women's March Jakarta

Poster-Poster Terbaik dari Women's March Jakarta

Apakah kalian datang atau mendukung perjuangan hak-hak perempuan akhir pekan lalu?

Akhir pekan lalu lebih dari 1.000 orang turun ke jalanan Ibu Kota bersama-sama memperjuangkan hak perempuan serta kesetaraan gender. Pesertanya terdiri dari laki-laki, perempuan, hingga komunitas LGBTQ. Aksi Women's March Jakarta yang digelar Sabtu (4/3) adalah respons lebih awal dari publik Indonesia menyambut Hari Perempuan Sedunia yang dirayakan 8 Maret mendatang. Rute pawai yang digagas 33 organisasi swadaya ini dimulai dari Sarinah Jalan MH Thamrin menuju Taman Pandang Istana Negara.

Iklan

Pawai Women's March awal tahun ini banyak menyita perhatian media massa. Salah satu seri pawai yang diikuti jutaan orang terjadi simultan di beberapa negara, sehari setelah Donald Trump dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat. Aktivis perempuan sejagat mengecam Trump yang pernah melontarkan komentar seksis dan misoginis dalam siaran televisi maupun kampanyenya.

Seperti lazimnya pawai Women's March di negara lain, peserta aksi di Jakarta tempo hari juga mengusung banyak atribut unik serta poster-poster berisi pesan menohok. Pesan-pesan itu mengingatkan publik pentingnya keseteraan gender. Pasalnya, perempuan di Indonesia saat ini banyak mengalami beban ganda serta diskriminasi, mulai dari ranah pekerjaan hingga kekerasan domestik.

Berikut sepilihan poster terbaik dan wawancara kami dengan para peserta aksi Women's March di Jakarta akhir pekan lalu:

Indi (35), bersama putrinya Kiara (8) dan Diona (6)

"Tadi pas marching mereka lihat poster-poster dan nanya, "ini artinya apa, itu artinya apa?"  Penting anak-anak ikut supaya tahu aktivitas ini, karena mereka akan hidup di konteks yang sekarang. Lebih awal mereka tahu, lebih bagus."

Jessica (27), Karyawan Swasta

"Sign 'Biar kafir tapi Mikir' itu karena aku sendiri berasal dari komunitas yang minoritas, karena orang-orang memanggilku kafir hanya karena aku bukan dari mayoritas. Setidaknya aku bisa mikir, karena aku punya kesadaran. Aku bisa menyuarakan orang-orang yang tidak bisa menyuarakan aspirasinya. Goal utamanya adalah bisa mencapai kesetaraan atau at least sekarang stigma-stigma terhadap kaum-kaum minoritas, LGBT, atau kaum-kaum yang termarjinalkan bisa berubah. Saling merangkul menuju kesetaraan."

Iklan

Margianta (23), Mahasiswa

"Aku ikut pawai ini karena tujuan akhirnya tidak hanya berbicara soal perempuan, tapi juga menghormati kemanusiaan. Kita sepatutnya menjunjung tinggi kesetaraan. Aku menyepakati nilai-nilai tersebut. Ibuku menjadi orang tua tunggal sejak aku berumur 3,5 tahun. Dia mengalami pemerkosaan dalam perkawinan. Karena itulah, aku yakin harus ikut Women's March. Aku pernah bertanya ke ibu, 'kenapa aku harus dilahirkan, padahal ibu tidak bahagia dalam pernikahan?' Dia bilang 'ibu tidak akan bisa sekuat sekarang, menjadi orang tua tunggal tapi masih bisa mencari beasiswa untuk lanjut sekolah ke luar negeri kalau bukan karena kamu.' Ibu adalah sosok yang membuatku merasa lebih berdaya. Ibu adalah alasanku datang ke pawai ini."

Priscilla (18), Mahasiswa

"Ini pertama kalinya aku ikutan  march, kalau dilihat [di media sosial] kayaknya  march di luar negeri seru. Aku bikin poster ini karena banyak cowok Indonesia menganggap ibu rumah tangga hanya bisa ngurus anak. Padahal, banyak banget yang mesti dan bisa dilakukan. Aku harap cowok-cowok berhenti meremehkan ibu rumah tangga."

Rastra (21), relawan Lentera Sintas Indonesia

"'Lihatlah lebih dekat.' Feminisme itu engga cuma buat perempuan, tapi buat semua orang yang meyakini kesetaraan gender. Gue sebagai cowok juga merasa terkekang [oleh patriarki], katanya boys don't cry, kita harus selalu  strong dan engga emosional. Kan capek."

Iklan

Jihan (26), aktivis transgender

"Yang paling dibutuhkan transwoman itu identitas dirinya diakui sama negara. Karena, transwoman di Indonesia belum diakui banget sama masyarakat. Apalagi di pemerintah, Undang-Undangnya belum ada perlindungannya sama sekali."

Hannah (31), aktor

"Aku bahagia banget karena akhirnya ada Women's March di Indonesia. Pesan dari posterku ini intinya ingin menjelaskan jika sepanjang sejarahnya di Indonesia sudah banyak muncul sosok feminis yang dihormati masyarakat. Kita tahu kan ada banyak orang yang bilang feminisme tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Buat yang ngomong seperti itu, dapat salam nih dari Kartini, Cut Nyak Dien, dan Marta Christina Tiahahu. Aku berharap stigma negatif terhadap konsep 'feminisme' di negara kita berangsur-angsur hilang. Ada beberapa temanku, mereka laki-laki, yang kalau ditanya apakah mereka itu 'feminis' akan menjawab 'engga'. Tapi pas ditanya lagi, 'kalian setuju engga sama kesetaraan gender?' mereka menjawab 'iya'. Artinya kalian itu feminis bro."