Kami Menyambangi Wilayah Kartel Narkoba Paling Berbahaya di Meksiko

FYI.

This story is over 5 years old.

Narkoba

Kami Menyambangi Wilayah Kartel Narkoba Paling Berbahaya di Meksiko

Jurnalis VICE memperoleh akses menyaksikan produksi heroin di ladang tersembunyi milik Kartel Sinaloa.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Satu dekade telah berlalu sejak pemerintah Meksiko mulai memerangi gembong narkoba paling berkuasa di negaranya. Dan meski pemerintah telah meraih beberapa kesuksesan—terutama atas ekstradisi bos Sinaloa Cartel Joaqin "El Chapo" Guzman baru-baru ini—dampak sesungguhnya belum terasa di area Segitiga Emas Sierra Madre, sebuah wilayah yang terkenal memproduksi marijuana dan opium terbesar di Amerika Latin.

Iklan

Di pedalaman Pegunungan Sierra Madre, tanda-tanda kekuasaan kartel terlihat jelas. Misalnya, topi anak muda dengan angka 701 yang merujuk pada ranking yang pernah diduduki Chapo pada daftar miliader Forbes. Landasan terbang rahasia melintang di sekitar hutan. Salib-salib menandai lokasi pembunuhan anggota kartel.

VICE News berkunjung ke ladang tersembunyi dalam wilayah kekuasan kartel Sinaloa untuk melihat bagaimana produsen narkoba ternyata masih saja leluasa beraktivitas, terlepas dari persebaran militer Meksiko dan miliaran dana pemerintah AS untuk memberantas narkotika. Pengedar narkoba Meksiko  gesit merespon menambah pasokannya, di tengah semua tekanan.

Kini para petani klandestin di seantero Meksiko menanam opium lebih banyak dari sebelumnya. Pemerintah AS memperkirakan produksi opium meningkat dua kali lipat selama lima tahun terakhir. Bos kartel Sinaloa mengatakan harga getah opium—bahan mentah yang digunakan untuk membuat heroin—menjadi semakin mahal satu dekade terakhir. Dari awalnya di kisaran Rp6.700.000 per kilo, sekarang melonjak hingga tiga atau empat kali lipatnya.

Walay ada peningkatan harga, menurut sang bos, kartel mengalami kesulitan menanam opium untuk menyamai besarnya permintaan heroin dari AS.

Menurut World Drug Report terbitan PBB, angka pengguna heroin di AS saja mencapai sekitar 1 juta pecandu pada 2014, hampir tiga kali lipat dari satu dekade sebelumnya.

Iklan

Kemampuan kartel merespon epidemi heroin di AS sangat mencengangkan. Sebagai bagian kampanye melawan kartel, pihak militer gabungan Meksiko dan AS sering ditugaskan menghancurkan ladang narkotika.

Penyergapan semacam itu semestinya memotong keuntungan kartel. Ditambah lagi fakta penangkapan gembong narkoba seperti El Chapo—pemimpin tertinggi Kartel Sinaloa— mestinya melemahkan jaringan penyelundupan narkotika.

Faktanya, setelah penangkapan El Chapo, organisasi yang dia bangun masih bertahan. Pegunungan di wilayah Segi Tiga Emas Meksiko sangat luas. Para kartel membuat kamuflase untuk menyamarkan ladang opium, sehingga sulit dideteksi lewat pemindaian udara.

Penyergapan opium tak lebih dari aksi simbolis, kata penghuni ladang milik Kartel Sinaloa. Sebagaimana penangkapan El Chapo, perdagangan narkoba tidak akan berakhir hanya karena terjadi penyerangan rutin oleh aksi gabungan militer dan polisi.

Pegunungan Sierra Madre terbentang sejauh mata memandang, di dekat ladang opium itu. Komunitas-komunitas yang menanam opium sangat terpencil, seringkali membutuhkan berjam-jam untuk diakses dengan kendaraan darat.

Ladang opium dijaga orang-orang bersenjata berat dari Kartel Sinaloa.

Kira-kira dibutuhkan 10 kilogram goma—getah opium—untuk membuat satu kilogram heroin. Menurut bos petani opium lokal, satu kilo goma dapat dijual senilai Rp20juta - Rp27juta—tiga hingga empat kali lipat dibandingkan harga satu dekade lalu.

Iklan

Bos kartel lokal membawa senapan AR-15 dan .38-kaliber pistol berlapis emas. Jaksa federal di AS mengklaim El Chapo juga membawa senapan AK-47 berlapis emas sebelum bebas.

Perkakas kayu seperti dalam video di atas, digunakan untuk mengiris pucuk tanaman opium.

Landasan terbang rahasia ini yang mengorbankan sebagian lahan hutan, adalah bagian vital bagi operasi Kartel Sinaloa, yang memudahkan organisasi narkoba itu memindah para pekerja dan produk keluar dari area terpencil ini.

Semua foto oleh Darren Foster.