FYI.

This story is over 5 years old.

Tekno

Amnesti Internasional Mengatakan Bahwa Snapchat Mengancam Hak Asasi Manusia

Amnesti Internasional memperingatkan bahwa hampir semua app favorit anda tidak menawarkan perlindungan privasi yang seharusnya dilakukan.
Foto via akun Flickr Maurizio Pesce

Apapun yang terjadi dalam Snapchat, akan selamanya tinggal di Snapchat. Messaging app adalah kandang dari pergosipan, nyolotin orang, curhat gebetan, dan tempat berbagi meme—namun semua buah pikiran penuh emoji yang anda post ketika sedang mabuk tidak seharusnya dilihat dunia luas. Sayangnya, Amnesti Internasional baru saja laporan yang menyatakan bahwa kebanyakan messaging app tidak menawarkan perlindungan enkripsi dan privasi yang paling dasar sekalipun. Nyatanya, kegagalan jasa messenger popular dalam menjaga privasi konsumer sudah merupakan bentuk resiko pelanggaran HAM.mengeluarkan

Iklan

Amnesti Internasional menaksir 11 perusahaan app terpopuler yang bisa ditemukan di smartphone setiap orang dan menyusun daftar peringkat berdasarkan komitmen mereka dalam menjaga privasi konsumer. Batas minimum penilaian app-app ini adalah ada-tidaknya enkripsi end-to-end yang membuat data pesan tidak terbaca oleh siapapun kecuali pengirim dan penerima pesan. Hasilnya? Hanya Apple iMessage, WhatsApp, Facetime, Line, Google Duo dan Viber yang menggunakan enkripsi end-to-end dalam settingan awal mereka.

Di saat yang sama, perusahaan seperti Snapchat, Skype, Google Hangouts, WeChat dan Blackberry Messenger tidak menawarkan enkripsi end-to-end sama sekali. Facebook Messenger dan Google Allo menawarkan enkripsi end-to-end biarpun tidak dalam settingan awal mereka.

Amnesti Internasional mengatakan bahwa biarpun banyak dari perusahaan-perusahaan ini mengaku berkomitmen untuk menjaga privasi para penggunanya, nyatanya mereka bahkan tidak menegakkan nilai-nilai dasar yang mereka sokong.

"Jika anda pikir jasa teks messaging itu sifatnya pribadi, maka bersiaplah untuk terkejut. Faktanya, komunikasi kita selalu terancam oleh adanya penjahat cyber dan spionase pemerintah. Yang mengalami resiko paling besar adalah orang-orang muda yang sering berbagi informasi dan foto pribadi lewat app seperti Snapchat," kata Sherif Elsayed-Ali, Kepala dari Tim HAM dan Teknologi Amnesti Internasional.

Kenapa juga organisasi HAM peduli tentang Snapchat? Amnesti Internasional mengatakan bahwa mereka mengkhawatirkan para pejuang HAM dan jurnalis yang menggunakan jasa-jasa messenger di telepon dan komputer mereka. Laporan Amnesti Internasional mengatakan bahwa hak privasi dan kebebasan berekspresi adalah isu global yang semakin penting, apalagi seiiring dengan meningkatnya penggunaan messaging app di seluruh dunia, termasuk di negara berkembang.

Iklan

Laporan tersebut mengatakan, "Enkripsi mencegah penjahat cyber mencuri informasi pribadi dan menangkal pemerintah mengawasi komunikasi kita secara tidak legal."

"Ini penting terutama bagi para pejuang HAM dan jurnalis di seluruh dunia—entah mereka pemberontak di Cina, aktivis Bahrain yang sedang diasingkan, atau jurnalis investigasi di Eropa. Pelanggaran keamanan data akan mengganggu pekerjaan mereka yang penting dan dapat mengakibatkan mereka ditangkap dan ditahan."

Namun hasil laporan ini tetap mengkhawatirkan sekalipun anda bukan seorang pemberontak politik garis keras. "Komunikasi pribadi di layanan instant messaging berada dalam ancaman dari penjahat cyber, para peretas, dan pengawasan ilegal dari pemerintah ," kata laporan tersebut.

Menariknya, perusahaan seperti Apple malah sempat dikritik setelah mengaktifkan enkripsi end-to-end. Pemerintah dan badan penegakan hukum seperti FBI berargumen bahwa enkripsi menyebabkan polisi tidak bisa mengakses data messenger yang membantu mereka menangkap tersangka kriminal.

Apple mengatakan bahwa menciptakan sebuah "pintu belakang" untuk pemerintah guna mengakses komunikasi merupakan sebuah bentuk pelanggaran privasi yang berbahaya karena data-data tersebut juga akan rentan diretas.

Amnesti Internasional—dan kelompok-kelompok HAM lainnya— setuju dengan hal ini.

Mem-follow Kat di Twitter.