FYI.

This story is over 5 years old.

NIGERIA

Boko Haram Semakin Sering Memaksa Anak-Anak Menjadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Laporan UNICEF terbaru menunjukkan data mengerikan dari Nigeria yang terus dihantui gerakan teroris pendukung Khilafah Islamiyah.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Tiga tahun terakhir, organisasi teroris Boko Haram memaksa 117 anak-anak menjadi pelaku serangan bom bunuh diri. Data ini diperoleh dari penelusuran Organisasi Dana Perlindungan Anak Darurat Sedunia (UNICEF). Lebih mengerikan lagi, menurut lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini tren keterlibatan anak di bawah umur dalam aksi teror di Nigeria akan terus meningkat.

Iklan

Boko Haram adalah organisasi teror yang dua tahun lalu menggabungkan diri dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Sorotan internasional pada kelompok militan itu muncul setelah mereka menculik lebih dari 276 remaja perempuan di seantero Nigeria. Para korban diculik serta yang beragam Kristen dipaksa masuk Islam. Tak cuma Nigeria, korban kekerasan dan teror Boko Haram menyebar hingga Niger, Kamerun, dan Chad selama beberapa tahun terakhir. Boko Haram—secara harfiah artinya larangan belajar pendidikan kafir—dikenal menyasar anak di bawah umur sebagai sumber rekrutan serdadu baru. Mereka juga memaksa anak-anak meninggalkan bangku sekolah, atas alasan pendidikan baca-tulis merupakan kebudayaan Barat yang kafir. Sepak terjang kelompok ini memicu ketidakstabilan politik di Nigeria. Akibatnya, negara ini setahun belakangan mengalami gagal panen di banyak wilayah, membuat jutaan orang terancam mengalami kelaparan massal.

Gadis yang menjadi korban penculikan Boko Haram rata-rata dari etnis Chibok. Dilaporkan 219 remaja perempuan masih hilang sampai sekarang. Tidak jelas apakah mereka dibunuh, diperdagangkan, menjadi budak seks, atau berhasil bebas. UNICEF mencatat sebagian remaja perempuan nonmuslim dipaksa menjadi pelaku bom bunuh diri. Sepanjang tiga bulan terakhir ada 27 remaja menjadi pelaku bom bunuh diri. Kebanyakan adalah perempuan. Angka 2017 ini tertinggi dibanding lima tahun sebelumnya.

Iklan

Remaja perempuan yang berhasil lolos dari sekapan Boko Haram tak bernasib lebih baik. Mereka diasingkan oleh komunitas setempat, serta ditolak keluarga masing-masing. Patrick Rose, selaku Koordinator UNICEF Untuk Afrika Tengah dan Barat menyatakan warga merasa para korban sudah dijamah oleh militan serta menjadi antek Boko Haram. Dampaknya ada ratusan penyintas penculikan yang kini tinggal di penampungan pemerintah.

"Mereka selama berbulan-bulan terpaksa tinggal di barak militer, terpisah dari orang tua maupun keluarga besar, tak memperoleh bantuan medis, mengalami trauma tapi tak mendapat bantuan psikolog," kata Rose saat dihubungi VICE News. "Korban-korban yang mayoritas masih di bawah umur sampai sekarang belum bisa kembali melanjutkan pendidikan. Semua nestapa ini akan mereka alami entah sampai kapan."

Tujuan akhir Boko Haram adalah menggulingkan pemerintahan sah Nigeria. Setelah cita-cita itu tercapai, mereka bermimpi mendirikan wilayah yang mereka kuasai sebagai bagian dari Kekhalifahan Abu Bakar al-Baghdadi, sang pemimpin ISIS. Sekolah-sekolah pemerintah, sert asrama gereja, menjadi sasaran utama para militan di Nigeria. Di sekitar Danau Chad, wilayah utama operasi Boko Haram, ada 1.200 sekolah terpaksa tutup. Ratusan guru sekolah dibunuh oleh para militan selama lima tahun terakhir. Diperkirakan lebih dari 19 ribu orang terpaksa mengungsi karena takut menjadi korban kekerasan militan.

Iklan

Gadis berusia 10 tahun menjadi narasumber penelitian UNICEF. Rose menyatakan gadis kecil itu menyaksikan sendiri ayahnya, seorang guru, dieksekusi mati anggota Boko Haram. Sebagian pelaku, menurut saksi itu, sebenarnya mantan murid mendiang sang ayah.

Tindakan Boko Haram mengacau di seantero Nigeria menewaskan lebih dari 30 ribu orang. Sebagian angka itu adalah korban bentrokan antara militan melawan pasukan pemerintah. Boko Haram saat ini bercokol di kawasan Timur Laut Nigeria. Dari wilayah ini saja, dilaporkan 2 juta orang—1,3 juta di antaranya adalah anak-anak—terpaksa mengungsi ke seluruh dunia. Akibat aksi teror beruntun tersebut, 4,7 juta penduduk Nigeria membutuhkan bantuan pangan.

Ancaman kelaparan semakin nyata, karena warga di wilayah Timur Laut Nigeria takut berbelanja ke pasar. Rose menjelaskan Boko Haram sering meledakkan bom atau memaksa korban menjadi pelaku bom bunuh diri di pasar-pasar. Tak hanya para pembeli, pedagang pasar ikut menderita karena mata pencaharian mereka tiba-tiba hilang.

"Teror [Boko Haram] di pasar-pasar membuat ekonomi negara ini anjlok. Semua orang takut dan menghindari pasar," kata Rose.

Komunitas Internasional tidak pernah meluncurkan upaya militer serius untuk melawan Boko Haram. Kini, Amerika Serikat didesak agar terlibat. Kongres AS saat ini sedang membahas izin penjualan jet tempur kepada Pemerintah Nigeria. Harapannya Presiden Muhammadu Buhari akan memiliki sumber daya memadai menghabisi para militan pemberontak tersebut.

Kalangan pegiat hak asasi manusia menolak keras pendekatan AS memperbantukan pesawat tempur kepada pemerintah Nigeria. Militer di negara itu punya rekam jejak panjang melakukan pelanggaran HAM.  Kehadiran pasukan perdamaian PBB, menurut Rose, akan lebih optimal daripada menyerahkan sepenuhnya pola penanganan Boko Haram kepada pemerintah setempat.

"Apapun yang dilakukan, harapan saya anak-anak Nigeria segera memperoleh perlindungan," kata Rose. "Mereka kehilangan banyak nilai-nilai kemanusiaan akibat teror ini. Mereka hanya ingin menjadi anak-anak normal, seperti bocah-bocah lain dari seluruh dunia."