FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Nyamuk Pembunuh Sesamanya Dikembangkan di AS

Perusahaan bioteknologi MosquitoMate dapat izin dari pemerintah mengembangkan nyamuk ini. Nantinya, si pembunuh akan memburu nyamuk liar pembawa virus DBD dan Zika.
Foto ilustrasi nyamuk dari Wikimedia Commons.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Pemerintah Amerika Serikat, lewat Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), menyetujui pengembangangan nyamuk jenis baru yang bisa menghentikan persebaran virus berbahaya. Si nyamuk 'pembunuh' itu akan dimodifikasi hanya membawa bakteri yang justru membunuh nyamuk liar aedes aegypti, jenis yang selama ini menyebarkan demam berdarah dan virus zika.

Perusahaan bioteknologi yang menjalankan pengembangan nyamuk baru ini bernama MosquitoMate. "Kami sudah mendapat izin beroperasi dan melakukan uji coba di 20 negara bagian," kata Karen Dobson, Manajer Produksi MosquitoMate saat dihubungi Motherboard.

Iklan

Uji coba perdana dilakukan pada pekan ketiga November 2017. Adapun MosquitoMate baru akan melepas varian nyamuk ini ke ruang publik sekitar Mei atau Juni tahun depan. Perusahaan juga akan diizinkan menjual nyamuk pembunuh sesamanya itu kepada lembaga pemerintah yang berniat mengatasi persebaran virus berbahaya.

Nyamuk yang diubah jadi mesin pembunuh sesamanya ini dari jenis Aedes albopictus, biasa dikenal sebagai nyamuk macan asia. Spesies ini biasanya juga bisa membawa virus dengue ataupun malaria. MosquitoMate mengubah struktur DNA si nyamuk hanya bisa membawa bakteri Wolbachia pipientis yang biasanya langsung membunuh nyamuk seketika. Ide mereka sederhana. Nyamuk pembunuh dilepas, berbaur bareng nyamuk lain, lalu membunuh serangga lain yang liar.

Nyamuk yang dilepas perusahaan nantinya jenis pejantan, tidak menggigit manusia. Diharapkan para pejantan itu kawin dengan nyamuk betina jenis aedes aegypti. Jurnal Ilmiah Science menyebut andai rencana ini berhasil, selain membunuh si betina, telur-telur yang dihasilkan bakal gagal menetas.

Persebaran penyakit tropis macam demam berdarah atau malaria di AS sebetulnya tidak terlalu besar. Namun ancaman Zika tahun lalu membuat pemerintah setempat berbenah. Ide seperti MosquitoMate hendak dilaksanakan di Florida pada 2016, sayang warga setempat menolak karena khawatir nyamuk pembunuh justru berbalik mempengaruhi kesehatan mereka. Alhasil, rencana itu tertunda sampai akhirnya disetujui sekarang. MosquitoMate menjamin nyamuk pembunuh mereka akan mati setelah kawin dengan nyamuk liar.

Cara ini tidak sepenuhnya baru. Mengurangi populasi nyamuk adalah catatan sukses Amerika sehingga malaria tak lagi berjangkit di Negeri Paman Sam. Metode ini juga berpotensi diterapkan di negara endemik demam berdarah seperti Indonesia. Namun, sebelum sampai ke sana, harus ada bukti jika MosquitoMate memang bisa menjadi nyamuk pembunuh bagi kepentingan umat manusia.