FYI.

This story is over 5 years old.

Views My Own

Sudah Saatnya Lelaki Ikut Menghentikan Pelecehan Perempuan di Tempat Umum

Sebab diteriaki, suitan, dan celoteh pada kita dari lelaki di jalan raya bukan pujian. Tolong ya bro, jangan bilang perempuan seharusnya senang saat dapat 'catcall'.
Foto via Pixabay.

Terlalu sering dalam hidupku, saya harus mengalami pelecehan ketika berjalan sendirian. Saya hanya sedang menjalani hari, masih mengenakan pakaian kotor dari kemaren, dan seorang lelaki di pinggir jalan dengan santainya melototi tubuhku. Atau lebih gila lagi, berbisik ke telinga saya, "Halo, neng cantik, mau kemana? Nongkrong bareng yuk? Eh kok malah nyuekin sih? Eh perek, gue muji elo tau."

Yang mengerikan tentang pelecehan di jalanan adalah semua lelaki ini tidak berusaha mencari kencan.

Iklan

Mereka hanya berusaha mempermalukan dan menekankan dominasi mereka terhadapku. Ya kali-kali aku lupa gitu kan? Mungkin udah keenakan menikmati emansipasi perempuan, atau jangan-jangan aku *menelan ludah* seorang lesbian? Intinya ini adalah bentuk praktik penekanan kekuasaan laki-laki. Ini semacam cara mengkomunikasikan, "Gue bisa ngomong apa aja ke elo, gak peduli seberapa kasar atau tidak pantas, atau betapa gak nyamannya elo, karena elo gak bisa apa-apa juga." Merujuk esai yang ditulis Lindy West, "Seksualisasi perempuan hanya dianggap menarik kalau sifatnya non-konsensual. Kalau konsensual, perempuan itu disebut 'murahan'".

Pelecehan di tempat umum selain sifatnya yang tidak manusiawi, pengalaman yang dialami juga dapat membuat korban terasa terisolasi. Bukan karena kejadian seperti ini tidak menimpa perempuan lain—karena catcall sudah jelas menimpa semua perempuan di berbagai negara—tapi karena peluang lelaki datang membantu dan membelaku di jalan sangat kecil untuk tidak menyebutnya nol persen.

Para lelaki yang mengaku "baik", inilah saatnya kamu berperan.

Aku tahu banyak lelaki di luar sana yang mendengerkan kisah-kisah mengerikan yang menimpa perempuan di tempat umum, dan kamu pun geram. Kamu ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu apa? Berikut hal-hal yang bisa kamu lakukan atau kamu hindari untuk menjadi sekutu perempuan.

Jangan Abaikan 'Catcall'

Saya pernah berjalan di daerah yang banyak klub malamnya bersama pacar, dan sebuah mobil penuh lelaki berhenti di samping saya dan meneriakkan kata-kata kasar seksual ke saya. Pacar saya dengan santainya terus berjalan, menghiraukan mereka dan meninggalkan saya sendiri untuk menghadapi kejadian mengerikan ini. Berpura-pura pelecehan di tempat umum tidak terjadi atau berpura-pura tidak mendengar itu sangat berakibat negatif. Kita tidak bisa berpura-pura tinggal di dimensi lain, dan menghiraukan masalah tidak akan membuatnya lenyap. Mereka hanya akan berteriak lebih keras, mengikuti saya lebih lama dan terus mengancam.

Pacar saya kemudian mengaku bahwa dia takut bereaksi karena takut dihajar. Dia mengatakan kalau dia membalas, bukan saya yang akan kena pukul. Ada banyak sekali yang salah dengan pernyataan ini. Yang pertama adalah bahwa lelaki tidak berani memukul perempuan.

Iklan

Saya ingin sekali tinggal di dunia dimana lelaki tidak menggunakan kekerasan terhadap perempuan. Ada ya? Mau ikut daftar dong. Tapi di dunia kita, lelaki memukuli perempuan di tempat umum, mereka tak lagu melakukan penyiksaan saat siang bolong, sepanjang hari. Saya harus menghadapi ancaman dipukuli 24 jam sehari. Jadi kalian para lelaki gak boleh cemen dan mengumpulkan sedikit dari keberanian yang dimiliki perempuan kalau ingin menjadi sekutu kami semua.

Peringatkan Pelakunya

Kamu tidak harus membalas mengumpat atau kasar, atau mendatangi si pelaku, atau bahkan menaikkan nada suara. Faktanya, perempuan justru ingin sekutu kami menurunkan suasana panas sok macho lelaki daripada semakin mengipasinya. Tapi kalau kamu tidak mengatakan apapun, kamu menormalisasi perilaku sang pelaku. Kalau kamu tidak membalas dengan, "Gak lucu woy, eh jangan kurang ajar ya," besar kemungkinan si pelaku akan menganggap sikap diam sebagai persetujuan. Bukannya orang protes ketika mereka tidak setuju dengan sesuatu? Tidak mengatakan apa-apa berarti setuju dong?

Tidak penting apa yang kamu katakan. Mau menyanggah dengan santai, mengejek atau marah total, bebas. Mungkin kata-katamu akan mempengaruhi si pelaku, dia jadi mikir-mikir lain kali ingin melakukan hal yang sama… atau mungkin juga tidak. Ya kita gak akan tahu. Tapi ini tidak penting karena membela nilai yang kita pegang itu selalu harus dilakukan.

Jangan Pernah Minta Perempuan Menganggap Celetukan Tersebut Sebagai Pujian

Emangnya gue penyihir? Mana bisa gue ngubah ejekan kasar jadi semacam pujian yang positif. Kata-kata kayak gitu tuh bukan pujian, tapi ancaman ke keselamatanku. Semua lelaki yang ingin kita "lebih santai" ketika ada kata-kata godaan kasar menghampiri itu lelaki yang marah-marah ketika album U2 tiba-tiba nongol di iPhone tanpa konsen. Aku sudah pernah menuliskan esai tentang budaya maskulinitas keblinger yang memunculkan istilah 'friendzone'. Tak apa, saya ulangi lagi—saya gak habis pikir bagaimana bisa pelaku catcall bilang, "coba dianggep aja itu pujian". Kenapa kalimat macam itu bisa keluar dari mulut pria dewasa yang bahkan tidak bisa menerima penolakan secara baik-baik.

Tanya Apakah Kami Baik-baik Saja dan Ajak Kami Ngobrol

Kalau kalian belum terbiasa menghadapi situasi seperti ini dan tidak tahu bagaimana harus membalas pria-pria brengsek di luar sana, gakpapa. Paling enggak, coba ajak ngobrol ke si perempuan. Tanya apakah dia baik-baik saja. Ini tindakan yang kecil tapi signifikan. Percaya deh, dia akan sangat menghargainya. Kalau si pria brengsek masih mengikuti, berjalanlah dengannya. Tanya apakah dia ingin kamu temani sementara. Taruh dirimu di antara si perempuan dan lelaki brengsek, dan tanya si perempuan apa yang dia ingin lakukan. Pura-pura aja jadi suaminya kalo perlu (jangan colongan ya tapi). Satu hal yang saya pelajari, lelaki tidak peduli ketika seorang perempuan mengatakan tidak, tapi mereka mendengarkan ketika dia mengatakan dia sudah punya pasangan. Kenapa? Ya inilah privilisi lelaki, atau "bro code". Seorang lelaki lebih menghargai sosok lelaki lain yang bahkan mungkin belum tentu benar ada, dibanding perempuan yang nyata-nyata berdiri dihadapannya.

Berbicaralah Pada Teman-teman Lelakimu yang Memiliki Sikap Buruk Terhadap Perempuan

Kalau kamu sedang bersama teman-teman lelaki, dan salah satu dari mereka bersikap buruk ke pelayan, atau pramugrari, atau penjaga toko, atau perempuan manapun di tempat umum, nasihati dia. Jadilah temannya, tapi pastikan dia sadar bahwa kamu tidak suka cara dia memperlakukan perempuan. Kalau dia tidak memperbaiki diri, kurangi waktu nongkrong dengannya. Kalau kamu diam saja ketika sohibmu melontarkan becandaan tentang memerkosa perempuan, ya kamu gak berhak ngomong apa-apa ketika perempuan mengatakan semua lelaki itu sampah, karena nyatanya kamu juga gak melakukan apa-apa untuk membantu kami. Lelaki itu mendengarkan sesamanya. Mereka mempelajari kode-kode sosial dari lelaki lain yang mereka hormati. Kamu bisa mengajari anak lelakimu kelak bagaimana berperilaku baik, tapi memimpin lewat contoh juga akan mengajarkan teman-temanmu bagaimana berperilaku.


Iklan

Baca juga artikel-artikel lainnya dari VICE Indonesia untuk topik pelecehan seksual:

Contohnya: awal minggu ini, ketika aku sedang berjalan ke sebuah cafe setempat di pagi hari untuk membeli kopi, pesepeda berhenti persis di sampingku. Dia memelototi tubuhku cukup lama. Aku memberinya salam jari tengah, terus berjalan, dengan earphone di dalam telinga. Dia tidak akan menganggu pikiranku, kataku ke diri sendiri dan berusaha menganggap kejadian tersebut tidak terjadi.

Beberapa waktu kemudian, sepasang suami-istri yang sedang mendorong kereta bayi mendatangiku. Mereka mengaku menyaksikan kejadian tersebut. "Dia melototin kamu tadi!" kata sang suami. "Iya, makanya saya kasih jari tengah, dia bikin saya enggak nyaman."

"Saya bilang ke dia kalau dia brengsek karena melakukan itu," tambahnya.

Perasaan solidaritas dan bahagia langsung memenuhi diriku.

"Wah, makasih ya! Dia bales apa?"

"Dia mengabaikan kami."

Hadeh.

"Makasih ya udah berani bersuara." Aku menyalami tangan mereka penuh rasa terima kasih. Aku tidak percaya mereka bersusah-payah membelaku. Hampir tidak ada yang pernah membelaku sebelumnya.

"Saya meminta maaf atas nama lelaki atas perlakuannya," kata si lelaki tua itu. Saya berhenti dan menatap dia, istrinya, dan anak mereka yang manis dan suatu hari nanti akan tumbuh mengerti pentingnya memperlakukan perempuan dengan penuh hormat.

Beginilah caranya untuk menjadi sekutu perempuan. Kami tidak butuh banyak. Tinggal berbicara ketika kamu melihat sesuatu yang tidak pantas dan pastikan si perempuan baik-baik saja. Hanya itu kok yang kami inginkan.