10 Pertanyaan Yang Ingin Kalian Ajukan Pada Pendukung Teori Bumi Datar
Ilustrasi "bumi datar" oleh Iyas Lawrence.

FYI.

This story is over 5 years old.

10 Pertanyaan Penting

10 Pertanyaan Yang Ingin Kalian Ajukan Pada Pendukung Teori Bumi Datar

Pendukung teori konspirasi itu berkembang pesat di Indonesia dua tahun belakangan. Kami terpanggil mencari tahu alasan mereka pede menolak hukum universal macam gravitasi.

Ada beberapa fakta yang selama ini tak terbantahkan: bumi itu bulat dan mengelilingi matahari. Planet yang dihuni manusia ini bertahan di garis edarnya karena gravitasi, demikian pula planet-planet lain di orbit masing-masing. Gravitasi pula yang membuat benda-benda tidak jatuh ke tanah. Bukti-bukti yang menopangnya sudah ditemukan ilmuwan maupun bisa diukur sendiri oleh orang awam. Contohnya kapal yang perlahan muncul dari cakrawala sebagai bukti bumi bulat.

Iklan

Rupanya bukti tersebut tak memuaskan segelintir pihak. Pada 1800-an, Samuel Rowbotham dari Inggris menerbitkan buku Earth Not a Globe. Tak butuh waktu lama, Rowbotham memiliki ribuan pengikut dan mendirikan Zetetic Society—cikal bakal Flat Earth Society modern. Saat ini pendukung Flat Earth ditaksir sebanyak 3.500 orang yang terdaftar dari seluruh dunia.

Menurut Flat Earth Society, lembaga antariksa Amerika NASA selama ini membohongi publik dengan foto-foto manipulasi demi mengeruk uang pemerintah dan memenangkan perang hegemoni.

Berdasarkan teori Flat Earth Society manusia hidup di atas bumi berbentuk piringan, mirip logo PBB, dengan kutub utara berada tepat di tengah. Sementara jarak Matahari dan Bulan hanya beberapa ratus kilometer dari tanah tempat kita semua berpijak.

Keyakinan Flat Earth Society tentu saja menuai cemoohan dari seluruh dunia. Surat kabar The Guardian menyebut presiden Flat Earth Society, Daniel Shenton, sebagai "orang paling irasional". Bahkan mantan Presiden AS Barack Obama menyindir orang-orang yang tak percaya dengan perubahan iklim sebagai Flat Earth Society.

Baiklah. Harusnya tak ada yang percaya ginian di Indonesia ya. Hmmm, TERNYATA BANYAK NJIR. Kombinasi teori konspirasi dan pseudosains kayak gini rupanya akan selalu menarik minat orang-orang di Tanah Air. Wong teori Majapahit kerajaan Islam dan patihnya bernama Gaj Ahmada aja ada yang percaya to?! Pendukung teori bumi datar seperti manusia yang siap melawan dunia apapun risikonya. Kini, mereka berkembang di Indonesia, dengan bermacam sekte sempalannya, termasuk yang mengoplos teori bumi datar berdasarkan ajaran Islam. Salah satunya adalah fanpage Facebook Flat Earth Indonesia. Grup ini mencoba keluar dari pemahaman kuno Flat Earth Society. Laman yang telah memiliki penyuka lebih dari 4.000 itu menuding ajaran Flat Earth Society lebih menitikberatkan pada konspirasi daripada sains itu sendiri. Oke, jadi mereka ini adalah pendukung teori bumi datar tapi "ilmiah". Anggap aja gitu.

Iklan

"Flat Earth Indonesia kami buat agar orang Indonesia tak mudah percaya dengan Flat Earth Society. Mayoritas orang percaya bumi bulat hanya berdasarkan "katanya" atau citra satelit NASA tanpa ada uji empiris," ujar Yudi, salah satu pegiat Flat Earth Indonesia, yang bekerja sebagai wiraswastawan bidang IT di Surabaya.

Walau kritis pada pendiri gerakan bumi datar, Yudi masih mengakui kebenaran premis-premis dasar mereka. Salah satunya pandangan gravitasi adalah hoax dan diameter matahari itu hanya sekitar 50 kilometer. Di setiap postingan fanpage tersebut, Yudi kerap memajang post dengan sudut pandang sains, menimbulkan diskusi panjang dan kadang perdebatan di kolom komentar.

Masih banyak lagi pemikiran Flat Earth Indonesia yang menjungkirbalikkan hukum dan teori soal semesta yang sudah diterima di seluruh dunia. Pendukung bumi datar ortodoks maupun gaya baru seakan-akan mempersetankan perhitungan Aristoteles, teori heliosentris Copernicus dan Galileo Galilei, teori quantum mekanikanya Einstein, hukum apung Archimedes, dan tentu saja teori gravitasinya Newton. Ngobrol sama mereka beberapa menit saja sudah membuat saya ingin menenggak berbutir-butir Dextrometorphan sebagai doping. Barangkali memang inilah tanda negara kita sedang mengalami fase post-truth, merujuk telaah yang disampaikan pengamat kebudayaan Ariel Heryanto. Artinya, batas-batas antara kebenaran, kebohong­an, kejujuran, kecurangan, sampai dengan fiksi dan nonfiksi menjadi kabur.

Iklan

Pendek kata, bisakah kita bilang teori bumi datar sebuah kemunduran bagi ilmu pengetahuan? VICE Indonesia mencoba mengkonfrontasi Yudi sebagai salah satu dedengkot Flat Earth Indonesia.

VICE Indonesia: Manusia sudah beberapa kali menjelajahi antartika, beberapa orang malah sukses melintasi kutub utara dan selatan. Itu jelas bukti kalau bumi bulat kan?
Yudi Flath Earth Indonesia (FEI): Tidak ada istilah ujung Bumi. Yang ada hanyalah batas di sekeliling Lingkaran Bumi berupa daratan es yang saat ini disebut sebagai Antartika. Mengapa FEI tidak yakin bahwa Antartika bukanlah Benua? Karena sampai detik ini, belum ada jalur ekspedisi manusia, yang tepat membelah Antartika menjadi dua, dari ujung ke ujung dengan membentuk garis lurus. Yang sudah-sudah, jalurnya selalu bengkok atau melipir di pinggir Antartika. Apa yang menahan Bumi Datar? Hanya bisa terjawab jika Manusia sanggup menembus Antartika dengan sarana apapun, atau jika berhasil mengebor ke dalam lapisan kulit Bumi yang sejauh ini hanya mentok di sekitar 12 kilometer (Kola Superdeep Borehole di Rusia).

Kamu pun tidak percaya ada gravitasi. Kok bisa?
Gravitasi adalah Hoax. Yang ada hanyalah perbedaan Massa Jenis antara Zat satu dengan yang lain. Interaksi inilah yang membuat zat tertentu tampak "tertarik" ke bawah—ke Bumi. Padahal pada saat bersamaan, juga ada zat yang "tertarik" ke atas. Soal Bumi bisa melayang? Bagaimana kita bisa tahu, toh sampai detik ini tidak pernah ada Foto nyata Bumi dari kejauhan di luar angkasa. Maksimal hanya dari International Space Station (ISS), dan itupun belum bisa menampilkan Bumi secara utuh, apalagi tampak melayang. Pasang-surut air laut adalah bukti gaya tarik bumi dan bulan. Tentu saja itu adalah bukti nyata jika gravitasi ada.
Pasang surut tampaknya disebabkan aktivitas Magnet Bumi yang ada di dasar Laut yang menyebabkan pergeseran ketinggian air laut. Soal teori bahwa penyebabnya adalah Gravitasi Bulan & Matahari, dengan mudah terbantahkan oleh Tidal Map. Jika Teori umum itu benar dan Bumi memang bulat, maka Tidal Map akan terbagi menjadi 4 Area dengan warna silih berganti, dengan 2 Area akan tampak berwarna Full Merah-Kuning (Pasang), dan 2 Area tampak Full Biru (Surut).

Iklan

Banyak negara telah mengirim satelit dan mengorbit Bumi. Rusia dan AS punya International Space Station (ISS), dari citra satelit itu sudah ada bukti bumi bulat, kenapa masih ngotot engga percaya bumi bulat?
Satelit atau ISS itu pada dasarnya memang ada, hanya saja ketinggiannya terhadap permukaan Bumi yang perlu dipertanyakan. Tapi apa betul satelit tersebut mengorbit? Begitupun dengan ketinggian maksimal Roket saat melepas Satelit. Saya sekarang semakin yakin bahwa klaim Ketinggian ISS dan Satelit sangat tidak akurat.

Kamu percaya jarak Matahari hanya beberapa ratus kilometer dari Bumi. Itu berarti matahari kecil banget dong?
Gini deh, jika sinar matahari aja mampu membuat Saturnus terlihat sampai bumi, harusnya kita di bumi udah mati terpanggang dong? Secara nalar, Saturnus adalah bintang dengan keunikan tersendiri.

Dari gerhana bulan saja sudah jelas bahwa bumi ini bulat. Tentu tidak mungkin jika fenomena tersebut terjadi jika bumi datar?
Gerhana Bulan terjadi karena adanya x-Moon, benda angkasa lain yang menghalangi sinar Matahari ke permukaan Bulan. Mengacu pada efek Rayleigh Scattering, kemungkinan besar x-Moon adalah benda Angkasa berbentuk Bulat transparan berwarna biru. Hmm. Kamu tadi nyebut saturnus, berarti percaya planet lain ada? Planet dalam sistem tata surya kita semuanya berbentuk bulat kan. Kenapa masih ngotot percaya kalau bumi datar?
Planet lain dalam Tata Surya? Tidak percaya. Semuanya itu adalah Bintang dengan cahaya terkuat yang diamati dari Bumi. Hasil observasi langsung, selalu akan menampilkan wujud bercahaya dengan tampilan blurry, selebihnya adalah hasil edit menggunakan software komputer. Sila cari arti "astēr planētēs". Ferdinand Magellan pernah mengelilingi bumi dengan kapal dari titik awal kembali ke titik awal tersebut, US Airforce juga pernah melakukannya pakai pesawat. Sementara orang awam kan juga bisa membuktikannya dari kapal yang muncul perlahan di cakrawala kejauhan.
Alat navigasi apa yang mereka gunakan? Apakah kompas berbentuk Bola? Coba cari info, apakah kompas di daerah Australia bagian Selatan akan menunjuk arah Utara dengan sedikit serong? Jika mengelilingi Bumi menggunakan kompas dengan utara sebagai patokannya, dan lurus saja ke Timur atau Barat, maka secara logis jalur yang tercipta adalah lingkaran, dan ini yang tampaknya gagal dipahami orang banyak.

(Efek kapal) disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah Mirage, alias refleksi cahaya oleh lapisan udara yang ada di permukaan laut, di mana efeknya bukan hanya "tampak muncul" tapi juga bisa "tampak melayang", atau bahkan "tampak tercermin terbalik". Selain itu juga adanya Vanishing Point atau Titik Lenyap. Saat kita lihat di kejauhan laut tampak tidak ada apa-apa, pasti bisa berbeda hasilnya jika menggunakan Kamera dengan tingkat zoom sangat tinggi. (Rekomendasi: coba gunakan Nikon Coolpix P900). Kenapa? Karena perbedaan Vanishing Point. Oke deh. Lantas apa yang bakal terjadi jika kita sampai ke ujung dunia?
Maksudnya pinggiran Bumi? Sejauh ini belum ada yang bisa menembus "pagar"-nya yang berupa tebing es Antartika. Dari testimoni para penjelajah, semakin jauh ke dalam, cuaca semakin ekstrem dan tidak bersahabat.

Yud, banyak teori-teori flath earth yang butuh dibuktikan. Mau ga dirimu berangkat kalau ada lembaga, atau terkumpul ongkos patungan, membiayai kalian ke Antartika?
Ya maulah…. :)

Baiklah Yud. Makasih buat jawaban-jawabannya. Let's agree to disagree…