FYI.

This story is over 5 years old.

Olimpiade Musim Dingin

Finis Paling Akhir, Atlet Ski asal Meksiko Malah Jadi Pusat Perhatian Olimpiade Musim Dingin 2018

Dia jelas bukan atlet terbaik sejagat. Maklumlah, doi baru belajar ski setahun terakhir. Baginya menang enggak penting. Yang penting berpartisipasi. 'Nice Guys Finish Last' kalau kata Green Day mah.
Drew Schwartz
Brooklyn, US
Foto oleh Matthias Hangst/Getty Images

Dalam sebuah gelaran Olimpiade, kehebatan seorang atlit enggak harus diukur dengan jumlah medali yang dimenangkan. Misal nih, seorang atlit ski berumur 17 tahun kesiangan lantaran habis nonton Brooklyn Nine-Nine di Netflix malam sebelumnya. Naasnya lagi, jaket kontingennya hilang. Meski begitu, bocah ini masih tetap bisa mengungguli semua lawannya dan menyabet medali emas di cabang olahraga slopestyle snowboarding. Contoh lainnya adalah kontingen curling Norwegia yang bikin geger lantaran corak celana mereka yang aduhai. Enggak hanya bikin cabang olahraga ini jadi catwalk, celana kontingen curling bahkan jadi inspirasi halaman facebook mereka

Iklan

Dalam dua contoh inilah, kita bisa sadar bahwa yang namanya atlet itu manusia biasa seperti kita, bisa bangun kesiangan dan suka pakaian necis. Dan momen-momen manusiawi ini bertambah justru saat atlet ski cross-country asal Meksiko di urutan terakhir.

Seperti yang dilansir Huffington Post, German Madrazo, pria 43 tahun yang baru pertama kali bertanding di Olimpiade musim dingin ini, baru mendalami olah raga ski setahun lalu. Entah kerasukan setan apa, Mandrazo tiba-tiba saja mendalami ski. Dia berlatih setahun penuh bersama atlit-atlit ski pemula lainnya, salah satunya mas-mas pembawa bendera Tonga yang perutnya six pack dan mengkilat, dan secara ajaib mendapat tiket untuk bermain Olimpiade musim dingin 2018.

Di hari H pertandingan, Mandrazo melakukan apa yang terjadi. Jujur saja sih, hasil yang dicapai Mandrazo enggak bagus-bagus amat. Dia finish 26 menit di belakang atlet peraih medali emas. Tapi, ini enggak menghentikan Mandrazo merayakan keberhasilannya finish di urutan terakhir. Tak tanggung-tanggung, dia melakukan selebrasi bak atlit ski legendaris Jean-Claude Killy. Atlet asal Meksiko itu mengambil bendera negara dari seorang penonton yang ingin menyelamatinya di dekat garis finish, mengibar-mengibarkanya di atas kepala dan masuk garis finish dengan senyum lebar di mukanya.

Di seberang garis finish, atlet ski dari negara yang iklimnya tak dingin-dingin amat seperti Tonga, Maroko, Kolombia dan Portugal—semuanya finis di posisi-posisi bontot—menyemangati Mandrazo dan berlari menyambut Mandrazo. Mereka bahkan memanggul Mandrazo. Sekilas, Mandrazo tampak seperti kampiun tanpa medali.

Foto oleh Dmitri Lovetsky/AP

Pemandangan mengharukan ini jelas bisa kita rangkum dalam dua kata: keren abis. Satu yang pasti: Mandrazo jelas bukan atlit ski terbaik di muka bumi—ya iyalah, wong dia finis di urutan terakhir. Namun, dia memasuki garis finis bak seorang juara sejati.

Dan kita pun dibuat menyunggingkan senyum gara-gara aksi Mandrazo.