FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Penyebab The Hands Dari Bali Sukses Membawa Kesegaran Buat Pendengar Musik Elektronik

Kami ngobrol bareng Andrew Hogge (Lovefingers) tentang kecintaannya merilis musik "berisiko" dan bagaimana perjalanan surfing di Bali oleh DJ Harvey mengantar The Hands ke khalayak internasional.
Foto oleh Marianne Dumas

ESP Institute adalah label yang membawa musisi berbasis di Bali, The Hands, ke kancah elektronik dunia. Belakangan, semilik label tersebut, Andrew Hogge (yang nge-DJ memakai moniker Lovefingers) mengatakan sebenarnya DJ Harvey memiliki peran lebih besar dalam mengantar The Hands memasuki pasar luar negeri. The Hands (nama asli: "Dully"), seperti yang bisa kita duga bersama, adalah jenis produser di bawah naungan label yang sangat eklektik. ESP Institute sejenis label "anything goes" yang menghindari semua hype dan flash untuk merilis jenis rekaman dengan "selera dijamin bermutu", yang menemukan jalan sehingga hinggap di set beberapa DJ yang paling dihormati kancah elektronik dunia seperti DJ Harvey, Andrew Weatherall, hingga Todd Terje. Kami ngobrol bareng Hogge, membahas betapa dia sangat senang mendengar materi garapan The Hands, sekaligus membahas strategi mengelola label dance eklektik agar tetap terasa segar dalam skena yang segala sesuatunya mulai terdengar sama.

Iklan

VICE: Jadi, rilis berjudul Diri Sendiri diluncurkan di ESP Institute. Bagaimana kamu pertama kali mendengarnya?
Andrew Hogge: Saya berada di dekat DJ Harvey untuk minum teh dan baru saja kembali dari Bali. Dia menyebutkan bahwa dia bertemu dengan The Hands dalam perjalanannya baru-baru ini dan dia kemudian mengikuti laporan antusias tentang perjalanan surfing mereka bersama-sama dan betapa dia sangat tertarik dengan warisan Australia / Bali dan sikapnya yang tenang secara kosmik. Kedengarannya seperti seorang jenius. Harv mengatakan kepada saya bahwa Hands membuat musik yang benar-benar liar. Sesuatu tentang musiknya sangat mentah dan liar, jadi kamu bisa menganggap saya tertarik. Track 'Coconuts', terdengar seperti perjalanan berkelok-kelok ke Jerman Autobahn. Aneh dan penuh dengan atmosfir yang sangat menakjubkan. Apakah ini yang membuat Anda ingin menandatangani Hands?
Ya, bisa dibilang begitu. 'Coconuts,' dimulai dan kamu pikir kamu tahu semuanya, tapi kemudian vokal masuk dan itu benar-benar membuat kamu ketarik. Pada awalnya, saya merasa tidak nyaman, tapi kemudian saya memandangnya jenius karena dibutuhkan sesuatu yang tidak biasa dan membelokannya ke arah yang tidak masuk akal. 'Deep Tubes,' sama juga. Musik ini terang-terangan. 'Deep Tubes' mengingatkan saya pada Suicide. Saya mendapatkan beberapa getaran sound khas New York yang serius.
Benar! Saya mencintai semua hal yang Alan Vega dan Martin Rev lakukan dengan Suicide dan penampilan solo juga. Saya suka semua band yang membawa gagasan itu seperti Spaceman 3, Jesus & the Mary Chain, The Telescopes, dan lain-lain. Saya banyak mendengarnya di Hands, dan juga hal-hal seperti Burzum. Ini tepat di strasse saya. The Hands main di acara peluncuran VICE di Bali dan orang banyak tampak sangat terpesona sama pertunjukan live-nya. Apakah kamu berencana mengajak The Hands untuk tur dalam waktu dekat?
Sudah ada pembicaraan tentang ini pasti. Ada banyak orang yang mau nonton dia di LA dan NYC untuknya, banyak orang yang berpikiran sama yang membuat musik elektronik namun berbagi estetikanya yang gelap dan kabur. Mudah-mudahan jika kita bisa melanjuti EP yang bergulir sebelum musim panas, kita bisa menemukan nemu panggung di LA dan dia bisa ke sana! Diskografi ESP menampilkan ragam musisi dan karakter sound yang luas. Apakah ini bagian dari rencana awal atau hanya cerminan dari koleksi rekaman pribadimu?
Saya benar-benar tidak memiliki aturan dalam mengelola label. Saya pikir katalog membawa getaran yang konsisten dan pasti menceritakan sebuah cerita secara estetis, jadi saya rasa kamu bisa bilang bahwa ada rencana awal dalam pekerjaannya. Namun pada akhirnya, saya hanya tertarik untuk berkolaborasi dengan orang-orang yang membuat seni menarik, belum tentu cantik atau provokatif, tapi tulus. Saya mencari sedikit kejeniusan dalam karya seniman yang saya kerjakan dan materi yang mereka hasilkan. Biasanya ada banyak pemahat untuk menyelesaikan semuanya, tapi ada juga contoh yang kurang umum dimana jenius tidak memerlukan gangguan dan seni tidak dapat disangkal sempurna seperti apa adanya. Sulit bagi label musik dance masa kini tidak merilis lagu norak untuk menarik perhatian publik. Tapi saya lihat ESP berhasil menjaga kepribadian ESP tanpa ikut arus. Apakah kalian memang lebih berani mencari bakat baru dibanding label lain?
Lem yang menyatukan katalog ESP mungkin tidak jelas bagi semua orang, tapi selama saya melihatnya dan percaya pada hal itu, maka itu sesuai dengan definisi kesuksesan saya. Saya senang bekerja dengan seniman 'berisiko' lainnya, tapi saya tidak benar-benar melihat hal-hal seperti itu. Semakin seseorang mengeksplorasi apa yang mereka mampu lakukan, semakin menarik bagi kita sebagai label untuk menjadi bagian dari perjalanannya.