Artikel ini pertama kali tayang di Broadly.Lebih dari satu juta orang turun ke jalan di Amerika Serikat membela hak wanita dan keseteraan gender, serta mengecam kata-kata seksis Donald Trump di masa lalu. Partisipasi ini menjadikan Women's March sebagai protes terbesar yang digelar dalam sejarah upacara pelantikan presiden Amerika Serikat. (Persetan dengan apapun yang dikatakan penasihat Kellyanne Conway, jumlah peserta adalah fakta yang tak bisa didebat—bukan "fakta alternatif" yang sering dipakai oleh tim Presiden Trump mendiskreditkan kalangan oposisi.)Protes ini awalnya cuma dirancang Washington D.C, namun banyak perempuan yang ikut melakukan march di berbagai negara lainnya. Di London, lebih dari 100.000 orang melakukan pawai, membuat lalu lintas di Ibu Kota Inggris itu kacau balau. USA Today memperkirakan ada lebih dari 2,5 juta orang yang ikut serta dalam Women's March di seluruh penjuru dunia, meski menurut pengakuan penyelenggara Women's March, jumlah aslinya bisa mencapai 4,6 juta orang."Hari ini, jutaan orang berkumpul di kota-kota di seluruh dunia untuk membela hak-hak asasi manusia," ujar penyelenggara Women's March dalam sebuah unggahan di Twitter. "Ini bukan sebuah aksi sehari saja. Ini hanyalah awal sebuah gerakan untuk melindungi, membela dan memajukan hak asasi manusia, bahkan jika kami harus menghadapi tindakan keras."Berkat bantuan beberapa kontributor dari seluruh penjuru dunia, kami mendatangi unjuk rasa di enam negara berbeda guna mendukung perjuangan kawan-kawan mereka di negeri Paman Sam.
Semua foto dan Wawancara di Berlin oleh Maansi Jain.