FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Olahan Rasa Takut Nan Menggoda Dari Debut Secret Meadow

Rilisan perdana band indie pop Jakarta ini, 'Same Old Fear', berhasil memicu hype serta sukses didistribusikan di AS. Seluruh personelnya dulu pegawai toko musik.

Sound jangle mengawang yang menjadi ciri khas kelompok indie melankolis, Secret Meadow, mungkin sudah tidak asing. Bukan berarti karakter sound tersebut tidak enak didengar di telinga. Unit indie ini baru dibentuk setahun lalu oleh gitaris dan vokalis utama Ricardo Taufano, gitaris dan pemain synth Jaro Petang, basis Arief R. Wijaya dan drummer Mulayan A. Viqry. Secret Meadow memainkan musik indie pop penuh dengan melodi riang-namun-juga-sedih dengan kocokan gitar listrik yang renyah. Lagu-lagu mereka simpel, namun tidak membosankan. Lima lagu dalam EP debut mereka, "Same Old Fear" berkualitas cukup baik, sukses menghasilkan hype bagi Secret Meadow dalam waktu yang singkat bagi penikmat musik independen Indonesia. Saking bagusnya, EP mereka dirilis di dalam negeri (lewat label indie Kubis Records dan didistribusikan lewat Anoa Records), serta segera akan diedarkan di Amerika Serikat lewat label kecil Jigsaw Records.

Iklan

Saya ngobrol bersama vokalis Ricardo membahas sejarah terbentuknya band yang para personelnya sama-sama bekerja di toko musik ini. Kami sekaligus membicarakan strategi mereka merilis debut albumnya di luar negeri, serta menyinggung betapa sulit bagi orang pemalu berperan menjadi vokalis.

VICE: Kalian awalnya ketemu pas kerja di toko musik ya?
Ricardo: Kita semua ketemu pas kerja di (toko piringan hitam di Kemang) Monka Magic Store di 2014, kecuali saya dan Viqry yang sudah berteman karena satu kampus. Kami dari dulu udah pengen ngeband bareng, tapi gak pernah ada waktu kosong. Karena kami bekerja retail, ya pas satu selesai shift, satu malah baru mulai kerja. Setelah saya mengundurkan diri dari Monka, baru saya menanyakan ke yang lain apakah mereka mau serius ngeband. Jadi kita memang lumayan baru, terbentuk awal 2016.

Banyak yang membandingkan kalian dengan band-band shoegaze dan gothic macam My Bloody Valentine dan The Cure. Gimana nih komentarnya?
Kita gak pernah mikirin itu sih. Ide awalnya tuh kita mau maenin musik pop kayak Slowdive atau The Cure, tapi hasil akhirnya lumayan beda. Saya merekam beberapa lagu demo, terus dikembangin aja dari situ.

Gimana pengalaman rekaman EP di rumah? Ada kejadian menarik?
Gak ada yang aneh-aneh sih pas proses bikin EP ini. Yang susah tuh dari sisi teknis aja. Karena rekamannya di rumah, opsinya terbatas. Kami ingin beberapa hal terdengar kayak gini atau gitu, tapi gak punya alatnya. Agak bikin frustrasi juga. Kami tidak punya cukup uang buat rekaman di studio proper. Tapi yang seru kami punya lebih banyak waktu nyari lick gitar yang pas ketika rekaman. Atau kami bisa berhenti dulu kalo lagi pengen stop. Ada beberapa kali kami harus berhenti ketika rekaman vokal karena anjing saya menggonggong.

Iklan

Ada kesulitan pas rekaman?
Lagu yang paling sulit aransemennya itu "Endlings", biarpun lagunya sebetulnya sederhana. Awalnya lagu itu saya tulis dengan nuansa gelap, agak shoegaze gitu, tapi ditolak sama Arief dan Viqry. Pas di studio, Jaro tiba-tiba muncul dengan bagian gitar intro dan kita semua ngikutin dari situ. Saya mencoba menyanyikan lirik yang saya tulis awalnya, tapi karena nadanya jauh beda, jadi susah. Saya awalnya agak kesel, tapi sekarang udah suka dengan versi yang baru. Lagu-lagu Secret Meadow mestinya terdengar seperti "Endlings".

Proses penulisan dan aransemen lagu gimana? Lagu-lagunya lumayan rapih.
Untuk penulisan lagu, biasanya saya nulis draftnya dulu, terus yang lain dengerin kemudian kita aransemen bareng di studio. Semuanya punya ide masing-masing soal sound lagunya, jadinya seru dan sering bikin berantem juga.

Kenapa sih namanya Secret Meadow?
Namanya kita ambil dari album "The Veil" milik Simian Ghost (band alternatif rock Swedia). Waktu itu saya dan Arief lagi dengerin album itu terus liat lagu judulnya "Secret Meadow". Terus kayaknya asik kalo dijadiin nama band karena gak ada konotasi positif atau negatif. Jadi emang gak ada alasan filosofis di balik pemilihan nama Secret Meadow. Awalnya Jaro mengusulkan nama Barthoff, tapi terus ditolak.

Semua judul lagu kalian sangat puitis. Apa inspirasi judul lagu dan lirik kalian?
Saya yang bertugas ngurusin judul lagu dan lirik. Biasanya saya terinspirasi oleh hal-hal yang saya anggap menganggu. "Vexation" itu tentang seseorang yang basah kuyup ketika pulang kerja—gak enak banget kan. "Followed by the Voice" itu tentang rasa malu, orang yang kikuk gitu. Saya tulis lagu ini soalnya saya gak bisa sosial kayak Arief. "Same Old Fear" itu tentang ketakutan saya tentang masa depan sendiri—pertanyaan klise tentang saya mau jadi apa nanti. "Endlings" itu tentang isu lingkungan yang menurut saya mengkhawatirkan dan bagaimana manusia kerap tidak bertanggung jawab dan seenaknya aja. Lagu terakhir, "Water in the Flowing River" itu tentang konsep waktu yang selalu mengganggu saya.

Iklan

Gimana bisa berhubungan dengan Jigsaw Records?
Arief menghubungi Chris, pemilik Jigsaw Records untuk menanyakan kalau-kalau kita bisa numpang jualan CD di toko musiknya. Tapi dia malah nawarin ngerilis album kami sekalian di labelnya. Jadi sekarang kita punya rilisan CD di Indonesia di bawah Kubis Records dan CD-R untuk Amerika Serikat di bawah Jigsaw Records. Yang bikin cover album sama sleeve-nya si Jaro. Gambarnya itu interpretasi dia tentang rasa takut. Warna birunya merepresentasikan ketakutannya terhadap laut yang luas dan dalam, sementara gambar bunga itu simbol kecantikan kehidupan yang muncul dari rasa takut. Gambar semak di cakramnya merupakan representasi Secret Meadow itu sendiri.

Kayaknya sekarang banyak band-band muda fokus merilis EP. Kenapa ikut-ikutan?
Saya gak tau kenapa trendnya sekarang begitu, tapi buat kita merilis EP itu tanggung jawabnya lebih kecil dan cara yang bagus buat memperkenalkan diri ke scene. Kita juga gak mau ngerekam album penuh di rumah dan belum punya duit buat rekaman di studio juga.

Kalian bakal sering manggung gak?
Ada beberapa jadwal manggung dalam waktu dekat, tapi kami cuma bisa manggung pas hari biasa doang. Mungkin akhir pekan bisa kalau venuenya di sekitaran Jakarta. Saya gak tau gimana cara menjelaskan aksi panggung kami selain empat cowok malu-malu di atas panggung.

Dengarkan EP Secret Meadow di sini: