FYI.

This story is over 5 years old.

Kesehatan Mental

Kenali Tanda-Tanda Kamu Butuh Bantuan Psikolog Untuk Pulihkan Mental yang Terpuruk

Sayang sekali gejalanya tak selalu mudah dikenali, tapi semoga artikel ini bisa membantu.

Tidak seperti sakit fisik, gangguan mental sulit dikenali gejalanya. Tak ada yang tahu pasti kapan sebaiknya mencari bantuan dokter spesialis penyakit jiwa, ujar Rachel Kazez, terapis di Chicago dan pendiri layanan konsultasi kesehatan mental All Along. Merasa sedih setelah dipecat, ditinggal orang tersayang atau putus hubungan itu wajar, karena semuanya adalah bagian dari hidup. Kamu juga tidak butuh bantuan ahli untuk mengatasinya. “Tidak semua kesedihan perlu diobati ke dokter,” katanya. Rasa sedih akan berkurang atau menghilang seiring waktu dengan bantuan teman, olahraga atau jalan-jalan.

Iklan

Dengan kata lain, kamu baru memerlukan bantuan terapis kalau sudah tidak mampu menangani kesedihannya. Kalau kamu mengalami gejala-gejala di bawah ini, itu artinya kamu benar-benar butuh berobat.

Situasi pertama: Habis bercerai atau putus hubungan
Dalam sebuah penelitian, para peneliti dari University of Denver menemukan bahwa 43 persen orang berusia 18 hingga 35 tahun mengalami kesedihan yang mendalam saat putus hubungan. Namun, bukan berarti mereka perlu terapi untuk kembali seperti semula. Kamu boleh menangis, ngemil, mengomel atau melakukan apa saja yang bisa mengurangi sakit hati. Yang terpenting, menurut Kazez, prosesnya tidak malah berdampak buruk bagi kesehatan dan hubunganmu dengan orang lain.

Waktu yang tepat berobat ke terapis:
Kamu merasa tidak bisa hidup tanpa pasangan. Dalam beberapa kasus, hubungan bisa membuat orang sangat bergantung pada pasangannya. Menurut Carl Sheperis, wakil ketua dewan direksi National Board of Certified Counselors, terapis yang baik bisa membantu mengembalikan kekuatan dan identitasmu. Jika kondisimu malah menghambat proses pemulihan diri—misal, kamu mendapatkan hak asuh anak atau mengurus orang tua yang sakit—maka kamu butuh dokter jiwa yang bisa membantumu bangkit lebih cepat, ujar Kazez. Ben Rutt, psikolog berlisensi di Baltimore, menyarankan kamu harus segera berobat ke terapis kalau sudah kecanduan alkohol, menarik diri, atau berhubungan seks secara impulsif.

Iklan

Situasi keduaz: Ada keluarga yang meninggal
Kazez menjelaskan bahwa setiap orang mengalami proses berduka yang berbeda. Ada yang menghadapinya dengan berharap atau putus asa. Saat orang tersayang meninggal, reaksi kita biasanya menangis, sulit tidur dan tidak nafsu makan. Menurut penelitian terbaru, sebagian orang baru bisa mengikhlaskan mendiang setelah 18 bulan berduka. Rutt tidak mewajibkan kamu cari bantuan ke terapis. Menurut Kazez, beberapa orang jadi mudah lupa saat sedang berduka dan pergi ke terapis malah bisa menambah beban. Kamu bisa mengatasi perasaan berduka dengan bercerita kepada anggota keluarga yang juga berduka, menggunakan aplikasi atau program terapi daring seperti Talkspace, atau bergabung dengan support group supaya kamu tidak merasa sendirian.

Waktu yang tepat berobat ke terapis:
Kalau kesedihanmu semakin buruk. Dalam hal ini, kamu mungkin saja mengalami gangguan yang menurut pakar berhubungan dengan duka yang amat mendalam. Gejala lain yang perlu diperhatikan yaitu mudah marah, tidak berperasaan, atau menarik diri dari orang lain. Rutt mengatakan bahwa berobat ke terapis bisa sangat membantu. Selain itu, kamu juga perlu bantuan menerima kematian keluarga yang diakibatkan oleh kekerasan, atau kebencian terhadap ras, gender atau masalah sosial lainnya, ujar Kazez.

Situasi ketiga: Dipecat atau menganggur
Bukanlah hal yang aneh kalau kamu merasa sedih, ditolak atau tak berguna jika dipecat atau sedang menganggur. Menurut Kazez, di-PHK bisa jadi kesempatan yang bagus bagimu untuk mengasah keterampilan baru dan mempertimbangkan kembali kariermu. Kemungkinan besar hidup akan berubah lebih baik kalau kamu bisa mengatasinya dengan cara positif seperti ini.

Iklan

Waktu yang tepat berobat ke terapis:
Apabila keterpurukanmu setelah di-PHK memicu pola pikir negatif atau gejala gangguan mental yang telah diobati sebelumnya—misalnya, putus asa dan bosan hidup yang disertai depresi. Polling Gallup terbaru menemukan bahwa satu dari lima orang Amerika yang telah menganggur setahun lebih cenderung berobat ke terapis karena kondisi mentalnya yang kacau. Kazez menerangkan bahwa menjalani terapi selama beberapa kali bisa membantu seseorang bangkit kembali. Namun, semuanya tergantung pada situasimu saat di-PHK. Apabila kamu segera membutuhkan pekerjaan baru, satu sesi terapi bisa membantumu mengejar masa depan yang lebih baik.


Situasi keempat: Penyakit fisik
Penyakit ringan biasanya cepat dan mudah disembuhkan, sehingga orang tak mudah tertekan karenanya. Orang yang menderita sakit keras atau cacat fisik cenderung mengalami depresi atau stres jika mereka tidak bisa menerima kondisi kesehatannya.

Waktu yang tepat berobat ke terapis:
Apabila kamu kehilangan semangat hidup. Menurut Kazez, cara terbaik mengatasi situasi ini yaitu dengan menghadiri support group bersama pasien lain. “Semangat hidupnya bisa terpacu jika melihat pasien lain optimis bisa sembuh,” ujar Kazez. Namun, apabila kamu kesulitan bergabung dengan pasien lain, konsultasi pribadi bisa membantumu lebih terbuka kepada pasien lain.

Situasi terakhir: Ingin berhenti minum alkohol atau merokok
Mungkin kamu tidak pernah mengalami kejadian buruk, tapi kamu kesulitan mengubah kebiasaan buruk, ujar Kazez. Kamu bisa saja mengendalikan diri, tapi prosesnya tentu tidak mudah. Saking seringnya minum atau merokok, kamu merasa aneh kalau sehari saja tidak mengonsumsinya.

Waktu yang tepat berobat ke terapis:
Apabila kamu mengonsumsi zat adiktif secara berlebihan. Ketergantunganmu memicu masalah di rumah, pekerjaan atau dalam hubungan pertemanan. Jika kamu mengalami ini, Sheperis menyarankan kamu segera bertemu terapis. Boleh juga berobat ke dokter yang memberikan pengobatan atau terapi pengganti nikotin. Terapi ini dinilai efektif mengurangi kecanduanmu.