FYI.

This story is over 5 years old.

Teror di London

ISIS Mengklaim Bertanggung Jawab Atas Aksi Teror di Gedung Parlemen Inggris

Korban tewas direvisi jadi tiga orang, namun tujuh korban luka masih kritis. Pelaku bernama Khalid Masood (52), warga Inggris pernah masuk pantauan intelijen.
Foto oleh Associated Press.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Kelompok Militan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan teror yang terjadi di luar Gedung Parlemen Ibu Kota London, Inggris, Rabu (22/3) sore waktu setempat. Melalui media propaganda Amaq, juru bicara ISIS mengklaim pelaku adalah "prajurit Khilafah Islamiyah."

Pelaku menjalankan aksinya dengan menabrakkan mobil ke arah kerumunan turis dan pejalan kaki yang sedang berkerumun di Jembatan Westminster. Setelahnya, pelaku berlari menuju pintu Gedung Majelis Rendah (House of Commons), menusuk seorang polisi sampai tewas, sebelum dilumpuhkan petugas yang datang belakangan. Peristiwa ini menewaskan empat orang, termasuk pelaku (sebelumnya disebut lima orang tewas-red). Adapun 40 orang lainnya luka-luka, tujuh masih dalam kondisi kritis akibat ditrabak mobil.

Iklan

Kepolisian Metropolitan London dalam jumpa pers terbaru mengumumkan detail identitas tersangka utama. Pelaku bernama Khalid Masood, pria 52 tahun warga negara Inggris. Dia pernah masuk dalam program pemantauan intelijen, namun dianggap tidak membahayakan keamanan negara sehingga dibiarkan beraktivitas seperti biasa. Perdana Menteri Inggris Theresa May turut membenarkan bila pelaku sempat masuk daftar operasi antiteror dalam kurun singkat.

Adapun beberapa jurnalis dan pengamat tidak langsung yakin ISIS memerintahkan Masood beraksi. ISIS berulang kali hanya menumpang tenar atas aksi teror di Eropa yang dijalankan oleh pelaku tunggal (lone wolf).

Dalam investigasi lanjutan untuk mengungkap kemungkinan adanya jaringan yang mendukung Masood beraksi, Kepolisian Inggris segera menggelar operasi. Aparat telah menahan delapan orang lain diduga terkait insiden teror Westminster. Aparat menggerebek enam rumah maupun apartemen di kawasan London dan Birmingham.

Masood pernah punya catatan kriminal sebelumnya. Semasa muda dia sempat ditangkap karena berkelahi, hingga membuat keributan di tempat umum. Masood tidak pernah melakukan kejahatan serius. Karena itulah, pria kelahiran Inggris ini dalam pemantauan intelijen dianggap tidak memiliki niat maupun jaringan memadai untuk melakukan serangan teror.

Pelaku lahir tahun 1964 di Kota Kent. Masood sehari-hari tinggal di Quayside, Birmingham. Masood adalah guru bahasa Inggris yang sudah menikah dan memiliki satu anak. Di kalangan rekan kerja dan tetangganya, Masood punya beberapa nama alias, antara lain Khalid Choudry.

Iklan

Terakhir kali Masood berurusan dengan polisi pada Desember 2003, karena tertangkap patroli aparat di jalan membawa pisau dalam mobil.

Berikut perkembangan terbaru Teror London yang perlu kalian tahu:

  • Perdana Menteri May segera menggelar pidato di Gedung Parlemen sehari setelah insiden. Dia menyatakan pelaku dipastikan beraksi "sendirian". Aparat Inggris meyakini tidak akan ada serangan susulan dalam waktu dekat. Masood diakui pernah terlibat kekerasan dan tawuran semasa muda, karena itu sempat masuk daftar pemantauan lembaga intelijen Inggris MI5. "Namun beberapa tahun lalu agen lapangan menganggap risiko ancaman dari pelaku sangat minim. Dia sebelumnya bukan siapa-siapa sehingga tidak terlalu lama masuk radar intelijen."

  • Pelaku mengendarai mobil station wagon dalam kecepatan tinggi, lalu sengaja mengincar sisi pejalan kaki Jembatan Westminster yang dipenuhi turis maupun warga lokal. Dari sebagian korban terlindas, dua orang tewas seketika. Satu perempuan terjatuh ke Sungai Thames, kendati bisa diselamatkan tim SAR. Mobil itu kemudian ditabrakkan ke pagar persis di luar Gedung Parlemen Inggris. Sekeluarnya dari mobil, Masood menusuk polisi yang bertugas di pintu masuk. Sekian menit kemudian, polisi lain datang, langsung menembak mati Masood yang berusaha masuk ke House of Commons.
  • Dari 40 korban cedera, 29 orang hingga berita ini dilansir masih harus dirawat di rumah sakit. Tujuh orang berada di ICU lantaran kondisinya kritis.
  • Korban luka akibat aksi teror ini mencakup 12 warga Inggris, tiga anak-anak asal Prancis, dua turis Rumania, empat pelancong Korsel, dua dari Yunani, serta masing-masing satu warga negara Jerman, Irlandia, Polandia, Cina, Italia, dan Amerika Serikat. Tiga polisi menjadi korban aksi teror, satu tewas sementara dua lainnya cedera serius.
  • Dari enam lokasi yang digerebak Kepolisian Inggris, ada satu flat di Birmingham yang dicurigai menjadi tempat persiapan aksi teror. Empat penghuni flat dicokok oleh aparat namun peran mereka dalam kejadian itu belum jelas.
  • Identitas tiga korban tewas sudah diungkap oleh media massa Inggris. Pertama adalah sosok polisi yang tewas karena ditusuk pelaku, bernama Keith Palmer (48). Palmer saat kejadian nahas ini bertugas di pintu gerbang Gedung Parlemen Inggris tanpa membawa senjata api. Dia sudah mengabdi di kepolisian lebih dari 15 tahun. "[Palmer] tidak diragukan lagi adalah pahlawan yang hingga wafatnya berusaha menjalankan tugas," kata Perdana Menteri May. Satu korban lain yang sudah teridentifikasi adalah Aysha Frade, guru yang berada di lokasi dalam perjalanan pulang setelah mengajar. Dia tewas seketika terlindas mobil pelaku yang melaju kencang menabrak kerumunan orang di Jembatan Westminster.
  • Korban tewas ketiga adalah warga negara Amerika Serikat bernama Kurt W. Cochran. Pria asal Utah ini sedang merayakan ulang tahun perkawinan ke-25 bersama istrinya di jembatan terkenal dekat Jam Big Ben itu. Nahas, dia tertabrak mobil yang dikemudikan pelaku. "Keluarga kami sangat berduka mendengar kabar meninggalnya Kurt karena menjadi korban serangan teroris di London," kata juru bicara keluarga Cochran.

Tetangga Masood tidak menyangka jika pria itu nekat melancakan aksis teror. Saat diwawancarai surat kabar the Guardian, Iwona Romek yang kenal baik dengan pelaku menyatakan sehari-hari Masood nampak biasa saja. Bapak dua anak itu hidup bersama istri dan satu anaknya yang masih kecil. Hobinya di akhir pekan adalah berkebun. "Mereka keluarga yang baik dan sopan kepada kami semua. [Masood] juga sosok yang kalem. Ketika melihat foto pelaku di televisi, aku sangat terkejut karena aku langsung tahu itu sosok [Masood]. Anaknya masih kecil, belum lama ini masuk sekolah dasar," ungkap Romek.

Masood sempat berusaha masuk ke dalam Gedung Parlemen sesudah menusuk Palmer. Ada satu petugas lain yang berhasil mengejarnya, lantas menembak Masood dari jarak dekat. Sejauh ini, polisi belum mengumumkan motif, catatan khusus yang ditinggalkan pelaku, atau membenarkan aksi teror yang dilakukan Masood benar terinspirasi jaringan ISIS yang rajin mengincar negara-negara Eropa dua tahun belakangan.