Luar Angkasa

Ahli Astrofisika Membuat Peta Alam Semesta Versi 3D Terbesar yang Pernah Ada

Proses pembuatan peta oleh tim beranggotakan ilmuwan dari berbagai negara ini menghabiskan waktu 20 tahun.
Gambar dari video animasi yang dirilis oleh Swiss Federal Institute of Technology Lausanne (EPFL)
Gambar dari video animasi yang dirilis oleh Swiss Federal Institute of Technology Lausanne (EPFL). Gambarnya menunjukkan peta alam semesta yang mengalami ekspansi.

Pada 19 Juli lalu, tim astronom dari berbagai negara merilis peta 3D terbesar tentang alam semesta. Dengan begini, para ilmuwan berharap khalayak luas bisa lebih memahami jagat raya yang super misterius. Mereka meneliti lebih dari dua juta galaksi dan kuasar (inti galaksi aktif sangat terang yang memiliki lubang hitam supermasif) untuk menciptakan peta tiga dimensinya.

Menurut Sloan Digital Sky Survey (SDSS), ini merupakan hasil kolaborasi ratusan astrofisikawan dari 30 institusi yang bergabung dalam proyek extended Baryon Oscillation Spectroscopic Survey (eBOSS). Setiap tim eBOSS mempelajari aspek yang berbeda. Proses pembuatan petanya memakan waktu dua dekade.

Iklan

“Sejarah kuno alam semesta dan ekspansi terbarunya sudah diketahui dengan baik, tapi masalahnya ada kesenjangan signifikan yang berlangsung selama 11 miliar tahun,” kata ketua tim Kyle Dawson dalam pernyataannya.

“Kami menghabiskan lima tahun untuk menutup celah itu. Informasinya memberikan gambaran tentang beberapa kemajuan paling besar dalam kosmologi selama 10 tahun terakhir.”

Peta ini menampilkan alam semesta sejak usianya baru 300.000 tahun. Jika dilihat lebih dekat, kalian akan memperhatikan semua filamen dan void yang menentukan struktur di alam semesta. Petanya juga mengungkapkan bahwa sekitar enam miliar tahun lalu, ekspansi alam semesta dipercepat. Sejak itu, ekspansinya terus bertambah cepat. Para ilmuwan melihat percepatannya disebabkan oleh komponen tak kasat mata yang disebut “energi gelap”. Komponen tersebut masih menjadi misteri. Astronom belum bisa memahaminya dengan pemahaman fisika partikel saat ini.

Peta tersebut bahkan memampangkan perbedaan dari pengetahuan yang kita miliki sekarang. Tim ilmuwan mengukur laju pengembangan alam semesta saat ini—yang dikenal sebagai “Konstanta Hubble”—10 persen lebih rendah dari nilai yang kita ketahui selama ini. Data eBOSS memiliki presisi tinggi, sehingga kecil kemungkinannya ketidakcocokan tersebut hanya sebatas kebetulan.

Belum ada penjelasan yang diterima secara luas terkait perbedaan ini, tapi bisa saja bentuk materi atau energi yang sebelumnya tidak diketahui telah meninggalkan jejak pada sejarah alam semesta. Tim eBOSS berharap penelitian selanjutnya dapat memecahkan teka-teki ini. “Survei-survei di masa depan mungkin bisa menyelesaikan misteri, atau malah memberikan kejutan baru,” bunyi pernyataannya.

Follow Satviki di Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE India