Kejahatan

Mantan Satpam Menyamar Jadi Dokter Bedah, Satu Pasien Tewas Setelah Dia Operasi

Kalangan dokter Pakistan digegerkan oleh berita meninggalnya seorang lansia usai dioperasi dokter abal-abal.
HJ
Islamabad, PK
Gerbang masuk Rumah Sakit Mayo, yang merupakan rumah sakit tertua dan terbesar di Lahore.
Gerbang masuk Rumah Sakit Mayo, yang merupakan rumah sakit tertua dan terbesar di Lahore. Foto: Sher Ali

Lansia 80 tahun Shameema Begum sudah berminggu-minggu kesakitan karena luka baring, sehingga keluarga membawanya ke Rumah Sakit Mayo di Lahore pada 17 Mei.

Setibanya di rumah sakit tertua dan terbesar di kota Pakistan, sang putra Shafaqaat Ali dihampiri lelaki berpakaian APD lengkap yang mengaku sebagai dokter. Orang itu mengatakan Shameema harus segera dioperasi, dan dia bisa memberi penanganan dengan harga lebih terjangkau tanpa perlu mendaftar.

Iklan

Lelaki bernama Muhammad Waheed Butt langsung melakukan pembedahan bersama seorang teknisi begitu menerima persetujuan keluarga. Namun, bukannya sembuh, Shameema justru menghembuskan napas terakhirnya di tangan Waheed akhir pekan lalu.

“Layaknya seorang pemula, dia memotong luka dengan brutal, meninggalkan sayatan sepanjang enam inci (15 cm) dan sedalam dua inci (5 cm). Dia melakukannya selama lebih dari satu jam. Terjadi pendarahan hebat. Dia panik dan menyuruh kami membawa ibu pulang. Katanya akan datang keesokan harinya untuk membalut luka,” Shafaqaat Ali memberi tahu VICE World News.

Kondisi Shameema kian hari kian parah, sehingga Waheed diduga meminta keluarga untuk membawanya kembali ke rumah sakit. Dari situlah, mereka menyadari Waheed bukan dokter bedah di sana. Polisi menangkapnya pada 22 Mei, beberapa minggu sebelum Shameema meninggal. Komplotannya, si teknisi, masih menjadi buronan.

Pihak berwajib masih menunggu laporan otopsi Shameema untuk menetapkan penyebab kematiannya dan hukuman yang tepat untuk Waheed. Pihak rumah sakit menolak untuk berkomentar.

Insiden ini memicu kecaman dari kalangan medis Pakistan. Mereka menyerukan pertanggungjawaban yang lebih besar, khususnya di tengah pandemi seperti sekarang.

“Ini kasus pembunuhan, dan dia harus dihukum seberat-beratnya agar jera. Tidak adanya pemeriksaan dan kontrol, termasuk penggunaan ID, di sebagian besar rumah sakit milik pemerintah memungkinkan penipuan semacam itu terjadi,” Khizer Hayat selaku Ketua Asosiasi Dokter Muda Punjab berbicara kepada VICE World News.

Iklan

Pihak berwajib membeberkan Waheed sempat menjadi satpam rumah sakit, tapi telah dipecat setahun sebelumnya karena memeras pasien.

“[Waheed] Butt telah mengakui kejahatannya dan mengatakan dulu sering mendatangi rumah pasien saat masih bekerja di rumah sakit untuk mengganti perban dan meminta bayaran,” Ali Safdar, juru bicara kepolisian Lahore, menyampaikan.

Petugas rumah sakit berujar, Waheed berhasil menyelinap masuk rumah sakit tanpa terdeteksi karena mengetahui protokol keamanan. Kewajiban memakai APD juga membantunya menyembunyikan identitas.

“Staf rumah sakit besar sangat sibuk dengan merebaknya Covid-19, bahkan kamera CCTV saja sulit mengidentifikasi orang yang pakai masker,” ungkap petugas rumah sakit yang meminta untuk dirahasiakan namanya. Pihak rumah sakit dikabarkan telah melarang staf berbicara kepada media tentang insiden tersebut.

Juru bicara kepolisian Lahore menambahkan, kematian Shameema telah mendorong mereka menindak para penipu yang memanfaatkan protokol Covid-19 di rumah sakit umum yang sibuk.

Rumah sakit umum Pakistan sudah berulang kali terseret kasus penipuan. Pada 2016, terkuak bahwa seorang perempuan menunjukkan sertifikat kompetensi palsu, padahal dia telah melakukan operasi selama delapan bulan di Services Hospital, rumah sakit terbesar kedua di Lahore.

Follow Haroon Janjua di Twitter.