Deretan Anime Terbaik Menggambarkan Proses Pendewasaan

FYI.

This story is over 5 years old.

Anime

Deretan Anime Terbaik Menggambarkan Proses Pendewasaan

Menjadi dewasa itu, untuk cowok maupun cewek, adalah pengalaman rumit. Delapan anime berikut bisa menangkap suasana dan emosi remaja lebih baik daripada live-action.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D.

Jangan percaya siapapun yang mengatakan bahwa animasi—mulai dari yang gambarnya sederhana sampai adaptasi manga penuh detail—hanya untuk konsumsi anak-anak. Apalagi kalau sampai ada yang bilang animasi sebagus apapun tidak akan bisa merepresentasikan emosi manusia yang rumit. Siapapun ngomong begitu pasti belum menonton Your Name, anime Jepang tentang remaja yang bertukar tubuh. Anime ini berhasil menangkap suasana remaja dengan hormon bergejolak sama baiknya dibanding film-film live action lainnya.

Iklan

Your Name bukanlah anime pertama menceritakan kisah pengalaman akil baligh secara unik. Sudah banyak anime yang menceritakan perasaan-perasaan masa muda yang intens, sama kuatnya dengan perasaan yang timbul ketika menonton film-film Sofia Coppola. Mulai dari rasa girang bercampur gugup ketika melihat gebetan di sekolah, atau pukulan brutal ketika anda mendengar frase "kita jadi temen aja ya." Berikut daftar film-film anime genre coming of age yang perlu anda tonton.

Ocean Waves

Film mahakarya Studio Gibli era 90-an ini menceritakan kisah remaja lelaki yang jatuh cinta dengan perempuan dari kota besar yang baru saja pindah ke sekolahnya. Masalahnya, teman dekatnya juga jatuh cinta dengan si anak baru itu. Akibatnya terjadi cinta segitiga yang mengancam persahabatan mereka. Anime ini penuh detail yang indah, menampilkan setiap bagian dari kehidupan masa SMA—mulai dari cowok-cowok yang ngintip-ngintip cewek lagi main tenis, hingga sepasang remaja yang sedang berjalan romantis berduaan di bawah lampu remang-remang. Score yang manis memperkuat rasa sentimental film ini dan mungkin akan membuat air mata kalian bercucuran.

The Girl Who Leapt Through Time

Sama seperti Your Name, The Girl Who Leapt Through Time adalah film remaja yang dibalut konsep sains-fiksi. Film ini menceritakan seorang siswi SMA yang secara ajaib menemukan kemampuan kembali ke masa lalu, kemudian menyelesaikan masalah-masalah pribadinya. Sayangnya kemampuan itu malah menimbulkan persoalan baru, contohnya seperti ketika salah satu teman baiknya mengajak pergi kencan. Dia kembali ke masa lalu berusaha untuk menghindari ajakan tersebut. Belakangan dia sadar bahwa ada beberapa hal dalam hidup yang tidak bisa dihindari, tidak peduli berapa kali dia 'meloncat' ke masa lalu. Ketidakpastian inilah bagian dari keindahan hidup. Sama seperti Your Name, anime ini sukses berat di Jepang, menghasilkan 260 juta Yen (Rp30,5 miliar) di box office.

Iklan

Whisper of the Heart

Jangan kaget apabila anime keluaran 1995 ini akan mencairkan hati penonton paling beku sekalipun, mengingat ini adalah karya kepala Studio Ghibli, Hayao Miyazaki. Adaptasi dari manga rilisan 1989 berjudul sama karya Aoi Hiiragi, film ini menceritakan kehidupan Shizuku, seorang perempuan kutu buku berumur 14 tahun. Secara misterius, dia melihat nama lelaki yang sama tertulis di dalam buku yang dia pinjam dari perpustakaan, sampai-sampai dia bermimpi, "Wah kayak apa ya orangnya." Kemudian suatu hari mereka bertemu dan mulai sering nongkrong bareng. Tiba-tiba dia bisa datang ke kelas Shizuku tanpa pengumuman, membuatnya malu di hadapan teman-teman sekelasnya. Pipi Shizuku merona merah. Ini pasti yang namanya cinta. Tapi kemudian sang lelaki harus pergi ke Italia untuk magang. Hidup memang tidak adil. Di adegan terakhir film ini, si lelaki muncul di luar jendela Shizuku ketika subuh. Shizuku meloncat naik ke sepeda pujaan hati dan mereka berkeliling kota ditemani matahari terbit. Di momen itulah saatnya kamu meraih kotak tisu gara-gara linangan air mata.

Beck

"Baru 14 tahun dan aku merasa hidup udah mentok." Film ini bercerita tentang remaja tukang bengong, Yukio, yang hidupnya berubah ketika bertemu jagoan guitar berumur 16 tahun: Ryusuke. Mereka kemudian membentuk sebuah band bareng bernama Beck (bukan tribute ke Beck si penyanyi solo). Yukio—tipikal penyendiri yang kesepian dan tidak populer—mendapatkan pelipur lara berkat musik. Manga aslinya karya Harold Sakuishi, diadaptasi menjadi 26 episode anime yang akan mengingatkanmu bagaimana satu teman baik dan satu album musik yang mempesona bisa mengubah kehidupanmu selama-lamanya.

Iklan

When Marnie Was There

Anna, remaja yang membenci diri sendiri dan marah terhadap orang tua asuhnya, setelah mengetahui mereka menerima uang sumbangan dari pemerintah untuk menanggung biaya hidupnya. Tinggal dengan keluarga relatif setelah asmanya kambuh di sekolah, Anna terobsesi dengan sebuah rumah besar yang diterlantarkan. Di rumah itu dia bertemu perempuan misterius bernama Marnie. Rupanya cuma Anna yang bisa melihat sosok Marnie. Apakah Marnie benar-benar ada? Apakah Anna sedang mengalami gangguan mental? Film yang secara kasat mata terlihat seperti film hantu ini sesungguhnya lebih berfokus ke isu depresi dan rasa diabaikan seorang remaja. Anna adalah seorang karakter introvert, berjarak secara emosional, rumit, namun tetap menawan. "Gue benci diri sendiri," katanya, sembari melesakkan ujung sebuah pensil ke permukaan buku hingga patah.

Kids on the Slope

Entah kenapa, skenario 'anak baru di sekolah' selalu populer dalam anime tentang proses menjadi dewasa. Klasik. Nyatanya konsep klise sangat efektif dalam Kids on the Slope, seri manga Yuki Kodama yang mengambil setting 60-an, bercerita tentang seorang remaja yang pindah ke sebuah kota baru dan tinggal dengan saudara karena situasi kerja ayahnya. Dia tidak suka dengan anak-anak lain, senang sendirian, kutu buku, dan yup, dia merasa dirinya sebagai pusat dari alam semesta. Namun semua ini berubah ketika seorang siswi memberikan dia tur sekolah ketika jam makan siang. Berkat siswi ini, dia bertemu dengan drummer jazz bandel yang membuatnya lebih menikmati hidup, menemukan identitas diri, merasakan pengalaman berantem dengan remaja lain, berenang di danau, dan serunya musik jazz 60-an di Jepang.

Iklan

From Up on Poppy Hill

Anime From Up on Poppy Hill karya Studio Ghibli merupakan film romansa SMA 60-an tentang seorang perempuan yang jatuh cinta dengan seorang jurnalis remaja. Mereka bersama bersama remaja di Kota Yokohama berusaha menyelamatkan gedung klub sosial sekolah mereka dari penggusuran dalam rangka persiapan Olimpiade Tokyo 1964. Disutradarai oleh anak Hayao Miyazako, Gorō Miyazaki, film ini merupakan film romansa old-school (secara literal) yang menyentuh dan low profile.

A Letter to Momo

A Letter to Momo adalah salah satu film coming-of-age yang berani memasukkan unsur eskapisme ala Spirited Away. Film ini bercerita tentang seorang remaja perempuan yang meninggalkan Tokyo dengan Ibunya setelah kematian Ayahnya. Dia cemas tentang masa depannya, murung akibat kematian Ayahnya, dan membenci sang Ibu yang memaksanya pindah rumah. Tidak mempunyai teman di kota baru sama sekali, dia mulai bosan. Kemudian, ketika dia menemukan sebuah buku bergambar tua di loteng rumah baru, kejadian-kejadian aneh ala Spirited Away mulai terjadi. Hantu-hantu yang hanya bisa dilihat olehnya bermunculan. A Letter to Momo bernuansa sentimental ala Ghibli tanpa jadi membosankan. Sama seperti film-film anime terbaik lainnya, ketika sedang menontonnya, anda lupa bahwa film ini hanyalah serangkaian gambar yang bergerak dengan cepat di layar.