FYI.

This story is over 5 years old.

Di Balik Reproduksi

Ilmuwan Sukses Membiakkan Bayi Tikus dari Pasangan Sesama Jenis

Dua induk betina menghasilkan anak tikus yang sehat, tidak seperti hasil peranakan dua induk jantan. Ini terobosan pertama sepanjang sejarah ilmu pengetahuan seputar mamalia dan seksualitas.
Bayi Tikus Sesama Jenis, Tiongkok, LGBT, Mamalia, Penelitian Beijing Mengedit DNA
Sumber foto: Leyun Wang 

Sekelompok pakar biologi dari Beijing, Tiongkok, berhasil membiakkan anak tikus yang sehat dari induk sesama jenis untuk pertama kalinya. Hasil reproduksi betina-betina lebih sehat ketimbang jantan-jantan. Anak tikus keturunan jantan-jantan memiliki berbagai masalah kesehatan.

"Kami ingin memecahkan alasan mengapa mamalia hanya bisa menjalani reproduksi secara seksual," kata Qi Zhou, ahli biologi di Institute of Zoology, Chinese Academy of Sciences, lewat pernyataan tertulis. "Kami coba mencari tahu apakah tikus normal bisa dibiakkan oleh dua induk betina atau dua induk jantan."

Iklan

Reproduksi aseksual memang ditemukan di banyak hewan, tetapi ini tidak pernah terjadi secara alami di mamalia. Ketika tikus jantan dan betina bereproduksi, masing-masing menyumbang 23 kromosom dalam sperma dan telur. Sel tubuh anak tikus memiliki total 46 kromosom.

Anak tikus akan menerima dua salinan dari beberapa gen—satu dari induk betina dan satu dari induk jantan.

1539368323416-2

Sumber foto: Leyun Wang

Namun, untuk beberapa gen terpilih, anak tikusnya hanya mendapat satu salinan dari telur atau sperma yang diketahui sebagai "genomic imprinting." Itu alasannya reproduksi sesama jenis sulit dilakukan pada mamalia, sebab keturunan tidak menerima gen yang unik dari sel sperma atau telur. Akibatnya, anak berisiko besar mengalami kelainan.

Dulu sudah ada peneliti yang membiakkan anak tikus dari induk betina-betina, tetapi hasilnya tidak normal. Dalam kasus ini, para peneliti telah menghapus gen yang dicetak dari sel telur belum matang yang memiliki 46 kromosom.

Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian yang terbit Kamis pekan lalu di Jurnal Cell Stem Cell, peneliti Tiongkok menghindari kelainan pada peranakan betina-betina dengan menggunakan haploid embryonic stem cells (HSC) untuk melakukan reproduksi sesama jenis. HSC adalah jenis sel yang hanya membawa setengah dari jumlah kromosom normal.

Dalam satu percobaan, para peneliti menghasilkan HSC menggunakan materi dari tikus betina, dan menghapus daerah pencetak utama dalam DNA sel yang dihapus. Setelah itu, mereka menyuntikkan HSC ke dalam sel telur tikus, yang secara efektif menggantikan peran sperma.

Iklan

Dari 210 embrio yang dihasilkan oleh induk betina-betina, peneliti menghasilkan 29 anak tikus sehat yang hidup sampai besar dan punya anak juga.

Sayangnya, hal yang sama tidak terjadi pada anak tikus hasil reproduksi induk jantan-jantan. Sebelum menyuntikkan HSC ke tikus lain, para peneliti harus menghapus lebih banyak daerah pencetak dari HSC yang dihasilkan dari tikus jantan. Spermanya lalu disuntikkan ke dalam sel telur yang materi genetiknya sudah dihapus.

Dari 1.023 embrio yang dihasilkan induk jantan-jantan, hanya ada 12 anak tikus yang dilahirkan. Namun, masa hidupnya sangat pendek. Semua anak tikus tersebut mati dalam waktu 48 jam dengan badan bengkak dan lidah yang terlalu besar.

Butuh waktu yang lama untuk teknik serupa diterapkan ke reproduksi sesama jenis pada hewan lainnya—termasuk manusia. Menurut peneliti, mereka perlu terlebih dulu mengidentifikasi gen unik yang tercetak di setiap spesies.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard