FYI.

This story is over 5 years old.

Travel

Gimana Sih Rasanya Naik Pesawat Yang Tiketnya Seharga Rp266 Juta?

Yuk, kenalan sama vlogger yang kerjaannya nge-review penerbangan kelas VIP dari berbagai maskapai. Gimana cara dia cari duitnya ya?
Screen grab dari akun Youtube Sam Chui.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

Postingan paling populer di kanal YouTube Sam Chui adalah saat dia menghabiskan US$20,000 hingga US$34,000 (sekitar Rp 266 juta - Rp 452 juta) untuk memesan tiket penerbangan ultra VIP yang sangat eksklusif. Dia membeli tiket berbeda-beda dari beberapa maskapai paling mewah di dunia. Contohnya, Chui beli tiket untuk sekadar merasakan penerbangan kelas "Residence" Etihad Airways, yang kerap dijuluki hotel di langit. Chui tiba di ruang santai sebelum terbang dengan jas dan celana panjang, sambil menenteng kamera portabel yang dipegang setara dada. Juru masak maskapai menyajikan menu icip-icip lobster panggang dan kaviar, sedangkan pelayannya menyalakan cerutu musky untuk melengkapi anggur pilihan. Setelah bercukur di salon pribadi di ruang tunggu VIP bandara, Chui dibawa naik kendaraan carteran dan langsung menuju garbarata pribadi. Kelas residence ini dibedakan tempat duduknya dari kelas bisnis dan kelas satu, serta dilengkapi kamar tidur pribadi, kamar mandi, minibar, dan sapaan pribadi dari pilot yang jadi kapten penerbangan. Bahkan kalau si penumpang kelas residence mau, awak pesawat akan menyediakan sarapan untuk dinikmati di atas ranjang. Chui mendokumentasikan setiap momen pelayanan ini, dari detik-detik saat dia memasuki bandara hingga momen pesawat ini mendekati garbarata setelah mendarat. Dia menyebut video-videonya sebagai "review layanan". Dia menilai kualitas makanannya, alat makannya, sampai dimensi layar televisi pribadinya di kabin. Semua itu, menurut Chui, dalam rangka memberi informasi orang-orang kaya yang ingin menghabiskan uang mereka secara "bijaksana." Bagi kita-kita rakyat jelata, tentu saja video-video Chui semacam medium ngayal siang bolong. Karena kita sadar banget harga tiketnya yang mahal banget mustahil kita tebus. Perjalanan mewah kayak gini selalu diperuntukkan bagi orang-orang kaya dan berkuasa. Jadi, tidak mengejutkan kalau ulasan rutin Chui tentang dunia yang sulit diakses semua orang ini menjadi semi-viral. Dia memiliki hampir 200.000 pengikut di Youtube. Sebanyak 8,5 juta orang menyaksikannya mengalami perjalanan kelas Residence. Chui telah digadang-gadang sebagai "Blogger Penerbangan Paling Populer di Dunia." Penonton terpukau melihat penerbangan VIP yang seakan-akan terjadi di cerita dongeng, di mana semua awak pesawat mengenali nama para penumpang elit.

Iklan

"Banyak penonton menganggap video-video saya sebagai inspirasi," ujar Chui. "Saya mendapat banyak surat penggemar setiap hari, dan saya sering mendengar orang-orang bilang, 'Ayo semangat terus ya, ditelatenin bikin vlog-nya. Kami enggak punya modal untuk meniru yang kamu lakukan, setidaknya nonton video-videomu membuat kami bisa merasakan penerbangan kelas terbaik di setiap maskapai." Kini Chui sudah 36 tahun. Dia adalah bankir spesialis bidang investasi asal Cina yang menghabiskan banyak waktu di Australia, Hong Kong, dan kini tinggal di Dubai bersama sang istri. Seingat Chui, dia rata-rata terbang 100 kali setiap tahunnya. Namun tak seperti blogger perjalanan lainnya, Chui tidak menghabiskan begitu banyak waktu mengitari tujuan wisata di negara-negara yang dia singgahi. Sebagian besar tujuannya adalah memaksimalkan waktu bersantainya selama terbang. Terkadang dia naik jet hari Sabtu dan pulang keesokan harinya. Berada di atas langit adalah cara Chui menemukan kedamaian—ini adalah cara paling mahal untuk sekadar mengabaikan keletihan pikiran dan menikmati setiap detik layanan kelas pertama dari banyak maskapai penerbangan. "Bagian dari keseruan ini ya adalah terbang ke suatu tempat," ujarnya. "Kamu pergi tanpa alasan apapun. Kamu pergi kemana kek, tujuannya cuma supaya bisa naik pesawat." Njir, kalian kebayang enggak sih ke negara lain buat naik pesawat doang? Chui bukannya berlebih duit. Dia masih sering kok memburu diskon-diskon tiket pesawat dan promo penerbang rutin. Bedanya dari kita-kita rakyat jelata ini, dia memiliki penghasilan bagus. Jadi sering juga dia membayar tiket penerbangannya yang kelas VIP tadi tanpa diskon. Selain itu, kanal YouTubenya cukup populer, sehingga bisa dijadikan sumber penghasilan tambahan berkat iklan. Dia juga suka bertualang dan sering berpergian merasakan kondo-kondo mewah kelas pertama berbagai negara. Pada 2012, Chui naik pesawat ke Teheran, Ibu Kota Iran, supaya dia bisa mendapatkan kursi dalam Boeing 747 vintage berusia 35 tahun saat pulang keesokan harinya.

Iklan

Banyak maskapai full service yang beberapa tahun belakangan dikenal publik bukan atas layanan bermutu, namun justru karena diskriminasi dan memberi pengalaman buruk ke pelanggan.

Chui untungnya adalah seorang romantik. Dia selalu menganggap naik pesawat terbang adalah hobi yang patut ditelateni. Beberapa pramugari biasanya bingung menyaksikan kecintaannya terbang. "Mereka ngelihat saya foto-foto mulu, dan mereka pikir antara saya ini pecinta pesawat atau saya baru pertama kali naik kelas VIP, jadi mencoba mendokumentasi segala hal," ujarnya.


Suka cerita-cerita keliling dunia dari VICE Indonesia? Kami punya banyak stok kisah sejenis lho. Coba baca juga yang ini:

Sam Chui bukan satu-satunya orang yang punya hobi naik kelas VIP. Ada sejumlah orang di YouTube membuat vlog sejenis atas layanan terbang di kelas paling mahal. Sebut saja akun NeverNotFlying, Dennis Bunnik, the Luxury Travel Expert. Mungkin vlogger selain Chui yang paling menarik sejauh ini adalah Daniel Goz, bocah berusia 20 tahun yang saat ini sedang nganggur nunggu masuk kuliah di Gothenburg. Goz bukan bankir investasi kayak Chui (dia bahkan enggak punya pekerjaan apapun). Nyatanya, seperti Chui, Goz berhasil terbang 100 kali setiap tahun, selalu di kabin kelas pertama, sambil terus menjalankan video diary perjalanan di kanal Youtube pribadinya. Goz memulai perjalanan gila itu, dengan cara mendaftarkan belasan kartu kredit atas namanya. Dari sana, dia mengambil manfaat promosi bank dan mengumpulkan poin-poin yang memberikan bonus miles ke akunnya setelah melewati nominal pembelanjaan tertentu. "Untuk memiliki keahlian apapun, kita harus telaten. Tidak banyak yang bisa dibaca. Selama beberapa tahun terakhir, saya mengumpulkan segala pengetahuan yang saya perlukan (supaya dapat diskon tiket pesawat pakai kartu kredit)," ujarnya. "Misalnya, saya tahu bahwa kalau saya mau pergi ke AS dari Swedia, mungkin lebih murah jika saya terbang dari bandara yang bukan di kota utama, lalu saya bisa menabung $500 untuk tiket pesawat kelas pertama di penerbangan lain. Yang kayak gini-gini bisa kita pelajari sambil jalan." Tentu saja, dari sisi moral rasanya agak tidak elok bila seseorang membeli tiket penerbangan kelas pertama setiap akhir pekan hanya untuk merasakan naik di dalamnya. Penerbangan kelas VIP adalah salah satu layanan termahal untuk mengisi waktu luang. Orang yang terbang keliling dunia cuma buat naik pesawatnya saja, sangat pantasi dibilang manusia hedonistik. Namun Goz membuktikan bahwa hobi terbang naik kelas VIP bukan hal eksklusif buat manusia-manusia elit saja. "Saya kan mahasiswa baru di kampus. Saya enggak punya penghasilan seperti orang-orang dengan pekerjaan tetap. Nyatanya saya masih bisa berpergian setiap saat dan memiliki pengalaman-pengalaman hebat sepanjang perjalanan," ujarnya. "Ada orang-orang yang kegirangan nontonin video saya. Mereka menyangka saya anaknya miliader, atau dibesarkan di keluarga Mafia, karena saya berpergian [dengan mewah]. Padahal mereka semua juga bisa kayak saya, tinggal dicoba saja." Dari semua ulasan positif dan pengalaman hedonistik itupun, Chui ternyata masih merasakan batas-batas yang tidak bisa dia lewati. Dia bilang, hobi terbang naik kelas VIP bukan sesuatu yang bisa dilakukan selamanya. "Saya kan belum punya anak," kata Chui. "Saya akan mengubah gaya hidup pas saya punya anak. Kamu enggak bisa menebak masa depan akan seperti apa."

Seandainya pun nanti punya anak, Chui mengaku tidak akan berhenti menggemari terbang. Begitu pula dengan Goz atau kreator konten lainnya di YouTube, yang menawarkan catatan perjalanan mereka pada pemirsa di seluruh dunia. Satu kemiripan dari para penggila pesawat ini adalah kegagapan mereka, justru saat kami minta menjelaskan apa yang sebetulnya mereka suka ketika berada di atas pesawat. "Ini tuh kayak candu," ujar Goz. "Saya susah menggambarkannya. Semakin sering saya terbang, semakin saya pengin terbang terus." Maka, sebaiknya kita simpulkan saja, bagi orang seperti Chui dan Goz, naik pesawat adalah panggilan jiwa. Sebuah kebutuhan pokok. Karenanya, mereka pasti akan berupaya menemukan cara untuk memenuhi hasrat ini kapanpun dan di manapun.