FYI.

This story is over 5 years old.

Film

Pembuat Film Filipina yang Terinspirasi Tarantino Mengangkat Kisah Tim Algojo Duterte untuk Filmnya

‘Manila Death Squad’ terkesan seperti film ceria dengan jalan cerita yang makin lama berubah makin kelam

Pembuat film muda berbakat ini mampu memadukan unsur ceria dengan topik serius ke dalam film pendek terbarunya, Manila Death Squad.

Dean C. Marcial lahir di Filipina dan besar di Amerika Serikat. Ia pulang ke kampung halamannya untuk menggarap film tentang fenomena death squad yang dilaporkan Human Rights Watch telah membunuh lebih dari 12.000 orang sejak Rodrigo Duterte terpilih sebagai presiden pada 2016.

Iklan

Marcial mengangkat topik suram dengan gaya yang menarik dan penuh warna. Filmnya berlatar di bar yang gemerlap dengan tokoh-tokoh menyenangkan yang suka mengecek Instagram, foto selfie, dan bicara campuran antara Tagalog dan Inggris. “Membuat film yang mengangkat hal-hal keseharian yang sudah kita ketahui itu sangat mudah, misalnya: pembunuhan tanpa dasar hukum itu keji, dan memerangi narkoba sangat sulit dilakukan,” katanya kepada VICE. “Tapi sayangnya sulit untuk menghadapi alasannya—kenapa kita bisa sampai seperti ini sekarang? Kenapa kita memilih kelompok elit politik di dunia? Kenapa kita membiarkannya? Seberapa terlibat kita dalam hal ini?”

Film ini mengangkat kisah jurnalis Amerika bernama Olivia (Annicka Dolonius) yang beradu pendapat dengan sekelompok death squad yang dipimpin oleh Rufio (Sid Lucero). Film Marcial diperankan dan digarap oleh orang-orang Filipina. Pengisi suaranya adalah band rock Pinoy, Flying Ipis. Marcial menggambarkan estetika filmnya sebagai “ pop-y eye candy dengan visual ADHD strobe-y…yang digabungkan dengan estetika komik underground dan soundboard Hanna-Barbera.”

Marcial terinspirasi oleh berbagai teknik pembuatan film ala barat, seperti struktur Quentin Tarantino, proses pengeditan ala Edgar Wright, dan percakapan antar karakter yang cepat ala Aaron Sorkin. Selain itu, ia juga menggambarkan suasana film layaknya Oropronobis Lino Brocka, dan campuran emosi ala Batch '81 karya Mike DeLeon. Saat mengenang pembuat film Italia seperti Sergio Leone, ia menyebut gayanya sebagai “Sweet Spaghetti Western” seperti mi populer di Filipina.

Manila Death Squad tampak sangat ceria, tapi di adegan-adegan terakhir ceritanya semakin suram. Para tokoh yang awalnya suka minum-ninum dan bersenang-bersenang berubah menjadi sekelompok death squad. Perubahan yang dramatis ini memang sudah direncanakan oleh Marcial agar orang-orang Amerika juga bisa merasakan langsung isu yang diangkat di filmnya.

Follow Beckett Mufson di Twitter dan Instagram .