Arsenal dengan formasi 2-7-2 ala Thiago Motta
Ilustrasi formasi 2-7-2 dengan skuad Arsenal oleh Dan Evans 

FYI.

This story is over 5 years old.

Taktik Sepakbola

Formasi Pemain 2-7-2 ala Thiago Motta Bisa Jadi Masa Depan Sepakbola Lho

Ucapan mantan pesepakbola yang merintis karir jadi pelatih di PSG U-19 itu disalahartikan media. Walau sekilas menggelikan, kami berharap Motta serius menjajal formasi itu.

Tak semua orang ingin tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Masa depan sangat besar dan luas, serta tiada akhir. Misalnya seperti kesehatan. Tidak banyak orang yang mau tahu apa yang akan terjadi pada tubuhnya sepuluh tahun kemudian. Kesehatan kita terancam oleh polusi udara yang semakin memburuk setiap harinya. Perokok yang mencemari tubuhnya dengan zat beracun sepertinya juga enggan memikirkan masa depan.

Iklan

Begitu tiba waktunya, mereka harus menerima kenyataan yang tak terelakkan dan mungkin tidak diinginkan. Mungkin ada yang sakit parah atau anak bayinya keracunan asap rokok, atau hal-hal absurd lainnya.

Semua itu beda halnya dengan sepakbola. Pihak-pihak yang terlibat dalam industri ini selalu menginginkan hal-hal baru agar dunia sepakbola bisa terus berjalan. Masa depan sepakbola sudah bisa dibayangkan dalam berbagai bentuk. Banyak langkah baru yang bisa mengubah sistem permainan sepakbola: batas jumlah pemain asing dari FA yang telah direvisi, penggunaan VAR di Barclays tahun depan, dan wacana klub-klub elit eropa yang ingin membuat liga sendiri yang bisa saja membunuh sepakbola.

Masa depan sepakbola sudah di ambang mata, menantang peraturan PFA Gordon Taylor yang sudah berlangsung selama 40 tahun dan keberhasilan Liga Bangsa-Bangsa UEFA. Apakah lantas berarti perubahan tidak dipandang sebagai hal positif di dunia sepakbola? Pensiunnya Didier Drogba dan Andrey Arshavin, dua pemain Liga Premier yang paling loyal, menunjukkan kalau kehadiran masa depan tidak bisa dicegah. Kita tak boleh melupakan fakta bahwa Matthijs De Ligt dan Frenkie De Jong dari Ajax sedang diperebutkan dan dikabarkan akan pindah klub Januari 2019 mendatang dengan total tawaran sekitar £150 juta atau setara dengan Rp2,7 triliun.

Lebih parah lagi, presiden FIFA Gianni Infantino tampaknya berencana menjual sepakbola internasional kepada konsorsium yang digawangi oleh dirinya sendiri dan disokong oleh Arab Saudi. Padahal, tugas Presiden FIFA yang sebenar-benarnya yaitu untuk melindunginya.

Iklan

Namun ada satu cerita yang mungkin melampaui semua itu. Pekan lalu, mantan pesepakbola yang baru saja gantung sepatu memiliki impian untuk merombak cara bermain sepakbola di lapangan. Kedengarannya mungkin konyol dan menggelikan, tapi mungkin saja berhasil. Laki-laki tersebut adalah Thiago Motta.

Dia belum lama ini mengutarakan soal penggunaan formasi 2-7-2. Saat diwawancarai oleh Gazzetta dello Sport, mantan pesepakbola ini — yang memulai kariernya saat De Ligt baru lahir — menjelaskan bahwa dia berniat memajukan kiper ke posisi gelandang, dan menaruh dua bek di belakangnya, guna menjaga gawang selagi sang kiper berkeliaran di tengah lapangan seperti pemimpin cult yang kelewat bersemangat.

"Saya ingin bermain ofensif, dengan tim yang bisa mengontrol pertandingan, tekanan tinggi, dan lebih banyak bergerak baik dengan atau tanpa bola," ujarnya. "Kiper dihitung sebagai salah satu dari tujuh pemain gelandang. Bagiku, penyerang berperan sebagai lini pertahanan pertama dan kiper sebagai lini penyerangan pertama. Penjaga gawang akan menjadi yang pertama memegang bola, dan penyerang menjadi yang pertama menekan pemain lawan untuk merebut bola."

Kalau diperhatikan lebih seksama, mungkin kita bisa memahami apa maksud formasi ini. Mungkin saja ini bukan basa-basi, dan di masa depan nanti kiper akan lebih sering bermain dengan kaki, bukan tangan.

Skema permainan ala Motta ini terdengar sangat ekstrem. Reaksi publik pun sangat beragam. Ada yang sibuk mempertimbangkan apakah idenya bagus, ada juga yang berkomentar seperti “Oke, tapi bagaimana dengan tendangan jarak jauh?" Kalau bola di kipernya direbut atau salah satu operan dipotong bagaimana? Ide gaya permainan sepakbola canggih dan futuristik macam ini bisa dengan mudah dikalahkan. Belakangan diketahui kutipan Motta tidak sepenuhnya dikutip akurat oleh media arus utama macam ESPN. Susunan 2-7-2 bukan pakem. Motta hanya ingin timnya selalu memainkan dua pemain sayap di kanan dan dua pemain sayap di kiri, serta tujuh pemain di tengah.

Iklan

Akan tetapi, akurat tidaknya adalah hak Motta untuk mengklarifikasi. Yang terpenting adalah Motta berani memunculkan versi masa depan yang sekarang tumbuh dalam pikiran semua orang yang tidak cukup puas dengan pertandingan sekarang, para pemimpi, pengatur siasat Football Manager, tweaker FIFA in-game, dan pecandu taktik yang menghabiskan sebagian besar energinya secara online membuat olahraga ini terus berkembang.

Formasi 2-7-2 dalam waktu dekat, sesuai dugaan saya, tidak hanya jadi impian Motta saja, tetapi juga orang-orang yang menginginkan permutasi dan potensi tak terbatas dalam pertandingan ini. Motta tidak perlu di-bully ataupun diejek. Taktik sepakbola harus senantiasa berkembang. Langit adalah batasnya.


Follow penulis artikel ini di akun Twitter @hydallcodeen

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK