FYI.

This story is over 5 years old.

Kecerdasan buatan

Elon Musk dan 100 Pakar Ingatkan PBB Potensi Munculnya Robot Pembunuh di Masa Depan

Para pakar teknologi dan robotika itu menuntut organisasi negara sedunia serius membatasi ranah pemakaian kecerdasan buatan (AI), sehingga tak dipakai untuk perang.
Foto ilustrasi robot oleh Getty Images.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Akademisi hingga pelaku industri mekatronika ternama melansir sikap bersama dalam surat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka khawatir robot pembunuh dan kecerdasan buatan (AI) bakal "memicu revolusi ketiga dalam pelaksanaan perang". Mereka bersatu mendesak munculnya kebijakan global mengenai pengaturan AI.

Termasuk yang ikut bertanda tangan adalah Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX. Total ada 116 eksekutif dan akademisi menandatangani sebuah surat terbuka ditujukan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] awal pekan ini. Mereka mendukung keputusan PBB mendirikan kelompok "pakar pemerintah" untuk meneliti potensi ancaman AI di masa mendatang. Surat terbuka tersebut, menurut para pendukungnya, adalah kali pertama pemimpin perusahaan pengembang AI merasa satu pendapat mengenai konsekuensi yang mungkin dihadapi umat manusia dari ide penggabungan robot pembunuh dan AI termutakhir. Surat tersebut juga keluar bertepatan dengan pembukaan International Joint Conference on Artificial Intelligence di Melbourne, Australia.

Iklan

"Sekali saja gabungan AI dan robot tercipta, mereka akan memperluas skala konflik bersenjata yang kini terjadi. Perang akan terjadi dalam skala waktu yang lebih cepat dan susah dikejar manusia," demikian tertera dalam surat itu. "Waktu kita bertindak terbatas. Sekali kotak pandora terbuka, kita akan susah menutupnya kembali."

Sepanjang 15 tahun terakhir, para pakar mencatat gagasan "sistem senjata otomatis berbahaya" telah terwujud, dari fiksi sains ke kehidupan nyata. Korea Selatan menggunakan robotic sentry guns di sisi milik mereka pada Demilitarized Zone yang memisahkan Korea Utara dan Selatan. Kontraktor militer seperti BAE Systems kabarnya berusaha menggarap drone perang otonom dan teknologi serupa yang akan terwujud dalam waktu dekat.

Elon Musk sejak lama dikenal sebagai orang terdepan di Silicon Valley yang mengkhawatirkan perkembangan AI. Technopreneur kenamaan ini dikenal nyentrik. Di beberapa kali pidatonya Elon terang-terangan berpendapat manusia sejatinya hidup dalam sebuah simulasi video game. Sosok di balik mobil listrik Tesla ini menggelontorkan dana miliaran dolar untuk meneliti dan mempublikasikan apa yang disebutnya sebagai kiamat buatan akibat AI.

Tak berhenti di situ, Elon pernah menuding Google sebagai perusahaan yang paling bikin dia ketar-ketir tentang kiamat AI. Google sejauh ini memiliki teknologi AI paling maju.

Selain Elon, Mustafa Suleyman, co-founder perusahaan rintisan AI milik Google, Deepmind, ternyata ikut menandatangani surat terbuka yang dikirim ke PBB tersebut.