FYI.

This story is over 5 years old.

Can't Handle the Truth

Mimpi Siang Bolong Gara-Gara Pamflet Pembagian Harta Sukarno

Mutu hoax sepekan terakhir menurun. Untunglah kami sukses memilih tiga jenis kabar bohong bermutu, contoh terbaik seni produksi hoax untuk kalian.
Ilustrasi oleh Ilham Kurniawan

Selamat datang di Can't Handle the Truth , kolom VICE Indonesia merangkum hoax dan berita palsu paling ramai dibicarakan pengguna Internet selama sepekan.

Ada perkembangan menarik dari dunia hoax di Indonesia. Jumlahnya bertambah, namun dari sisi mutu mulai menurun. Tak banyak lagi kabar bohong yang berhasil mengganggu publik ataupun menarik perhatian media massa. Satu penyebabnya segera bisa kita telaah: pasokan berlebih.

Iklan

Hoax sebetulnya bikin nagih. Ketika dirancang secara tepat, seperti rangkaian hoax mengenai Habib Rizieq Shihab, maka orang-orang bakal ramai membicarakannya. Belajar dari eksperimen awak VICE makan ayam goreng krispi (makanan favoritnya) seminggu penuh, hasilnya adalah rasa muak yang menyiksa. Begitu pula hoax. Ketika konsumsinya kebanyakan, orang yang paling dungu saat menyerap informasi sekalipun pasti eneg.

Belakangan yang berbalik menguasai pembicaraan publik adalah rumor. Terka menerka—bibit awal sebuah hoax—jauh lebih menarik karena bohongnya tak bisa ketahuan, apalagi diverifikasi. Contohnya perdebatan netizen mengenai berhentinya siaran talk show populer Mata Najwa di Metro TV. Penghentian siaran terjadi setelah Najwa Shihab, sang host, mewawancarai penyidik KPK Novel Baswedan yang disiram air keras. memicu kasak-kusuk. Sebagian menuduh petinggi Metro yang tak suka pada subtansi wawancara Novel yang menuding ada konspirasi aparat hukum. Karena Najwa dan Metro tak memberi keterangan detail, semua kasak-kusuk itu sah adanya. Namanya juga gosip.

Keindahan menerka benar tidaknya sebuah kabar inilah yang kurang dimiliki hoax dua bulan belakangan. Rata-rata tolol abis. Pembaca awam mulai bisa memilah, mana saja hoax yang tololnya ga ketulungan.

Karena itu, Can't Handle the Truth pekan ini memilih tiga hoax terbaik. Kabar bohong berikut memuat semangat "make hoax great again". Ada upaya memusingkan penerima hoax. Ada upaya mengulik sentimen emosional kita. Ada upaya membuat kita bertanya-tanya, "apakah kita udah gila?"

Iklan

Intinya, sepilihan hoax untuk pekan ini kami pikir layak buat membuktikan menebar kabar bohong adalah seni tersendiri. Tak sembarang orang bisa melakukannya.

Berikut bekal hoax untuk mengisi akhir pekan kalian:

Bandar Mengirim Narkoba Lewat Paket Acak ke Rumah-Rumah

Sejak awal bulan ini, beredar pesan berantai di Whatsapp (ah, klasik) meminta penerima mewaspadai paket dari alamat tak dikenal. Kalimat pembukanya epic banget: "Tolong disampaikan ke Pak RT/Pak RW" Dua sosok paling berperan dalam kosmos kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Berarti infonya penting banget nih!

Pesan ini menyatakan isi dalam paket tersebut sebetulnya narkoba dalam jumlah besar. Paket itu dikesankan salah kirim. Lalu pengedar datang ke rumah kalian, pura-pura mengaku petugas dari jasa kurir. Bila si kurir itu dicokok polisi, kalian berisiko dianggap ikut menyebarkan narkoba.

Supaya lebih meyakinkan, pesan berantai ini menyatakan sudah ada kasus yang diungkap polisi memakai motif semacam ini.

"Telah ditemukan paket narkoba berupa 1 kilogram metamphetamin dalam tas yang dikirim ke Magelang dari Thailand, dengan modus salah kirim seperti di atas."

Wah wah wah…

Oke. Pesan macam ini tidak sepenuhnya bisa dianggap kibul-kibul. Pembukanya dengan cerdik mencatut nama AKPB Edy Sumaryadi mantan Kapolres Kampar, di Riau. Nama itu betulan ada, setelah kita periksa di arsip Internet.

Sayangnya, tak hanya perkara nama AKBP Edy saja yang bisa kita temukan setelah meluangkan waktu lebih dari lima menit. Pesan sejenis ternyata sudah beredar di Indonesia sejak 2013. Format broadcast-nya memang berubah-ubah, tapi substansinya tak jauh beda. Februari tahun ini, pesan paket narkoba salah kirim ini kembali marak.

Iklan

"Tidak benar ada pesan semacam itu dari Divisi Humas Polri," kata Juru Bicara Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul saat dikonfirmasi media massa.

Omong-omong, si pembuat hoax ini sebetulnya tak sepenuhnya bohong. Modus bandar narkoba mengirim paket dengan pura-pura salah alamat memang pernah terjadi. Tapi sudah lebih dari lima tahun lalu. Badan Narkotika Nasional sudah lama mengendus modus itu, lalu menggagalkannya bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Indonesia. Kasus terakhir terjadi 14 Desember 2012. "narkoba jenis sabu dimasukkan dalam tas impor dari Thailand," kata Sumirat Dwiyanto, humas BNN kala itu dalam jumpa pers.

Dengan menggabungkan informasi yang lumayan valid, tapi diutak-atik agar kesannya sedang marak terjadi. Kayak ginilah produsen hoax yang mahir.

Jebakan Betmen di balik foto hoax Ahok

Ah… Jonru Ginting. Sosok kontroversial yang lama tak terdengar kabarnya. Oposisi dunia maya terhadap semua kebijakan rezim Joko Widodo ini belakangan agak tenggelam. Signature style-nya yang gesit saat berkonfrontasi, tebal muka, dan cara ngeles aduhai sudah banyak ditiru. Jonru jadi tak spesial lagi dalam dunia ribut-ribut medsos.

Namun, 3 Agustus lalu, Jonru kembali menjadi topik obrolan Netizen. Dia mengingatkan para pembaca/penggemar, supaya waspada. Semakin banyak foto-foto hoax yang disebar ke medsos oleh kubu pendukung Basuki Tjahaja Purnama. Foto-foto itu mengesankan Ahok sekarang tidak mendekam di penjara, melainkan asyik pelesir ke mana-mana. Berenang di pantai pulau pribadinya kawasan Belitung Timur, bahkan ikut Jokowi membuka acara kenegaraan.

Iklan

Oke. Sekilas ga masuk akal. Kenapa Jon, pendukung Ahok justru harus menyebar foto hoax untuk merugikan citra junjungan mereka?

"Niatnya agar kita terjebak menyebarluaskannya. Setelah itu, mereka pun menuduh kita tukang hoax. Padahal merekalah yang pertama kali menyebarluaskan foto tersebut."

Aaaahhh, brilian!!!

Jadi bisa kita bilang, ini taktik untuk merugikan citra penggemar Jonru (yang secara tidak langsung hendak menyatakan sasaran taktik licik ini adalah umat Islam). Berapa lapis hoax yang sedang kita bedah sekarang?

Sayangnya, untuk orang yang secara terbuka pernah minta maaf karena mempopulerkan foto hoax, argumen Jonru sebetulnya perlu kita ragukan.

Yang bisa kita pastikan, Ahok masih mendekam di dalam Penjara Mako Brimob. Pengacara Ahok, I Wayan Sudirta, mengatakan kliennya sibuk baca buku. Salah satu buku favoritnya adalah Sam Kok (Three Kingdoms), legenda kondang dari Cina. Selain itu, Ahok kini berlatih kung fu dan menjaga kebugaran. "Olahraga umum lah yang paling sering, senam dan jogging," kata Wayan.

Omong-omong, apa komentar kuasa hukum soal foto-foto hoax Ahok yang tetap banyak beredar meskipun dia kini mendekam dalam penjara?

"Ah itu kerjaan orang iseng aja," kata Teguh Samudra, salah satu pengacara Ahok saat dihubungi oleh Kompas.com.

Harta Sukarno Dibagikan Kepada Warga yang Terjerat Utang

Sukarno adalah presiden pertama Indonesia, pendiri republik ini, yang sangat dihormati. Salah satu alasan dia dihormati adalah karismanya. Nah, bagi sebagian warga Jawa, Sukarno diyakini menerima wahyu, bahkan menguasai bermacam klenik sehingga bisa menjadi presiden menggulingkan kekuasaan kolonial.

Campuran antara fakta sejarah dan takhayul terkait Sukarno sudah tak terhitung lagi. Sempatkan saja googling sejenak, maka kalian bisa memperoleh informasi mengenai keris, jin, dan bermacam ritual magis yang kabarnya dilakoni Sukarno selama berkuasa.

Iklan

Bagaimanapun, kekuasan Soekarno memang berakhir tak enak. Dia digulingkan setelah terjadi pemberontakan 1965.

Bagi para pendukungnya, ada banyak janji Sukarno yang urung terwujud gara-gara penggulingnan itu. Salah satunya adalah harta berjumlah fantastis dalam bentuk batangan emas, yang kabarnya disimpan Sukarno di Swiss untuk kebaikan umat manusia. Rumor ini begitul populer, sampai-sampai sineas Joko Anwar turut mengangkat isu harta Sukarno dalam film keduanya.

Nah, di Sumatra Barat dan Kalimantan Timur, dalam waktu bersamaan, muncul orang-orang yang mengaku berasal dari Lembaga Internasional UN Swissindo, di bawah naungan PBB. Mereka mengklaim memegang amanah warisan Soekarno. Mereka hendak membagikan harta sang proklamator bagi seluruh penduduk Indonesia yang membutuhkan, terutama mereka yang sedang terjerat utang dengan perbankan.

Dalam selebaran yang diedarkan di Kota Samarinda, misalnya, setiap orang dijanjikan akan memperoleh Rp15 juta per bulan seumur hidupnya. Cukup mengisi formulir, maka kalian bisa menjadi anggota Swissindo, dibebaskan dari semua utang, dan memperoleh Rp15 juta tadi pada saat hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus mendatang.

Kabar tak jauh beda beredar sejak awal bulan ini di Alas Lawang Padang. Banyak disebar selebaran memasang logo World Bank Union Switzerland. Janjinya tak jauh beda, Rp15 juta seumur hidup, tanpa ada lagi utang yang menjerat.

Sayang sekali, Otoritas Jasa Keuangan ternyata bukan penggemar cerita yang bisa meninabobokan rakyat Indonesia. Mereka segera meminta semua orang yang percaya pada selebaran lembaga Swissindo tadi untuk cepat bangun dari tidur di siang bolong.

Iklan

"Jangan dipercaya, karena tidak masuk akal," kata Muhammad Taufik, Kepala Sub-Administrasi OJK Sumatra Barat kepada kantor berita Antara.

Taufik memastikan lembaga yang diklaim Swissindo tak memiliki hubungan apapun dengan perbankan Swiss, apalagi sama bank-bank di Indonesia. Utang-utang anggota mereka tidak otomatis hilang seperti yang dijanjikan. Sebaliknya, OJK beberapa waktu terakhir sudah mengamati pergerakan Swissindo yang berpusat di Cirebon, Jawa Barat.

Taufik menuding Swissindo hendak mengelabui warga yang polos. "Lembaga itu modusnya akan menerbitkan pelunasan utang dengan syarat [calon anggota] membayar sejumlah uang pendaftaran."

Di Kaltim, sepak terjang Swissindo sangat agresif. Mereka menyebar "agen pemasar" dengan ciri khas pakaian serba hitam dan logo Swissindo di seragamnya. Untunglah, berdasarkan laporan surat kabar lokal, warga di dunia nyata jauh lebih taktis menghadapi hoax. "Kami mengusir mereka, karena kami anggap tidak realistis," kata Budiono, warga di Jl KS Tubun, Samarinda.

Ah, seandainya pengguna Internet bisa secerdas warga Samarinda.