Pencipta Situs Biro Jodoh Pertama Dunia Sekarang Masih Rajin Kencan via Internet

FYI.

This story is over 5 years old.

Kencan Online

Pencipta Situs Biro Jodoh Pertama Dunia Sekarang Masih Rajin Kencan via Internet

Andrew Conru membuktikan keampuhan teknologi warisannya sampai sekarang dalam menemukan pasangan, terutama yang diteruskan lewat aplikasi Tinder.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Saat itu 1994. Andrew Conru memulai Web Personals, situs kencan online pertama di dunia, yang dijalankan segerombolan anak lulusan Standford University.

Sebelum memulai situs kencan online pertama di dunia, Andrew Conru sempat mendirikan perusahaan pertama yang menciptakan situs World Wide Web di 1993. Industri ini dinamakan Internet Media Services.

"Banyak orang menelepon kami saat itu. Mereka bertanya 'Kalian perusahaan internet?'" kata insinyur berumur 48 tahun ini. "Kami menjawab 'iya' dan berusaha menjual jasa kami ke mereka. Kami satu-satunya perusahaan dalam Yellow Pages yang memiliki kata 'internet' dalam nama.

Iklan

Internet sudah jauh berkembang 25 tahun terakhir. Conru menyaksikan semua perkembangan teknologi tersebut. Dia merasa bagai, "berada di tempat yang tepat dalam waktu yang tepat." Contu memulai Web Personals sejak 1993, ketika sedang menyelesaikan gelar S3 di Stanford University. Dia teman sekelas para pendiri Yahoo dan Google.

Awalnya, Conru membantu menciptakan situs untuk Departemen Penelitian dan Rekayasa Sains di Stanford, yang akhirnya mendorongnya meluncurkan Internet Media Services. Tim ini beranggotakan 10 hingga 15 karyawan—di saat tidak banyak orang bahkan paham apa itu internet.

Setahun kemudian, Conru memulai Web Personals, mungkin bisa disebut sebagai situs kencan online pertama, dijalankan oleh segerombolan murid lulusan Stanford dan seorang anak SMA. Ide bikin situs biro jodoh muncul ketika Conru berada di kamar asrama kampus. Saat itu hubungan asmaranya baru saja kandas. Dia langsung menyadari, dia terjebak dalam kelas insinyur yang isinya lelaki semua. "Kesempatan bertemu perempuan sangat kecil jadi aku harus mencari di tempat lain," kata Conru.

Dia mencoba mengiklankan diri di kolom biro jodoh surat kabar, dimana dia harus menyempilkan semua informasi ke kotak sebesar dua inci. Dia juga membuat video kencan dimana seseorang bisa menonton video VHS seseorang berisikan profil dan nomor kontak. "Prosesnya masih manual banget," kata Conru.

Untungnya Web Personals menampilkan foto-foto berukuran besar dan satu halaman penuh per profil. "Selain Tinder, semua situs kencan hari ini menggunakan template yang sama," ujarnya. "Satu-satunya yang berbeda hanya tampilan foto tunggal."

Iklan

Web Personals dibangun dalam waktu dua bulan, ditulis menggunakan C++, dan dapat memindai pengguna dari setiap halaman. Teknologi ini dipakai, jauh sebelum cookies umum digunakan di browsers. Tidak heran kalau dulu lebih sulit untuk melacak pengunjung halaman situs kita. (Sekarang mah kita gak pusing mikirin dynamic web pages, siapa sangka, Conru jugalah yang menemukan online shopping cart dan kebutuhan untuk ngetrack web visitor per klik di halaman).

Pada 1994, Conru menemukan cara mengoper User ID dari halaman ke halaman lain dan kemudian melihat informasi pengguna tersebut dari sebuah database dan mengoprek web pages secara dinamis (gambar di bawah ini adalah panduan manual bagi pengguna situs Web Personals).

"Biarpun sekarang kita menyepelekan fakta bahwa tampilan situs bisa berubah secara dinamis tergantung alamat ID anda, di masa-masa awal situs hanyalah halaman statis. Semua orang melihat hal yang sama," ungkap Conru. "Untuk bisa membuat halaman situs dinamis berdasarkan user ID adalah penemuan yang tergolong baru."

Selama 18 bulan Conru menjalankan situs, ada sekitar 120.000 pengguna mendaftar. "Sekitar setengah dari mereka memiliki email '.edu'," yang menegaskan bahwa kebanyakan pendaftar adalah anak kampus." Web Personals akhirnya menjadi situs kencan terbesar sebelum dilampaui oleh Match.com setahun berikutnya.

Conru bertemu beberapa teman kencan lewat Web Personals, biarpun saat itu kencan online masih dianggap tabu untuk ukuran AS. "Kalau kamu mengatakan ke siapapun sedang mencari teman kencan selain lewat gereja atau jaringan teman, kamu dipandang rendah dan dinilai sebagai pecundang, putus asa, dan bahkan kurang 'sehat'," ujarnya.

Iklan

"Di era awal internet, ada dua fenomena: satu, entah kamu mengakui terang-terangan di internet bahwa kamu mencari kencan; dan dua, bahwa kamu kutu buku yang menghabiskan hidup di internet. Jadi dobel siksaannya. Kalau kamu sering online, kamu dianggap manusia rendahan."

***

Conru sudah melakoni kencan online selama 20 tahun. Dia tak pernah menikah. "Kalau kamu masih berkepala dua, yang mau kencan sama kamu lebih banyak daripada ketika kamu berkepala empat," ujarnya. "Agak enggak enak sih tapi mau gimana lagi, orang berumur 20 tahunan memang suka bergaul dan itu bagi mereka adalah pengalaman baru dari mereka. Pengalaman anak muda pasti lebih dinamis dari ketika usiamu menginjak 40 atau 50-an." Di profil AdultFriendFinder, Conru mengaku mengoleksi poster film-film tahun 1930an dan pernah threesome. "Aku pernah beberapa kali [threesome]" katanya. "Aku beruntung punya hidup yang menyenangkan; aku nyaman dengan berbagai macam pengalaman seksual." Ada alasan kenapa Conru tak berencana berkeluarga. Sejak usia muda sepenuh paham menikah dan akhirnya punya anak tak ada dalam rencana panjang hidupnya. "Aku single, ini kan ironis banget ya," ujarnya. "Aku selalu merendah dalam profilku; enggak pernah tuh ngaku 'Aku pemilik perusahaan ini.' Bahkan ketika jadi user di situs kencan online lainnya, aku bukan tukang koar-koar. Aku harap teman kencanku menyukaiku bukan karena isi dompetku. Kadang berhasil, kadang juga enggak." Conru agak bete jika digelari "engineer of love." tapi, karena dia mengenakan gelas dan kaos berkerah hampir di tiap foto, Conru harus ikhlas dianggap seorang geek. "Jadi aku harus punya bulu dada, pakai kalung emas dan tampil klimis gitu?" tanyanya lewat sambungan telepon dari rumahnya di Seattle. "Orang-orang kan punya ukuran dan bentuk tubuh yang bermacam-macam—sepertinya mereka ingin aku terlihat seperti artis-artis dari central casting." Setelah mengelola Web Personals selama satu tahun, dia "membuat keputusan gegabah'. Conru menjual hasil karyanya itu seharga US$100.000 (setara Rp1,3 miliar). Tak lama segera setelah dia bebas dari perjanjian non-competa, Conru mulai sebuah website kencan online baru, FriendFinder.com, di 1996.

Iklan

Ketika Conru menyelesaikan pendidikan doktoral musim semi 1997, Conru mengelola FriendFinder bareng 30 pekerja. "Aku sering becanda mungkin seharusnya aku berhenti kuliah dan jadi miliader," kata Conru.

Conru dalam foto yang diambil 2015.

Salah satu tantangan menggagas perusahaan palugada macam ini adalah mencari orang yang mau digaji murah. "Kami bokek. Jadi kami mempekerjakan siapa saja yang mau," tutur Conru. "Banyak orang enggan bekerja di perusahaan yang bersentuhan dengan adult content. Kami melarang penggunaan kata "porn" di kantor dan selalu menggunakan kata "adult content" untuk istilah-istilah yang agak seksual. Sekarang, kami lebih mudah menemukan pekerja meski tak gampang-gampang amat juga." Suatu kali, Conru pernah mempekerjakan gelandangan berusia 20 tahun yang tidur di kantor mereka. Conru sendiri yang mengajarkan lelaki itu menulis email layanan pelanggan dan membolehkan dia tidur di bawah meja selama lelaki itu tak melepas sepatunya. "Dia bekerja selama setahun. Malah, dia menikahi stafku yang lain. Mereka pindah ke Denver," kata Conru. "Tapi kakinya masih banget sih." Pengguna FriendFinder akhirnya memacak gambar telanjang juga. Sebagai solusinya, Conru menciptakanAdultFriendFinder.com, layanan yang dihiasi gambar wanita iblis di websitenya.
"Kami menyebutnya kanal pelepasan," ujarnya." tulisan' 'Are you looking to get laid?' kalau diklik bakal membawa pengguna ke Adult Friend Finder." Sekali kamu berada di dalamnya, kamu akan merasakan atmosfer 50 Shades of Grey vibe—mirip seperti Grindr untuk publik heteroseksual (meski ada batasan harus heter sih). Saat ini, situs ini dipenuhi pasangan muda, perempuan berusia 50an yang memakai garter belt, perempuan yang terikat di kasur dan foto kontol yang tak henti-hentinya muncu. Pengguna bisa mengunggah foto dan video, tapi untuk melihatnya kamu harus mengupgrade akunmu dengan membayar $5 sebulan. Situs dewasa ini masih berada di bawah payung perusahaan "Friend Finder Networks," yang juga juga membawahi AsiaFriendFindercom, SeniorFriendfinder.com, dan situs kencah kristen BigChurch.com, serta situs kencan BDSM Alt.com. Total jendral, situs-situs yang dimiliki Conru punya 528 juta pengguna dari 200 negara. "Berarti ada kebutuhannya di luar sana," katanya. "Pengalaman bertahun-tahun mengajarkan bahwa kita harus meladeni permintaan pelanggan, enggak cuma melakukan apa yang kamu pengen doang."

Iklan

Penthouse membeli FriendFinder Networks pada 2007 seharga US$500 juta, dan go public setahun kemudian. Penthouse berusaha mengumpulkan US$460 juta dan waktu itu baru mengantongi US$220 juta pada 2010. Tak lama Conru membeli bagian sahamnya dan jadi pemimpin perusahaan itu sejak lima tahun lalu. Bagaimanapun Conru merasa era awal internet jauh lebih menyenangkan untuk kencan. "Karena teknologi software yang makin mudah, kencan online sudah terasa seperti main video game," ungkap Conru. "Kamu buat aplikasi, kamu luncurkan, kamu lihat reaksi orang, kamu dapat feedback dan angka. Nah, angka-angka ini adalah skormu. Kalau angkanya naik, artinya kamu ngasih sesutau yang dimaui pengguna. Ini cara yang hangat untuk berkomunikasi dengan penggunamu. Kamu punya cara untuk mengukur kebahagian mereka secara langsung."

Ketika AdultFriendFinder diretas, identitas 3,5 juta penggunanya dibongkar beberapa di antaranya pastor gereja dan politikus. "Kamu bekerja mati-mati meladeni keinginan pelangganmu," ujar Conru. "Ada satu ribu orang yang kena imbasnya."

"Aku optimis manusia bisa selalu mendapat hubungan percintaan yang nyata."

Conru tumbuh besar di Indiana, di mana ia pernah bekerja sebagai pembuat kode Bible quiz game dengan menggunakan Commodore VIC-20 dan bekerja penginjil keliling. Mungkin kini, orang tua Conru yang kini berusia 80 tahun bakal terkaget-kaget karena sang ini kini didampuk sebagai "porn baron dari Palo Alto." "Orang tuaku senang aku melakoni kerjaanku secara maksimal dan aku telah menolong banyak orang," aku Conru. "Mereka enggak pernah marah, paling banter kaget." Tetap saja, ada perdebatan panjang tentang siapa yang pertama kali mendirikan situs kencan online—menurut hasil pencarian Google, jawabannya adalah Gary Kremen, pendiri Match.com
"Itu ada benarnya," tutur Conru. "Aku dan Gary sudah berteman sejak lama." Conru ingat pernah berkunjung ke kantor Kremen, yang penuh dengan grafis dan data.
"Kamis depan, kamu bakal mengalahkanmu!' ujar Gary. Biasanya gitu caranya berkelakar," kenang Conru. Match.com didirikan pada 1993 dan mulai beroperasi dengan status free beta dua tahun kemudian. "Gary bukan satu-satunya orang yang melakukannya," klaim Conru. "Aku dan Gary mungkin memikirkannya dalam kepala kami masing-masing. Tapi kalau bicara tentang situs kencan online, kami tiga atau empat bulan lebih cepat dari Gary. Lalu siapa yang menemukannya? Yang jelas banyak yang punya ide yang mirip. Kalau masalah eksekusi aku yang pertama." Di awal era dotcom, masih segar dalam ingatan Conru betapa internet begitu disingkirkan—mereka yang mau online hanyalah kaum intelektual, akademisi dan pelaku dunia kreatif.
"Kalau kamu punya sambungan internet dari rumah, kamu pasti salah satu dari ketiganya," katanya. "Artinya kamu bakal ketemu orang yang sama-sama nyentrik saat itu. Kalau sekarang kayaknya sih enggak." Selama 10 tahun, Cornu menyaksikan perubahan opini publik. "Makin banyak orang di sekitarmu menemukan belahan jiwanya lewat kencan online, tradisi kayak gini lama-kelamaan bakal makin normal," ujarnya. Ketika ditanya apakah dirinya merasa meletakkan fondasi bagi munculnya Tinder, Conru menolak halus. Dia tak merasa menjadi pionir bagi munculnya aplikasi kencan online yang ada sekarang di pasaran. "Aku cuma kebetulan jadi bagian panjang perkembangan kencan online," ujar Conru.

Dia juga optimis, aplikasi-aplikasi kencan yang ada sekarang bisa membawa kebahagiaan, bukan cuma untuk alasan cetek macam cari teman tidur.

"Percayalah, hanya segilintir orang yang mencari perjodohan yang dangkal kayak cinta satu malam—aku percaya dengan info yang memadai dengan seseorang. Dengan begitu, idealnya, pengguna bisa menemukan orang yang kau ajak hidup bersama. Aku sangat berharap umat manusia menemukan hubungan asmara yang sejati lewat situs kencan."