FYI.

This story is over 5 years old.

Radiasi Nuklir

Seafood Kawasan Fukushima Masih Kena Larangan Impor, Diduga Tercemar Radiasi Nuklir

Kebocoran nuklir Jepang memang terjadi 7 tahun lalu. Tapi negara seperti Hong Kong masih tak percaya seafood dari Fukushima bebas radiasi. Ekonomi warga Fukushima pun terpukul.
Foto oleh akun Flickr Arian Zwegers

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES

Meski tujuh tahun sudah berlalu sejak gempa bumi berskala 9,1 richter menguncang Fukushima, memicu tsunami dan mengakibatkan kebocoran reaktor nuklir, efek bencana alam dahsyat ini masih terasa hingga kini—bahkan sampai di luar Jepang. Tak lama setelah bencana itu terjadi, sejumlah negara du dunia memberlakukan impor ikan dan hasil bumi dari Fukushima serta prefektur di sekitarnya lantaran khawatir bahan radioaktif telah mencemari pasokan makanan dari daerah tersebut.

Iklan

Jepang berkukuh menjelaskan tak menemukan kandungan radioaktif yang membahayakan pada hasil lautnya sejak tiga tahun lalu hingga beberapa negara telah menghentikan larangan impornya. Misalnya, Jum’at pekan lalu, Rusia akhirnya menghapus larangan impor seafood dari Fukushima dan enam prefektur lainnya. Awal bulan ini, Thailand kembali menerima kiriman seafood dari Fukushima sejak Maret 2011 [namun kebijakan ini memanen hujatan dari restoran dan kelompok aktivis di Negeri Gajah Putih]. Sementara itu, Uni Eropa melonggarkan larangannya, mengizinkan beberapa jenis beras dan seafood dari Fukushima dan beberapa daerah di sekitarnya masuk Benua Biru.

Hong Kong sebaliknya masih ogah menghentikan larangan impor buah, sayur mayur serta seafood dari Fukushima dan empat prefektur di sekitarnya. Seperti dilaporkan South China Morning Post pada Senin Lalu [26/3], hubungan diplomasi antara Jepang dan Hong Kong menegang akhir pekan lalu setelah Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono berkunjung guna bertemu dengan Chief Executive Hong Kong Lam Cheng Yuet-ngor. Ini adalah kunjungan diplomatis pertama Menlu Jepang ke Hong Kong sejak 1997 saat Hong Kong kembali ke pangkuan Cina.]

Dalam pertemuannya mereka, Lam kembali menegaskan bahwa Hong Kong tak berencana menghentikan larangan impor bahan makanan dari Fukushima dalam waktu dekat. Malah, meski Kono berkukuh bahwa hasil bumi dan seafood Fukushima layak dikonsumsi, Lam tak mengubah pendiriannya.

Iklan

Lewat pernyataan resmi yang dikirim ke South China Morning Post, Lam menegaskan “pemerintah Hong Kong berkewajiban melindungi kesehatan warganya sehingga kebijaka yang efektif harus diambil untuk memastikan keamanan makanan dan menjaga kepercayaan diri publik.” [Baik Lam dan Kono belum menjawab permintaan wawancara MUNCHIES yang dikirim selasa lalu.]

Jika kita merunut apa yang dilakukan Jepang beberapa tahun terkahir, Negeri Matahari Terbit itu harus berjuang mati-matian pasca tragedi Fukushima untuk menyakinkan sejumlah negara bahwa bahan makanan dari kawasannya aman dikonsumsi. Republik Rakyat Cina, menurut artikel yang dimuat Nikkei, melarang impor bahan makanan dari kesepuluh prefektur di Jepang. Sementara Korea Selatan menerapkan kebijakan serupa terhadap seafood dari delapan prefektur, kendati Organisasi Perdagangan Dunia [WTO] dalam keputusannya bulan lalu menganggap kebijakan-kebijakan tersebut terlalu mengekang.

Akhir pekan lalu, Maso Uchibori, Gubernur Fukushima saat ini, menjalani tur Uni Eropa demi mengenyahkan kekhawatiran negara lain atas keamanan makanan dari Jepang. Uchibori dengan percaya diri menyuguhkan buah pesik dan sake dari Fukushima pada tiap Menlu yang dia temui.

Tindakan Uchibori adalah salah satu rangkaian dari kebijakan “penangangan bencana” yang diambil oleh Pemerintah Jepang terkait pasokan bahan makanan dari Fukushima. Lagi pula, saat ini Jepang punya sejumlah kekhawatiran finansial tersendiri. Selama ini Hong Kong, seperti ditulis oleh South China Morning Post, adalah pengimpor terbesar hasil laut dari Jepang. Tak ayal, penghentian larangan impor seafood oleh Hong Kong sangat penting bagi Negeri Matahari Terbit.