FYI.

This story is over 5 years old.

Masa Depan

Sudah Saatnya Manusia Dibiasakan Minum Air Daur Ulang Kencing

Astronot aja udah biasa minum pipis yang didaur ulang. Kenapa kita engga? Air bersih di Bumi bisa menyusut lho jumlahnya.
Gambar dari Shutterstock

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Astronot yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sudah biasa meminum urinnya sendiri. Mereka punya alat untuk mendaurulang pipis menjadi air yang dimurnikan dan siap minum. Jika kamu tinggal di San Diego atau Singapura, kemungkinan besar kamu pernah minum air limbah yang telah diolah, langsung dari keran rumah. Kamu kira itu dari awal air bersih apa? Pemerintah San Diego maupun Singapura sebenarnya menyucikan air kotor tahu. Untuk mengikuti jejak dua wilayah tadi, California mencanangkan penggunaan air limbah untuk memasok sepertiga kebutuhan air warga pada 2035.

Tak cuma pemerintah yang tertarik mengubah pipis jadi minuman. Beberapa produsen bir mulai bereksperimen memanfaatkan air limbah. Perusahaan Stone Brewing asal San Diago baru-baru ini memamerkan varian Full Circle Pale Ale (belum dijual di pasaran), yang dibuat dari bahan air daur ulang. "Ada semacam rasa karamel dan tropis dari minuman ini," kata Colleen Gatlin, juru bicara perusahaan saat saya wawancarai. Wali Kota San Diego, Kevin Faulconer, menilai rasanya lezat.

Bagi sebagian besar orang, meminum air limbah—meskipun telah diproses sedemikian rupa—masih terdengar berisiko. Siapa sangka, dalam rangkat Hari Air Sedunia, PBB mengimbau semua orang memandang air limbah (yang telah didaur ulang, tentunya) sebagai sumber daya yang berharga. PBB menyatakan bila 40 persen populasi global mengalami kelangkaan air. Ditambah perubahan iklim dan tekanan lainnya, semakin banyak orang mengalami kesulitan mengakses air bersih yang dapat diandalkan pada tahun-tahun mendatang. Air limbah yang telah diproses merupakan alternatif yang penting untuk menopang kebutuhan persediaan air kita, termasuk untuk dikonsumsi sebagai minuman. San Diego merupakan salah satu kota di dunia paling berkomitmen mengolah air dari berbagai sumber. Di kota itu telah ada pabrik desalinasi yang bisa mengubah air laut menjadi air minum. Namun, teknologi tersebut membutuhkan dana besar, jadi orang-orang di kota itu dan kota-kota lainnya lebih baik mengandalkan air limbah yang didaur ulang. Lebih dari 80 persen air limbah kini terbuang dan tidak diproses. Air limbah padahal mudah kita temukan, tapi bila dibiarkan bisa berbahaya bagi manusia dan ekosistem sekitar. Bagi orang di negara berkembang, teknologi ini sangat krusial. Air minum yang kotor dapat menyebarkan penyakit mematikan. Diperkirakan 1,8 miliar orang mengandalkan sumber air yang terkontaminasi berdasarkan data PBB. Adapun 2,8 miliar orang tidak mempunyai akses terhadap sanitasi dasar, termasuk toilet. Sementara di sebagian besar negara maju—termasuk Kanada, yang memiliki persediaan air bersih terbanyak sedunia mencapai 7 persen—orang menyia-nyiakan air. Bahkan di AS, orang masih ragu mendaur ulang air, sebagaimana ditemukan oleh riset tahun 2013. Air limbah yang tidak diolah paling banyak digunakan di banyak tempat untuk irigasi. Kini yang jadi masalah, potensi air limbah menjadi air minum setelah dimurnikan belum jadi pilihan banyak pihak. Seiring perkembangan teknologi, serta membaiknya persepsi publik terhadap air limbah, kelangkaan air yang dihadapi manusia bisa teratasi di masa depan. Kunci utamanya: biasakan diri, jangan sampai jijik membayangkan air di toilet itu diambil lagi terus dimurnikan. Air adalah sumber daya terbatas. Jika air limbah cukup baik diminum bagi para astronot, berarti air yang sama juga layak dikonsumsi seluruh manusia di Planet Bumi.