Budaya

Popularitas Shah Rukh Khan Sampai Memunculkan Komunitas Cinta Bollywood di Jogja

Di Komunitas Bollywood Jogja, kecintaan pada film Hindi menjalar jadi ngulik apa pun yang berbau India.
KOMUNITAS BOLLYWOOD JOGJA SAAT MENGADAKAN. FOTO DOKUMENTASI KOMUNITAS.

Popularitas Kuch Kuch Hota Hai bertanggung jawab atas membesarnya kecintaan dunia pada Bollywood, nama pelesetan untuk industri penghasil film berbahasa Hindi di Mumbai.

Waktu film itu dirilis, Icha Pratiwi yang tinggal di Yogya atau 10 ribu kilometer dari India, baru berusia 8 tahun. Icha ikut merasakan demam film ini. Poster Shah Rukh memenuhi dinding kamar masa kecilnya. Poster-poster artis India lainnya serta koleksi majalah Bollywood turut menyesaki kamarnya.

Iklan

Sinema India setidaknya sudah masuk wilayah Indonesia sejak 1948 dan tak berhenti hingga hari ini. Jadi bukan cuma lumrah, pencinta sinema India (juga musik dan budaya popnya) bahkan luar biasa banyak di Indonesia. Walau begitu, jika sebagian orang mengalaminya sebagai fase hidup, Ica masuk golongan yang menghayatinya sampai berpuluh tahun.

Makin dewasa Icha makin gandrung dengan yang India-India. Ia belajar tarian India secara otodidak. Kadang ia memakai kurti (baju kurung khas India) untuk acara sehari-hari. Icha sampai punya bisnis penyewaan baju India.

Hobi ini menggiring Icha, pada suatu perayaan 17-an di lingkungan rumahnya, untuk mengorganisir anak-anak muda di sekitar buat menampilkan tari India lengkap dengan kostum.

Acara suksesnya. Tapi ketika tahun berikutnya hal serupa mau diulang, ada tokoh masyarakat yang enggak setuju.

“Meski sudah dikonsep, ada beberapa orang yang protes, lebih menyarankan pentas dengan nuansa budaya Jawa,” kata Icha, kini berusia 33 tahun, kepada VICE.

September tahun lalu atau 24 tahun setelah Kuch Kuch Hota Hai rilis, Icha dan sejumlah penyuka Bollywood lain mengadakan acara bertajuk Bollywood Night di Jogja. Acara itu memicu dibikinnya Komunitas Bollywood Jogja (KBJ) sebulan kemudian. (Fun fact: jika KBJ berdiri salah satunya karena pengaruh Shahrukh, beberapa tahun sebelumnya, juga di Jogja, berdiri komunitas Nonton India yang dibikin buat melawan hegemoni Shah Rukh.)

Iklan

Komunitas ini jadi titik kumpul para pencinta India di Jogja yang tadinya saling tak terhubung. Di samping Icha sebagai pendiri, kini ada 50-an anggota KBJ. Kegiatan mereka mulai dari bikin konten menari bareng, talkshow dengan mengundang orang India dan Pakistan asli, belajar bahasa Hindi, belajar tentang busana dan makanan khas India, sampai nobar film India.

Komunitas Bollywood Jogja beruntung punya anggota seperti Mastin Rusmala (29). Perempuan yang mendapat darah India dari kakeknya ini sering bolak-balik India-Indonesia. Ia punya kenalan orang-orang India dan Pakistan yang kadang ia undang datang ke Jogja untuk jadi bintang tamu di acara-acara KBJ.

Komunitas Bollywood Jogja.jpeg

Acara Bollywood Party yang diadakan komunitas ini di Bantul. Foto dokumentasi Komunitas Bollywood Jogja.

Menurut Mastin, kegiatan komunitas mereka juga membuat orang India tertarik belajar budaya Indonesia. “Banyak orang dari Punjabi datang ke sini, dan mereka pernah bilang, lebih milih Jogja daripada Bali. Jogja lebih autentik, bisa bersantai dengan lokal, lebih aman, ramah, dan terbuka,” kata Mastin yang kini bekerja sebagai guru bahasa Inggris.

Punya hobi adalah hak segala bangsa. Tapi rupanya menyukai India pernah bikin anggota KBJ dicibir. Menurut Angela Stevanie (29), anggota KBJ yang lain, mungkin ini karena ungkapan ekspresi senang, sedih, duka, sampai gembira, dalam Bollywood semua dijogetin. Sepertinya tak semua orang bisa menerima cara itu.

Selain itu mereka juga seperti melawan arus dengan menggali-gali kultur India di tempat yang budaya Jawanya kuat. 

Iklan

Kalau KBJ boleh disebut sebagai wali India di tanah Jogja, salah satu yang mereka dakwahkan yakni menyukai Bollywood itu hobi yang ketinggalan jaman.

Topik ini muncul lantaran sebagian besar anggota KBJ berusia 30-an. Cuma seperpuluh anggota komunitas yang usianya di angka 20-an. Dugaannya sih gara-gara stasiun TV sering menayangkan ulang sinema India jadul yang bikin masyarakat menganggap Bollywood hari ini sama dengan Bollywood tahun 2000-an.

“Bollywood enggak hanya joget seperti yang zaman dulu, enggak hanya Kuch Kuch Hota Hai. Bollywood kini lebih modern, [musiknya] ada rap, mashup, dan lainnya. Kemasan ini yang ingin lebih dibagikan agar anak muda juga bisa bergabung [ke KBJ],” kata Mastin.

Harapan Mastin ini tidak muluk kok. Platform streaming hari ini sangat membantu anak muda menjelajahi betapa beragamnya sinema India dalam bahasa selain Hindi. Netflix misalnya, punya koleksi film-film India berbahasa Tamil, Kannada, dan Malayalam.

Dan jangan lupakan box office Telugu “RRR” yang kemarin booming di Indonesia dan baru banget menyabet Oscar untuk kategori Best Original Song berkat lagu-lagu “Naatu Naatu”.

Sejak film laga itu baru rilis, kami udah tahu kok rugi banget jika melewatkan tontonan satu ini.