Duterte Berulah Lagi

Ribuan Napi Tak Sengaja Bebas, Duterte Janjikan Imbalan Tangkap Mereka Hidup atau Mati

Hadiah setara Rp269 juta tersedia untuk warga Filipina yang berhasil membekuk napi. Tapi Presiden Duterte bilang daripada mengembalikan ribuan napi ke penjara, dia lebih suka kalau mereka dihabisi saja.
JP
Diterjemahkan oleh Jade Poa
Ribuan Napi di Filipina Tak Sengaja Bebas, Duterte Janjikan Imbalan Tangkap Mereka Hidup atau Mati
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberi pidato di dekat Manila pada 27 Agutus 2019. Foto oleh Bullit Marquez/AP Photo

Presiden Filipina Rodrigo Duterte ingin memenjarakan kembali napi yang secara tidak sengaja dibebaskan karena kelalaian pemerintah. Meski begitu, dia sih lebih senang kalau mereka mati.

Selama tiga tahun Duterte menjabat sebagai presiden, sekitar 1.700 pembunuh, pemerkosa, dan pengedar narkoba dibebaskan dari penjara melalui program remisi perilaku baik. Mayoritas napi-napi tersebut seharusnya tidak layak dibebaskan, tetapi nyatanya berhasil mengikuti program itu karena kelalaian petugas lapas. Bagi Duterte, yang dipilih rakyat karena berjanji akan bertindak keras melawan kejahatan, kekeliruan administrasi ini dia anggap memalukan.

Iklan

Duterte menawarkan imbalan satu juta peso (setara Rp269,4 juta) kepada siapapun yang bisa memburu napi-napi tersebut. Sejauh ini baru 700 darinya menyerahkan diri kepada pihak berwajib. Bagi Duterte, kalau napinya dibunuh juga tidak masalah.

"Hadiah satu juta pesos tersedia untuk siapapun yang berhasil menangkap mereka hidup atau mati. Mungkin lebih baik kalau mati. Nanti saya akan membayar kalian dengan senang hati," katanya pada Selasa (17/9) lau.

Mengutip dokumen kementerian yang mengelola penjara, kantor berita Reuters melaporkan bahwa 745 pemerkosa, 748 pembunuh, dan 156 pengedar narkoba yang sebenarnya belum layak dapat remisi telah dibebaskan.

Ancaman Duterte soal imbalan hidup mati itu bukan guyonan. Selama dia menjadi presiden, Filipina melaksanakan “perang melawan narkoba” penuh pelanggaran HAM, yang mengizinkan polisi membunuh ribuan pengguna dan pengedar narkoba tanpa peradilan. Sebagian besar pembunuhan dilakukan aparat pemerintah di luar ranah hukum.

Bila merujuk data resmi, paling sedikit 5.000 orang tewas karena Perang melawan narkoba yang dicanangkan Duterte. Sementara pejabat HAM setempat memperkirakan angka aslinya mencapai 27.000 korban jiwa.

Pejabat Filipina lainnya berupaya menetralisir pernyataan Duterte soal membunuh napi yang tak sengaja dibebaskan.

"Istilah ‘hidup atau mati’ dari Presiden jangan dimaknai secara harfiah dong," ujar Menardo Guevarra selaku menteri kehakiman kepada Reuters pada Rabu, 17 September. "Penegak hukum pasti hanya akan menahan pelanggar hukum bila mereka kooperatif. Aparat baru boleh bertindak keras apabila orang yang sedang ditahan melawan."

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News