Gambar seekor Kaluta via YouTube/wazoologist.
Musuh terbesar spesies kaluta di Pilbara, Australia Barat adalah dorongan seks mereka yang kelewat tinggi. Kondisi ekstrem bukanlah rintangan bagi binatang berkantung kecil ini. Mereka terbiasa hidup di gurun pasir dan memburu mangsa di antara bukit-bukit spinifex. Namun, masalah muncul ketika musim kawin tiba pada September. Spesies jantannya akan berhubungan intim sampai mati.Dilansir ABC, penelitian Dr Genevieve Hayes yang diterbitkan di Universitas Australia Barat mengonfirmasi kaluta jantan akan mati setelah ‘pesta’ seks intens. Perilaku seks sampai mati biasanya terjadi selama dua minggu setiap tahun.
Iklan
“Penelitian terdahulu menunjukkan sistem kawin semacam ini dialami kaluta, maka kami ingin membuktikan langsung kebenarannya,” ujar Dr Hayes. “Semua spesies jantan dalam satu populasi akan mati setelah musim kawin pertama, tapi sebelum betina beranak. Sistem kawin ini sangat menarik. Bisa dibilang mereka berevolusi melalui kompetisi sperma.”Dr Hayes lebih lanjut menjelaskan kematian massal tersebut “didorong oleh spesies betina”, yang rutin kawin dengan banyak jantan selama masa pembiakan.“Gara-gara mereka, persaingan antara kaluta jantan semakin ketat. Jantan harus lebih sering bereproduksi, yang pada akhirnya menurunkan kelangsungan hidupnya,” tuturnya. “Spermanya pun harus berkualitas jika ingin mengungguli saingan. Testis besar mereka membuktikan perilaku seks tersebut, yang justru bisa berakibat fatal bagi spesies jantan.”
Namun, bukan berarti spesies betina lebih tangguh dalam musim kawin. “Kaluta betina bisa kelelahan setelah aktivitas reproduksi yang cukup intens, sehingga menurunkan kelangsungan hidup mereka,” Dr Hayes melanjutkan.Meskipun musim kawinnya berisiko, populasi kaluta tampaknya baik-baik saja di alam liar. “Hal ini juga menarik karena banyak spesies di Pilbara yang semakin berkurang jumlahnya,” simpulnya.Follow Gavin di Twitter atau InstagramArtikel ini pertama kali tayang di VICE Australia