Misteri Pembantaian Mina Sejati

Misteri Pembantaian Awak Kapal Mina Sejati di Laut Aru

Di tengah laut, tiga awak kapal ini membajak kapal dan membantai ABK lain. Namun, ketika aparat berhasil menguasai kapal, seisi penghuni kapal telah lenyap tanpa jejak.
Misteri Pembantaian 20 Awak Kapal Mina Sejati di Laut Aru
Ilustrasi kapal nelayan terombang-ambing di laut via Phxere/domain publik

Banjir darah di Kapal Motor (KM) Mina Sejati terjadi pada Jumat (16/8) pukul 10.00 WIT. Kapal yang diawaki 36 orang ini berlayar di laut Kepulauan Aru, Maluku sejak Kamis (15/8). Selepas memancing ikan dan cumi semalaman, para awak kapal beristirahat dan tidur di ruang ABK yang berada di palka bawah kapal.

Ternyata tidak semua orang memejamkan mata. Tiga orang ABK, yakni Nurul Huda, Ferri Dwi Lesmana, dan Qersim Ibnu Malik masih terjaga. Lantas mereka mulai menggoroki rekan-rekannya dengan parang. Ketiga pelaku masih terikat hubungan darah ayah, anak, dan paman.

Iklan

Pembantaian itu segera berubah menjadi perkelahian. ABK lain terbangun dan melawan. Namun, kekacauan di kapal tak bisa dihentikan sehingga 13 ABK memutuskan terjun ke laut untuk menyelamatkan diri.

Beruntung, di dekat lokasi sedang berlayar pula KM Gemilang Samudera yang kemudian mengevakuasi pelarian. Tetapi, tidak jelas disebutkan di media apakah KM Gemilang Samudera menyelamatkan korban pada hari kejadian atau sehari sesudahnya. Dari 13 orang yang menceburkan diri, dua di antaranya ditemukan sudah meninggal akibat luka bacok. Di antara 11 pelarian yang masih hidup, terdapat nakhoda kapal Wisen Harmoko alias Awi.

Sebelum meloncat, Awi sempat mengontak pengelola kapal bernama Koko Rinto dan memberitahukan pembantaian di atas laut tersebut. Sehari kemudian, Rinto dihubungi Along, nakhoda KM Gemilang Samudera, yang menguatkan kabar itu.

“Lalu tiba-tiba ada telepon masuk dari nomor asing yang mengaku dari laut dan menjelaskan KM Mina Sejati dibajak dan dibawa lari orang, sedangkan nakhoda Awi dan beberapa orang selamat setelah lompat ke laut,” kata Rinto kepada Republika.

Saat itu, Along meminta Rinto untuk lapor polisi sementara kapalnya terus memonitor dan mengikuti gerak KM Mina Sejati dalam jarak aman. Rinto lantas menghubungi Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Tual, Polres Aru, dan Pelabunan Ikan Dobo. Informasi pembajakan Mina Sejati kemudian diteruskan ke SAR, TNI AL, dan Polda Maluku.

Iklan

Pada Minggu (18/8), dua hari setelah pembajakan kapal terjadi, TNI AL mengirim Kapal Perang RI Teluk Lada-521 untuk mengejar KM Mina Sejati dan menyelamatkan ABK tersisa. Menurut perhitungan, jika 13 orang sudah keluar dari kapal, mestinya masih tersisa 23 ABK—termasuk 3 pelaku—di Mina Sejati.

Selama lebih dari 24 jam, KRI Teluk Lada mencoba berkomunikasi dengan KM Mina Sejati, namun tak ada tanggapan. Keesokan harinya, Senin (19/8) pukul 06.00 WIT, KRI Teluk Lada menurunkan sekoci untuk mendekati Mina Sejati yang mengapung di perairan Tual. Akan tetapi, juga tak ada tanda-tanda aktivitas manusia di sana.

Dua jam menunggu, aparat akhirnya memutuskan naik ke kapal tersebut. Kapal digeledah dan secara aneh, tidak ada seorang pun di atas kapal, baik ketiga pelaku maupun 20 ABK tersandera lainnya. Kapal pun dalam kondisi hampir tenggelam karena air sudah masuk dari lambung kapal yang bocor.

“Jadi, tidak ada (ABK) satu pun di atas kapal saat penggeledahan dilakukan,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamada Pertama TNI Mohammad Zaenal kepada Kompas.

Menurut keterangan ABK yang selamat, setidaknya 7 orang tewas dalam pembantaian tersebut. Namun, di luar 11 ABK selamat dan 2 ABK yang terbunuh yang dievakuasi KM KM Gemilang Samudera, tak ada ABK lain yang ditemukan, hidup maupun mati, oleh petugas pencari.

Ketigabelas ABK KM Mina Sejati yang melarikan diri sudah dibawa ke daratan pada 20 dan 21 Agustus. ABK yang hidup adalah Angger Bahari, Sopari, Rachmat Age, M. Ridwan, Wawan Siswanto, Kermudi, Slamet, Wisen Harmok, Hendra, Mahendar, dan Kiswanto. Bersamaan dengan dievakuasinya ketiga belas ABK Mina Sejati, 35 awak KM Gemilang Samudera juga dibawa ke Polres Aru untuk dimintai keterangan.

Hampir seminggu setelah pembantaian itu terjadi, polisi dan TNI masih belum menemukan motif pelaku. Rinto mengatakan, tidak pernah adapreseden cekcok antara para ABK. Semua ABK yang selamat juga mengaku tidak mengetahui motif di balik pembunuhan massal itu.

“Yang perlu digarisbawahi ini adalah kejadian perkelahian antara ABK. Sampai saat ini pun saya belum mengetahui motifnya apa, tuntutannya apa. Kita belum mengetahuinya,” kata Zaenal, dikutip Detik.

Komandan Pangkalan TNI AL Aru Letkol Laut Suharto Silaban menduga, pelaku membunuh kedua puluh ABK yang tersisa di atas kapal sebelum kemudian bunuh diri. Namun, jika begitu, ke mana jasad semua orang di KM Mina Sejati? Misteri itu sampai sekarang belum terjawab.