Kesehatan Mental

Perlukah Kita Mencoba Puasa Dopamin dengan Tidak Buka Ponsel & Laptop Sama Sekali?

Jenis puasa ini sedang ngetren di kalangan pekerja startup Silicon Valley, tapi dianggap merugikan kesehatan mental karena harus menarik diri dari interaksi sosial.
Katie Way
Brooklyn, US
Sekelompok orang yang sedang selfie Mencoba Puasa Dopamin dengan Tidak Buka Ponsel & Laptop Sama Sekali
Foto ilustrasi oleh Zackary Drucker dari Koleksi Spektrum Gender Broadly/VICE

Belakangan ini, para tech bros di Silicon Valley sedang terobsesi dengan yang namanya puasa. Cuma mereka melakukannya secara ekstrem, dan berfokus pada teknologi, konsumsi media, dan perilaku sosial seperti ngumpul bareng teman. Dikenal dengan sebutan “biohack”, kalangan raksasa teknologi berhenti mengonsumsi dan melakukan apa pun selama 24 jam hingga seminggu untuk “mengatur ulang” ketidakseimbangan neurokimia mereka. Sebenarnya tak ada yang salah dengan menerapkan pantangan pada diri sendiri, tetapi belum tentu tren esktrem semacam ini menyehatkan.

Iklan

Jenis puasa yang sekarang lagi populer yaitu puasa dopamin. VICE pernah menulis kalau dopamin tak hanya berfungsi “memberikan perasaan senang” dan bukan satu-satunya neurotransmitter yang menghasilkan suasana hati positif. Akan tetapi, orang-orang Silicon Valley mempraktikkan puasa dopamin karena adanya kesalahpahaman bahwa kita terlalu dibuai kesenangan lewat interaksi sosial, sehingga akhirnya menghambat kita mendapatkan manfaat nyata.

Kepada situs web kesehatan mental Psych Central, sejumlah ilmuwan mengungkapkan kalau puasa dopamin yang melibatkan isolasi sosial tak bagus untuk kesehatan mental. Kim Hellmans, peneliti dan guru besar ilmu saraf di Universitas Carleton, menerangkan hal yang sudah jelas yaitu interaksi sosial—terutama dengan orang yang kita sukai—memiliki manfaat positif. “Manusia adalah makhluk sosial. Dengan demikian, rasa kesepian dan kurangnya stimulasi sosial dianggap sebagai ancaman kepada sistem saraf. Kesepian adalah salah satu pemicu stres paling kuat,” ujar Kim.

Satu penelitian menyimpulkan dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan hidup dapat mengurangi stres, memberikan kebahagiaan, dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular serta efektivitas jasmani. Kesepian menjadi masalah serius di zaman modern seperti sekarang, sehingga pakar kesehatan mental berusaha mengatasinya dengan menggalakkan aktivitas seperti makan bareng. Sebuah studi bahkan menyebutkan kesepian lebih berbahaya daripada merokok.

Iklan

Menurut pakar, puasa dopamin dapat berdampak positif jika yang dihindari adalah teknologi. “Tak ada salahnya untuk sekali-sekali lepas dari gadget,” kata Kim. Akan tetapi, “[kamu] terlalu menyederhanakan sistem saraf yang kompleks jika mengaitkan setiap manfaat yang dirasakan dari berkurangnya dopamin.” Lagi pula, puasa main HP untuk menyegarkan diri bukan konsep baru.

Kurangi kebiasaan main HP, perbanyak keluar rumah untuk berolahraga dan menemui teman. Dijamin lebih bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik, ketimbang mengasingkan diri dan ngendon di rumah.

Follow Katie Way on Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US