FYI.

This story is over 5 years old.

Rekomendasi Akhir Pekan

Panduan Nonton Festival Horor Klasik Hingga Bus Kucing Ghibli Untuk Mengisi Akhir Pekan Ini

Bingung Sabtu-Minggu mau ngapain? Tenang, VICE siap membantu. Kalian bisa bersantai bareng Totoro, ketakutan lihat zombie, atau gegoleran aja sambil baca buku terbaru penulis muda Indonesia yang mengasyikkan.
Ilustrasi oleh Dini Lestari.

Kadang kalian pasti bingung menghabiskan libur akhir pekan. Kalian pengen tahu sebaiknya nonton film, serial TV apa, atau mungkin butuh info tambahan buat baca buku dan mendengarkan musik seru. Tenang, VICE siap membantu. Berikut rekomendasi dari awak redaksi kami untuk mengisi Sabtu-Minggu agar kalian terus berbahagia.

KAMI MENGKURASI FESTIVAL FILM HOROR KLASIK BERSAMA JOKO ANWAR

Dalam rangka menyambut film versi terbaru Pengabdi Setan besutan Joko Anwar, akhir pekan ini VICE Indonesia mengadakan festival film gabungan yang menunjukkan film-film kultus klasik bikinan rumah produksi Rapi di era 80-an. Kami akan menayangkan empat film dalam dua hari. Dokumenter kami akan ditayangkan setiap sebelum film dimulai. Kami berharap dokumenter itu bisa memandu kita memahami era kejayaan film eksploitasi Indonesia.

Iklan

Baca juga: Alasan Joko Anwar Sampai Sekarang Masih Ketakutan Mengingat 'Pengabdi Setan

Saya sih sangat menyarankan sesama generasi milennial hadir dan ikut ngobrolin film dari era 80'an, era kejayaan film lokal, yang sayangnya tak sempat kita alami langsung. Meski banyak orang menganggap film zaman itu sebagai lelucon belaka, atau kita nanti malah menertawakan film-film seperti Sundel Bolong, Beranak Dalam Kubur, karena efeknya agak kuno, penting buat dicatat bahwa mereka menerapkan teknik visual terbaru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Film-film 80'an itu canggih banget pada masanya.

Bayangkan, sutradara-sutradara muda Indonesia era itu, dengan segala keterbatasan teknologi, bisa membuat film-film yang amat menghibur. Coba deh, tonton lagi film-film ini dengan pikiran lebih terbuka. Soalnya, film-film ini enggak pernah dimaksudkan jadi lelucon. Ini film-film serius. Saya percaya film-film klasik tersebut bisa mengajarkan kita soal empati. Acara ini bakal seru banget, kita bisa ketawa bareng dan ketakutan rame-rame. Energinya bakal positif. Film-film ini memang horor tapi enggak mengganggu. Acara diskusi sesudah pemutaran juga bakal berbobot, karena gue jadi moderator. Hahaha… —Rizky Rahadianto

DATANGI PAMERAN STUDIO GHIBLI SEBELUM BERAKHIR

Iya itu gue lagi masuk ke dalam bus kucing Totoro…

Coba sambangi Pameran Studio Ghibli di Pacific Place. Ini expo serba-serbi Ghibli terbesar pernah digelar setelah yang ada di Jepang. Akhir pekan ini menandakan akhir dari pameran tersebut, jadi mending buruan datang deh. Apalagi kalau kalian penggemar film-film Ghibli, atau penasaran melihat langsung rekonstruksi 3D, set film-film ikonik, dan banyak lagi. Saya sempat mampir beberapa hari lalu dan emang seru banget sih. Tapi, kalau emang kalian pengen mager weekend, bisa juga nonton ulang film debut Miyazaki, atau nonton supercut sembilan menit Studio Ghibli di bawah ini. —Yudhistira Agato

Iklan

COBA DENGAR LAGU BARUNYA OSCAR LOLANG BERJUDUL 'SHOW AND TELL'

Oscar Lolang adalah mahasiswa UNPAD, anak Jatinangor. Bisa dibilang dia pendatang baru di kancah folky-folky yang lagi naik daun beberapa tahun terakhir ini. Tapi ya, musisi folk kan ada banyak. Yang membedakan Oscar dari musisi folk lain adalah, dia enggak ngomongin hujan, dan senja, atau matahari. Dia ngomongin Papua dan hal-hal menarik lainnya. Selain itu, gaya nyanyinya dan chord-chordnya itu mengingatkan kita sama energi Bob Dylan. Jadi kalau mau lihat wujud Dylan dalam rupa Indonesia, sejauh ini… ya, ada Iwan Fals sih hahaha. Tapi itu di level yang super masif. Kalau di level indie, ya ada Oscar Lolang. Suranya bagus lho, ada vibra-vibra dombanya. Di Indonesia, dia doang yang punya vibra kayak begitu. Album perdana dia katanya bakal rilis tanggal 15 September, tapi sejujurnya gue lebih penasaran nonton dia live. Jika kalian sedang ada di Jakarta, dia menggelar pertunjukan di Toko Misteri. Sejauh pengalaman saya mendengar musiknya, saya optimis dia akan berhasil. — Ananda Badudu

JATUH CINTA SAMA KARAKTER ABBI DAN ILANA

Sangat menggembirakan untuk mendengar, atau melihat, lagi hal-hal teraneh yang pernah muncul di layar laptop saya. Semuanya masih sama sih: lelucon-lelucon tai, humor ngatain diri sendiri, dan simbol-simbol politik yang aneh. Bagi sebagian orang, "Broad City" terasa terlalu mentah. Tapi bagi saya, serial TV ini telah membongkar ilusi "berjuang di kota besar" selama bertahun-tahun. Episode pembuka di musim baru ini apik banget menunjukkan pertemuan Ilana dan Abbi untuk pertama kalinya. Jadi pas banget kalau kamu baru mau ngikutin serial TV ini, dan mulai nonton dari awal. Pas juga buat penonton lama, karena sekarang jadi tahu kisah awal mereka kayak gimana. Enggak bakal makan lebih dari sehari buat nonton ulang setiap episodenya kok. —Yudistira Dilianzia

BACALAH MANIFESTO FLORA, BUKU TERBARU CYNTHA HARIADI

Saya keranjingan buku-buku cantik. Jadi, gembira bukan main saat akhirnya punya buku Cyntha Hariadi yang dirancang dengan apik—coba lihat saja ilustrasinya, warna-warnanya, dan tata teksnya! Buku Cyntha Hariadi yang pertama, kumpulan puisi berjudul Ibu Mendulang Anak Berlari, memenangkan Juara III Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015, dan masuk lima besar Kusala Satsra Khatulistiwa 2016. Saya baru mulai sih, tapi sejauh ini ceritanya asik-asik. Kalau butuh pendapat yang lebih bisa diandalkan, inilah yang dikatakan penyair dan esais Mikael Johani soal buku ini: "I love it. Aku seperti membaca Budi Darma yang lebih berhati, atau Clara Ng yang lebih gila. Atau Lorrie Moore yang lebih ceria, untuk menutupi kesedihan yang lebih gelap. Atau Cyntha Hariadi si penyair, tanpa kerangkeng Puisi Indonesia." — Syarafina Vidyadhana