Panduan Bersenang-Senang Akhir Pekan Ini: Mulai dari Blade Runner Sampai Pameran Mikro di Kampung Kecil
Ilustrasi oleh Dini Lestari

FYI.

This story is over 5 years old.

Panduan Akhir Pekan

Panduan Bersenang-Senang Akhir Pekan Ini: Mulai dari Blade Runner Sampai Pameran Mikro di Kampung Kecil

Tak hanya itu, ada juga acara diskusi dan musik Sa Ada di Sini bersama para perempuan dari Papua; juga festival film di Kineforum tentang kesehatan mental

Kadang kalian pasti bingung menghabiskan libur akhir pekan. Kalian pengen tahu sebaiknya nonton film, serial TV apa, atau mungkin butuh info tambahan buat baca buku dan mendengarkan musik seru. Tenang, VICE siap membantu. Berikut rekomendasi dari awak redaksi kami untuk mengisi Sabtu-Minggu agar kalian terus berbahagia. KUNJUNGI MASA DEPAN DISTOPIA LEWAT "BLADE RUNNER"
Para kritikus menyebut Blade Runner 2049 sebuah mahakarya modern. Film Blade Runner yang pertama adalah karya terbaik Ridley Scott—neo noir gelap dan becek yang membuat tokoh-tokohnya, dan para penonton, mempertanyakan makna menjadi manusia. Sekuel Blade Runner lompat ke masa depan, 30 tahun setelah kisah di film pertama. Tyrell Corporation, yang membuat "replicants" di film pertama, sudah binasa. Rick Deckard (Harrison Ford) sudah tua banget. Tapi, "blade runners" masih ada, memburu replicants yang bandel. Film ini sekarang diputar di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, tapi sebelum itu, coba tonton deh tiga film pendek ini yang diproduksi untuk menjelaskan apa yang terjadi antara 2019 dan 2049. Ternyata, banyak banget! Salah satu yang paling asik sih Blade Runner Black Out 2022, anime besutan Shinichirō Watanabe, yang terkenal lewat Cowboy Bebop. Udah, lah, buruan tonton aja! — Jonathan Vit

Iklan

NGOBROLIN GANGGUAN KESEHATAN MENTAL DI FILM FESTIVAL "SAYANG, SAYANGILAH JIWAMU"
Di Indonesia, gangguan kesehatan mental masih dianggap tabu oleh banyak orang. Sebagian bahkan ragu gangguan kesehatan mental benar-benar ada. Jadinya, pengidap gangguan kesehatan mental seringkali disuruh "mendekatkan diri sama yang di atas," "pergi sama teman," atau "sering-sering berpikiran positif." Padahal, masyarakat lah yang perlu lebih sering mendengarkan, dan lebih melek soal kondisi mereka. Nah, pada akhir pekan ini, Festival Film "Sayang, Sayangilah Jiwamu," yang digelar olek kolektif dengan nama sama, berupaya untuk membuka dialog soal topik tersebut. Melalui sederet film pilihan, mereka berharap dapat menunjukkan ragam kehidupan pengidap gangguan kesehatan mental. Sebagaimana yang diutarakan kolektif tersebut, "Di negeri yang sudah semakin 'gila' ini, sudah sebaiknya kita menjaga kesehatan mental maupun fisik kita. Hidup hanya sekali, sayang. Mari kita sayangi jiwa kita." —Syarafina Vidyadhana

KENALI PAPUA LEWAT KISAH-KISAH PEREMPUANNYA
Jujur deh, berapa sering kalian baca-baca soal apa yang terjadi di Papua? Ya, kalau kalian sering mantengin situs Antara atau, ehm, Indoprogress, mungkin lumayan sering. Tapi, seberapa sering kalian mendengar langsung kisah-kisah mereka? Enggak pernah? Hehehe… gue juga. Nah, akhir pekan ini Asia Justice And Rights (AJAR) bekerja sama dengan Papuan Working Group (PWG) mengadakan acara pemutaran film dan diskusi yang disebut "SA ADA DI SINI: Suara Perempuan Papua Menghadapi Kekerasan yang Tak Kunjung Usai."

Iklan

Pada acara yang berlangsung selama dua hari itu, kita bisa berkenalan dengan sisi Papua yang seringkali diabaikan media massa. Jarang banget, kan, ada acara yang khusus membahas narasi Papua. (Biasanya kan Papua cuma digunakan untuk pencitraan, atau mentok-mentok untuk keperluan pemasaran hhh.) Kali ini, perempuan-perempuan Papua yang akan menyuarakan pengalaman mereka dan kita gantian mendengarkan. Sebagai hiburan, Joe Million, Tapak Rasta, dan editor Bahasa Indonesia VICE Ananda Badudu (cie) bakal bawain beberapa lagu. — Syarafina Vidyadhana

KUNJUNGI PAMERAN SENI DALAM GANG
Merasa jenuh pergi ke galeri seni yang gitu-gitu aja? Hari Jumat ini sampai 21 Oktober 2017 tepatnya di gang Kampung Kecil (Jl.Kebon Nanas 1) ada sebuah galeri ruang terbuka, bertajuk Micro Galleries. 50 seniman lokal dan internasional memamerkan karya seni mereka dengan media mural, grafiti, paste up dan stensil yang tersebar di lorong-lorong, sudut dan lokasi-lokasi rahasia seputar kampung seperti labirin rahasia. Setelah di Australia, Afrika Selatan, Hong Kong dan Bali, sekarang giliran Jakarta. — Regan Reuben

DATANG KE PESTA ULTAH STIJL YANG KE-100
Purists yang pengin gue ajak nongkrong bareng, kayaknya cuma anggota gerakan desain De Stijl, deh. Gerakan di Belanda ini menarik banget buat gue, bukan cuma karena gue pernah nulisin makalah delapan halaman soal mereka untuk kelas Sejarah Arsitektur, tapi juga karena mereka mikir garis lurus itu… semacam… Dewa. Lagi pula, mereka benci warna hijau. Anggota-anggota asli gerakan ini udah meninggal, tapi untungnya karya-karya mereka lagi dipamerin di Erasmus Huis Jakarta, dalam rangka memperingati 100 tahun gerakan tersebut.

Di samping karya-karya Piet Mondriaan, elo juga bisa ngelihat karya agung Gerrit Rietveld yang paling ikonik: Schrӧder House dan Red and Blue Chair. Gue sih paling enggak sabar ngelihat rancangan rumahnya secara langsung, karena ada tembok lipat dan ruangan-ruangan tanpa sekat. Kalau elo mahasiswa arsitektur atau desain, atau emang pada dasarnya tertarik sama seni dan desain, mendingan sempetin deh ke pameran ini. Oh ya, pamerannya masih lama kok—sampai 1 Desember. — Katyusha Methanisa

JOGET SAMPAI LEGREK DI KALUNGA, BANDUNG
Bosen dengerin lagu yang itu-itu aja di radio selama macet? Dateng aja ke Kalunga. Dua kolektif lokal, Interrupted dan Psilo, bekerja sama untuk mendatangkan "suara-suara Afrika." Kalunga bakal dimulai hari Sabtu pukul 9 malam, di Verde Resto and Lounge di Bandung. Bing Luther, ØH, Dita x Gilang, Bagvs dan Darkbark bakal mainin lagu-lagu enak sambil ditemenin instalasi dari Psilo yang fix banget bakal menghipnotis kita. Daripada pegel duduk di mobil, mending pegel karena joget-joget kaaaan? — Dini Lestari

ilustrasi oleh Dini Lestari