FYI.

This story is over 5 years old.

Covering Climate Now

Cara Pulau Wisata di Filipina Perlu Ditiru Nih, Turis Pakai Plastik Langsung Kena Denda

Komunitas El Nido di Pulau Palawan mengambil langkah ekstrem demi menanggulangi pencemaran lingkungan akibat aktivitas turis.
Masalah plastik di El Nido Palawan Filipina
Awalnya pulau perawan, Palawan kini rusak ekosistemnya gara-gara wisata. Foto via Unsplash 

Setelah video laguna penuh sampah plastik menjadi viral, pemerintah Kabupaten El Nido di Palawan, Filipina mengeluarkan peraturan baru demi mengurangi jumlah sampah. Mereka melarang penggunaan plastik sekali pakai bagi pengunjung dan mencabut paket tur demi menjaga keasrian dan kelestarian lagunanya.

Sejak Jumat pekan lalu, para wisatawan yang datang dalam jumlah besar dilarang mengunjungi pulau utama. Bagi yang diizinkan masuk akan diberi peringatan bahwa mereka dilarang menggunakan plastik selama berada di kawasan pantai dan laguna di tengah pulau.

Iklan

Pemerintah setempat El Nido juga menaikkan biaya masuk ke laguna kecil dan besar untuk mencegah turis berkunjung. Mereka berharap peraturan baru ini setidaknya mengurangi potensi kerusakan lingkungan.

El-Nido-Philippines-Plastic-2-of-2

Sampah plastik macam ini sudah berulang kali terbawa ke pantai kawasan El Nido di Filipina. Foto via Unsplash

Pejabat di El Nido takut kondisi pantai bisa separah Boracay—pulau lain yang sangat populer di jantung Filipina—yang rusak akibat tercemar plastik. Akibatnya pada awal 2018, pemerintah Filipina menutup Pulau Boracay selama enam bulan untuk memulihkan pantai yang rusak akibat sering dijadikan tempat pesta turis asing.

Boracay mulai dibuka kembali akhir Oktober lalu, tetapi kasino dan klub malam yang menjadi daya tarik pulau tersebut tidak diizinkan beroperasi lagi.

Nieves Cabunalda Rosento, wali kota El Nido, tak segan menjatuhkan sanksi bagi turis yang melanggar peraturan anti sampahnya. Media setempat melaporkan bahwa Cabunalda Rosento telah mengeluarkan denda sebesar 10.000 Peso (sekitar Rp7 juta) secara langsung kepada pedagang, pemandu wisata, dan siapa pun yang tertangkap basah menggunakan plastik sekali pakai.

Dengan menegakkan “Five Rs of El Nido: Reduce, Reuse, Recycle, Refuse, Report”, dia tampaknya memperjelas sikapnya yang ingin menanggulangi sampah plastik.

Heidi Savelli-Soderberg, Kepala Divisi Sampah Laut di PBB, mengaku salut dengan langkah yang diambil Cabunalda Rosento. Namun, menurutnya, pelarangan penggunaan plastik tak akan menyelesaikan masalah. "Melarang penggunaan berbagai jenis plastik sekali pakai yang tidak begitu diperlukan adalah langkah awal yang bagus dalam memerangi polusi plastik," katanya.

Iklan

"Tapi, jika ingin menanggulangi polusi sampah dalam jangka panjang… Maka kita harus mengubah cara berpikir. Kita tak bisa lagi menganggap plastik sebagai sesuatu yang bisa dibuang begitu saja. Kita perlu melihatnya sebagai benda yang memiliki nilai nyata."

El Nido juga perlu menyeimbangkan upaya pelestarian dan pemulihan keindahan alam Palawan dengan kenyataan bahwa mereka masih menggantungkan nasibnya pada sektor pariwisata sebagai lapangan pekerjaan utama.

Savelli-Soderberg menyadari hal ini ketika membahas solusinya. Dia berpendapat bahwa, "masalah ini wajib didiskusikan bersama para stakeholder, dan memberikan waktu bagi industri — termasuk sektor pariwisata yang sangat diandalkan wilayah pesisir — untuk beradaptasi."

Peraturan baru ini mungkin terasa sangat ekstrem, tetapi dapat menyelamatkan kelangsungan hidup pulau Palawan. Lagi pula, mana ada turis yang mau berkunjung ke surga tropis kalau penuh sampah dan airnya kotor?

Artikel ini pertama kali tayang di Amuse