FYI.

This story is over 5 years old.

Mitos Kesehatan

Minyak Ikan Tidak Terlalu Berkhasiat Buat Tubuhmu dan Malah Merusak Lingkungan

Industri pemasok minyak ikan justru terbukti menyebabkan punahnya spesies ikan tertentu. Parahnya lagi, industri ini tidak punya bukti yang menunjukkan omega-3 bagus untuk kesehatan manusia.
Foto ilustrasi minyak ikan dari MirageC/Getty Images 

Setiap orang rela melakukan apa saja demi hidup sehat. Seperti banyak orang di dunia ini, kamu mungkin rutin mengonsumsi kapsul minyak ikan, suplemen asam lemak omega-3 yang biasanya diambil dari ikan atau kerang.

Suplemen omega-3 adalah suplemen makanan ketiga paling populer di berbagai negara setelah vitamin dan mineral. Banyak orang mengonsumsi kapsul minyak ikan karena percaya suplemen ini bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung dan stroke, meningkatkan daya ingat, kesehatan mata, dan lain-lain.

Iklan

Akan tetapi, penelitian terbaru melansir kesimpulan mengejutkan. Suplemen asam lemak omega-3 menurut ilmuwan tidak berkhasiat bagi kesehatan. Bulan lalu, satu jurnal mengulas 79 percobaan terbaik yang menguji khasiat suplemen berbahan minyak ikan. Ulasannya menyimpulkan bahwa kapsul minyak ikan "tidak menunjukkan perbedaan" dalam kasus kematian dini akibat sakit jantung atau stroke. Di saat konsensus ilmiah mendukung dampak positif omega-3 terhadap kesehatan otak dan fungsi kognitif, bukti menunjukkan mengonsumsi asam lemak langsung dari sumber makanannya (seperti ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian) jauh lebih berkhasiat daripada kapsul suplemen makanan berbahan minyak ikan.

Selain itu, ada alasan lain kenapa kita harus mempertanyakan manfaat kapsul minyak ikan sebenarnya. Sebagaimana dibahas Paul Greenberg dalam buku terbarunya, The Omega Principle, kebiasaan kita meminum suplemen omega-3 dapat merusak kehidupan laut. Organisme kecil, seperti kril, sarden, dan teri, dieksploitasi untuk memproduksi suplemen makanan.

Ikan-ikan kecil yang menjadi dasar rantai makanan di laut ini berkurang sebanyak jutaan metrik ton setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan kita akan minyak ikan yang semakin meningkat. Hal ini menyebabkan terganggunya pasokan makanan spesies predator, seperti ikan kod, tuna dan paus.

Kami berbincang dengan Greenberg dan membahas bahaya dari obsesi kita terus-terusan mengonsumsi kapsul omega-3 terhadap keseimbangan ekosistem laut.

Iklan

TONIC: Halo Paul. Menurutmu, Sejak kapan sih orang mulai terobsesi dengan omega-3?
Paul Greenberg: Jauh sebelum industri suplemen muncul, orang-orang sudah tertarik dengan minyak hati ikan kod. Waktu itu mereka belum tahu kalau omega-3 bagus untuk hati dan otak. Khasiatnya pertama kali diidentifikasi pada abad ke-19. Minyak ikan dipercaya sebagai obat penyembuh rakhitis, yang disebabkan oleh kekurangan Vitamin D. Sejak itu, industri minyak hati ikan kod dimulai di Norwegia, dan, dari sudut pandang kesehatan, minyak ikan dianggap bagus untuk kesehatan.

Tidak banyak kategori zat gizi yang bisa diteliti pada dekade 1940-an dan 1950-an saat ditemukannya vitamin dan mineral. Karena itu, mereka beralih ke lemak ikan.


Tonton dokumenter VICE mengenai sebuah gereja yang menjanjikan jemaatnya kunci hidup abadi dengan bantuan 'teknologi':


Perkembangan paling penting terjadi pada tahun 70-an, ketika dua dokter asal Denmark, Hans Olaf Bang dan Jørn Dyerberg, mengunjungi Greenland setelah membaca rendahnya tingkat risiko penyakit kardiovaskular pada suku Inuit yang memakan ikan, anjing laut dan ikan paus. Pada saat mereka menganalisis lipid darah orang Inuit, mereka menemukan kandungan asam lemak omega-3 yang sangat tinggi. Setelah itu, mereka berhipotesis bahwa omega-3 menjadi alasan rendahnya tingkat penyakit jantung koroner pada suku Inuit di Greenland.

Hal ini menjadi bahan perbincangan di kalangan peneliti. Suplemen omega-3 mulai dipasarkan sekitar akhir 80-an atau awal 90-an.

Iklan

Gimana ceritanya tuh suplemen omega-3 malah mengganggu rantai makanan di laut?
Dari yang saya pelajari, radiasi matahari menggerakkan seluruh siklus kehidupan laut—sama seperti di daratan, hanya saja prosesnya berbeda. Plankton berfungsi sebagai ‘rumputnya’ lautan untuk menyerap energi matahari dan mengubahnya menjadi ikatan molekul. Setelah itu, ikan kecil akan memakan plankton yang kemudian akan dimakan oleh ikan besar. Ekosistemnya menjadi tidak produktif apabila jumlah ikan "umpan" berkurang. Faktanya, ikan-ikan ini dieksploitasi besar-besaran di seluruh dunia.

Ketika saya sedang menulis buku tentang dampak buruk omega-3, saya banyak mempelajari sumber-sumber yang ada di buku Cod karya Mark Kurlansky. Dari sana, saya memahami menurunnya populasi ikan kod disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan umpan yang berlebihan. Ikan kod memakan capelin, yang biasanya dijadikan tepung dan minyak ikan. Hal yang sama terjadi pada tahun 70-an dan awal 80-an, ketika populasi ikan bass bergaris di sekitar Amerika Serikat terus menurun. Salah satu alasannya adalah berkurangnya menhaden, mangsa ikan bass, yang dijadikan pakan ternak dan suplemen makanan.

Ada saran untuk konsumen yang ingin mendapatkan khasiat dari omega-3 tanpa merusak kehidupan laut?
Sebaiknya mengonsumsi suplemen makanan yang terbuat dari ganggang. Dengan begitu, tidak ada ikan yang perlu dikorbankan untuk memproduksi omega-3. Selain itu, ada juga suplemen makanan yang terbuat dari limbah ikan tidak seperti industri reduksi kebanyakan. Pure Alaska Omega menggunakan sisa ikan dari industri salmon di Alaska.

Iklan

Produk ini terinspirasi oleh Martha Stewart. Dia pernah mendatangi smokehouse salmon yang dimiliki oleh pria Amerika Italia bernama Sandro Lane. Di sana, dia melihat kepala dan perut salmon dibuang begitu saja. Stewart bertanya, “Tak bisakah limbahnya dijadikan sesuatu?” Berhubung dia orang Italia, Sandro sudah paham dengan konsep zaitun cold-press untuk dijadikan minyak zaitun. Akhirnya dia mendinginkan seluruh limbah salmon, sehingga minyaknya tidak dioksidasi. Minyak ikan yang sudah dioksidasi tidak bermanfaat bagi kesehatan.

Kamu juga bisa mendapatkan omega-3 dengan memakan ikan berminyak. Selain bagus untuk kesehatan, kamu sekaligus membantu kesejahteraan nelayan. Faktanya, pendapatan nelayan tradisional tidak sebesar nelayan yang bekerja di industri suplemen makanan.

Peru adalah negara perikanan terbesar di dunia. Tangkapannya yang paling terkenal adalah ikan teri. 2-5 juta metrik ton ikan teri ditangkap per tahun, dan lebih dari 95 persen ikannya dijadikan minyak ikan. Padahal, kita bisa langsung saja memakannya. Rasanya tidak kalah enak dengan ikan teri lainnya.


Wawancara ini telah disunting agar lebih ringkas dan enak dibaca

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic