FYI.

This story is over 5 years old.

surem bos

Cina Bikin Apps Buat Mendeteksi Warganya Yang Ogah Bayar Utang

Penggunanya bisa mendeteksi penunggak utang yang berkeliaran dalam radius 500 meter. Duh, hidup di Cina kok makin lama makin surem aja.
Gavin Butler
Melbourne, AU
simulasi apps memetakan penunggak utang
Image via MaxPixel, CC0 (L); YouTube/DailyNewsUSA

Awal bulan ini, pihak berwenang di Cina merilis sebuah aplikasi yang memungkinkan penggunanya mengenali orang yang membayar denda/utang dalam radius 500 meter. Aplikasi mini tersebut merupakan sebuah ekstensi dari aplikasi pengiriman pesan populer WeChat, seperti yang diberitakan oleh China Daily dan disebut oleh Mahkamah Rakyat Tertinggi Provinsi Hebei sebagai “peta penunggak utang.”

Lewat aplikasi ini, masyarakat awam di Tiongkok bisa mengenali orang yang belum membayar utangnya dan melaporkannya pada pihak berwenang.

Iklan

Para penunggak utang punya julukan buruk, Laolai. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka diperlakukan dengan kurang hormat, seperti yang dijelaskan dalam artikal yang diturunkan oleh Independent . Konsep di balik aplikasi pendeteksi penunggak utang ini adalah usaha crowd-source untuk memberantas para pengutang menahun dengan memfasilitasi setiap warga dengan semacam radar yang menunjukkan posisi pengutang dalam layar ponsel mereka. Radar aplikasi ini sanggup membaca keberadaan seorang penunggak dalam radius 500 meter. Warna layar radar akan berganti seiring perubahan padatnya populasi penunggak, dari merah (di lokasi yang paling padat pengutangnya), oranye, kuning dan biru. Dengan mengetuk ikon pengutang dalam layar, pengguna aplikasi ini bisa melihat rangkuman informasi pribadi orang tersebut, seperti dilaporkan Radii Media .

Data pribadi yang bisa dilihat lewat aplikasi tersebut mencakup nama lengkap, nomor berkas kasus pengadilan, nomor kartu tanda pengenal, alamat rumah dan alasan kenapa mereka ada dalam daftar penunggak. Jika pengguna merasa penunggak mestinya mampu melunasi denda/utang mereka, pengguna tersebut bisa melaporkan keberadaan pengutang pada pihak berwajib.

"Aplikasi ini adalah bagian dari langkah kamu menegakkan peraturan dan menciptakan kehidupan sosial yang kredibel,” ujar salah satu anggota Mahkamah Rakyar Tertinggi.

Di samping itu, aplikasi ini adalah perpanjangn dari sistem kredit sosial di Cina, yang memberikan skor kredit sosial pada tiap warga Tiongkok berdasarkan “perilaku dan tingkat kepercayaan,” seperti yang dilansir Wired. Dalam sistem tersebut, tindakan seperti meleng saat menyeberang, memutar musik keras-keras di dalam transportasi publik dan, yang paling parah, lupa membayar denda yang dijatuhkan pengadilan akan menurunkan nilai kredit sosial kita.

Masalahnya nilai kredit sosial yang rendah berarti raibnya sejumlah hak, misal kemudahan memesan tiket pesawat atau kereta. Sejumlah pemberitaan juga menyebutkan keberadaan semacam “daftar hitam” dalam sistem kredit sosial ini. Cara kerjanya pun cenderung serupa: jika seorang warga Tiongkok ogah membayar denda, maka dirinya akan masuk daftar hitam pemerintah dan kehilangan sejumlah privilese.

Kendati proses pengerjaan algoritma sistem ini belum sepenuhnya rampung, saat ini, sudah ada 18 juta orang di Cina yang dilarang melakukan perjalanan udara—5,5 juta lainnya tak diperkenankan membeli tiket kereta—karena catatan utang/denda yang menggunung.