FYI.

This story is over 5 years old.

komputer masa depan

Siapa Sih yang Bikin Komputer-komputer Masa Depan Boongan di Film-film?

Ternyata ada vendornya sendiri, dan mereka merasa sering diresek-in sama klien-klien para sineas pembuat film.

Dalam film Iron Man dan atau komiknya, kita sering banget lihat Tony Stark menyusun barisan kode komputer guna memastikan segala macam gawai atau upgrade iron man suitnya bisa terbang dengan fitur auto pilot, menemukan sumber energi baru atau sekadar bisa terkoneksi dengan speaker bluetooth yang ada di kantornya. Biasanya, kita dibuat bengong oleh tampilan interface komputer dalam kantor, laboratorium dan helm Iron Man Stark. Yang kita enggak pernah tahu adalah ada orang yang kerjaannya bikin tampilan komputer canggih dalam film-film seperti ini. mereka inilah yang dibayar untuk memikirkan jenis font, besarnya window atau variabel lain dalam user interface [UI] dilihat oleh Tony Stark. UI adalah sistem yang dibangun agar komputer bisa berinteraksi dengan manusia.

Iklan

Dalam kehidupan nyata, raksasa teknologi seperti Apple rela mengucurkan miliaran dolar hanya untuk mendapatkan tampilan UI yang paling yahud. Perusahaan-perusahaan yang umumnya bercokol di Silicon Valley ini umumnya bakal menghabiskan banyak waktu dan sumber daya mereka untuk mengutak-atik font, text bubble dan sensitivitas layar sampai mereka dapat yang mereka mau. Sayangnya, para perancang UI boongan dalam film tak bisa seleluasa ini. budget yang dianggarkan pada mereka terbatas. Alhasil, perjuangan mendapatkan UI yang futuristik tapi tetap masuk akal bisa dibilang gampang-gampang susah. Kalau mujur, karya mereka bakal membuat cerita lebih lancar meski mereka tak kecipratan pujian yang seharusnya dari penonton. Kalau sedang jeblok, rancangan UI mereka bikin penonton bertanya-tanya “kok teknologi masa depan sepertinya cupu amat sih?”

Guna memahami perjuangan para desainer UI fiktif ini, kami ngobrol dengan Allan Torres, seorang penyelia desain di studio VFX dari Los Angeles, Cantine Creative. Selama bekerja di Cantina, Torres ikut ambil bagian merancang perangkat God’s Ry dalam episode terbaru Fast and the Furious, membuat tampilan database DNA dalam Blade Runner 2049. Dan oh ya, dia juga yang bikin display UI di dalam helm Iron Man loh.

Wawancara ini telah diedit agar lebih ringkas dan enak dibaca.

Diagnostik Iron Man suit dari film Captain America: Civil War

VICE: bisa tolong ceritaan proses pengembangan UI dari konsep awal sampai ke produk akhir?Alan Torres: untuk proses kreatifnya, kami biasanya diberikan skenario untuk kami baca, atau meeting dengan produser, penyelia efek visual dan sutradara.

Iklan

Loh, penulis skenario enggak ikut meeting?
[Tertawa] sayangnya, enggak. Bukan begitu cara kerja Hollywood. Itu juga yang kurang dari film-film blockbuster. Okay, jadi kita meeting nih. Dalam meeting itu, kita bahas adegan-adegan yang harus kami kerjakan dan berusaha memahami bagaimana ceritanya serta kebutuhan tampilan teknologinya. Lalu kami pulang dan kembali lagi ke meeting selanjutnya dengan ide paling out-of-the box yang kami punya—termasuk ide-ide yang sebenarnya enggak bakal kami jabanin.

Adegan dari Blade Runner 2049

Film-film Marvel bisa dijadikan contoh yang baik karena desain yang dibuat bergantung pada cerita dan dunia fiktif yang sudah dibuat. Dalam banyak kasus, dunia ini kelewat fiktif dan kurang membumi. Tony Stark adalah salah satu karakter yang paling enak didesain karena kita tahu kalau dia jenius banget sampai bisa bikin apa saja. Makanya, kita punya kebebasan kreatif yang luas saat merancang alat-alatnya.

Kami biasanya mengadakan presentasi yang membeberkan semua perangkat yang kami ingin tampilkan dalam film. Lalu, kami bisa ketemuan lagi atau ngobrol lewat telepon dengan klien. Merekalah yang bakal bilang “kami suka yang ini” atau sebaliknya “kami enggak suka yang ini.” lalu kami akan menyesuaikan dengan permintaan klien. Ujung-ujungnya, proses mendesainnya bakal tek-tokan terus seperti ini. cuma ya semua itu buat kepentingan cerita dalam filmnya.

Begitu klien senang, kami akan menerima plate atau potongan adegan yang harus kami imbuhi dengan rancangan kami. Setelah itu, kami buat animasi rancangannya dan mengirimnya ke klien dan menerima feedback dari mereka. Itu kalau kliennya agak pilih-pilih ya soalnya begitu mereka lihat hasilnya dalam film, mereka bakal ngasih permintaan macam-macam seperti “eh teksnya bisa lebih BESAR lagi enggak.” Kalau sudah begini, kami sadar kalau naskahnya emang ga bagus-bagus amat.

Iklan

Pernah enggak dapat klien yang malah ingin ngecilin ukuran rancangan atau malah seringnya klien kayak di atas?
Enggak selalu minta yang lebih besar sih. Contoh yang paling gampang adalah Blade Runner [2049]. Saya terbiasa mengantisipasi koreksian pedas dari klien, tapi di film itu Denis [Villenueve] punya visi yang begitu kuat dalam kepalanya. Menurutnya, font besar enggak bakal ada di dunia dan minta kami mengecilkannya.

Kamu punya template UI enggak sih? Atau kalian bikin tiap UI semua dari awal?
Dua-duanya sih. Saya selalu berusaha membuat tiap proyek punya identitasnya masing-masing. Cuma di Cantina, kamu punya arsip elemen desain UI yang besar yang selalu bisa kami utak-atik jika diperlukan. Di film-film Marvel misalnya, kami bisa membuat UI berdasarkan UI yang sudah ada sebelumnya. Semangat filmnya sudah ada, jadi kami cuma tinggal mempercantik saja mengikuti tantangan kreatif baru, tak usah bikin lagi dari awal.

Dalam Blade Runner, saya baru ikut ambil bagian setelah proses produksi dimulai. Dennis awalnya ingin merekrut saya untuk merefresh segala yang sudah dibuat dan, dalam beberapa kasus, membuatnya ulang. Setelah proses editing berlangsung, ternyata apa yang sudah ada ternyata lebih cocok dengan cerita. Saya memberi usulan bentuk UI dan itu membantunya mengarahkan film dengan lebih baik. Saya bikin mood board untuk membantu Denis mengenali tekstur dan bagaimana cahaya bakal memancar dari layar. Seting film ini adalah dunia yang kelam dan kami mencoba melihat apakah teknologi analog bakal serasi di dalamnya. Bagi, Denis, keduanya enggak nyambung awalnya. Semua terasa sangat digital. Makanya kami kembali menggunakan UI lama yang mirip UI kapal selam lama. Denis benar-benar tertarik dengan UI ini. hampir 80 persen desain yang saya kirim enggak masuk hasil akhir filmnya,

Iklan

UI fiktif apa yang sering jadi inspirasimu?
Yang jelas sih Blade Runner. Blade Runner pertama selalu jadi inspirasi saya. saya suka film itu. Saya hapal mampus segala macam estetika di dalamnya.

Nah kalau ngomong inspirasi desain, Oblivion adalah film yang keren. Itu film yang terus ditiru sampai sekarang. Yang lucu dalah semua desain dalam film itu dibuat berdasarkan sebuah grid. Orang yang bertanggung jawab atas desainnya adalah Bradley [G. Munkowitz]. GMUNK begitu dia biasa dipanggil benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Dia sangat berbakat dan sangat dikagumi banyak orang.

The God's Eye device di The Fate of the Furious

Di banyak proyekmu, selalu ada background skema warna yang lebih mirip sistem operasi komputer zaman jebot dibandingkan interface modern. Apa ada semacam kesapatan atas apa yang dimaksud dengan warna “futuristik?”
Oh itu sih kerjaan orang studio. Menurut saya, warna-warna itu adalah warna yang dianggap mewakili “teknologi tingkat tinggi.” Jadi kalau UI-nya berwarna cyan, orang mikir pasti itu teknologi tingkat tinggi, seperti set Tron .

Apa ada desain UI yang enggak realistik yang sering diminta klien?
Teks “ALERT” yang besar banget. Dalam kehidupan nyata saja, saya jarang melihatnya. Mungkin itu jenis koreksi dari klien yang paling ofensif. “Ukuran fontnya bisa 100, bold dan warna merah enggak?” teks ukuran besar itu ngeselin karena cuma nutupin penulisan naskah yang buruk.

Sejauh ini bagaimana falsafah desain di komunitasmu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi terkini, termasuk ketertarikan pada UI yang enggak 2D doang?
Begitu teknologi nyata mulai menggunakan Augmented Reality dan Virtual Reality, kami mulai menyaksikan perubahan yang subtil dan keren dalam bentuk UI di film-film. Beberapa produksi film dilakukan dengan pintar dan menghindari desain yang berlebihan karena memang dalam kenyataannya tidak begitu. Jadi, mentalitas seperti ini mulai meresap dalam komunitas kami.

Iklan

Sebenarnya, membuat desain minimalis itu lebih sudah karena tiap titik dan garis harus punya fungsi jelas. Udah gitu, desain minimalis kadang dianggap kurang kelihatan “mahal” di mana studio film.

Her adalah film yang berhasil memanfaatkan desain minimalis ini. Konsep AI dan programmingnya pas dengan dunia dalam ceritanya. Harusnya memang seperti itu.

Pernah ada orang yang ingin mewujudkan desainmu menjadi teknologi betulan? Kalau benar ada, bagaimana dengan masalah hak intelektual karya-karya kamu?
Semua yang kami kerjakan jadi milik studio yang menyewa kami, tapi idenya bisa terus dikembangkan. Jadi, selalu ada saja yang datang dan ingin mewujudkan desain kami. Menurut saya, orang-orang ini melihat desain punya fungsi penting dalam cerita filmnya dan langsung bilang, “yang itu keren, aku mau dong teknologi kayak gitu di helmku besok.” Ya kali, mendesain UI di dunia nyata jauh lebih ribet.

Kami memang memikirkan psikologi manusia saat mengerjakan proyek-proyek ini. kami juga memikirkan apa yang masuk akal secara visual. Tapi kadang, ada masanya kami berpikir “bodo amat, wong ceritanya butuh yang kayak gini, sikat aja dah.” Dalam dunia nyata, yang terjadi adalah kebalikannya. Proses pengembangan teknologi baru berlangsung tahunan, bukan dalam beberapa minggu.

Pernah masukin easter egg atau inside joke ke desainmu?
Engak. Orang suka memasukkan tanggal lahir atau referensi tertentu tentang orang yang mereka sayangi. Aku tak melakukan hal itu, karena kedengerannya kok kurang elok. Kayaknya, aku serius kerja sampai enggak sempat menyimpang dari ide kreatif utama kami dan melakukan hal konyol macam itu.

Dulu sih, beberapa tahun lalu, tim kami pernah sok-sok usil seperti itu. Di film Iron Man 3, studio film yang bikin film itu mengetahui keusilan salah satu kru kami. Kami pun dipanggil. Ternyata ada yang tengil banget masukin lirik ke tampilan GACK Tony Stark. Sialan, bagian itu kelihatan ketika dipaus random dan orang studio membacanya. Mungkin mereka bisa saja membiarkannya. Cuma karena konyol jadi dicut deh.