Kelompok Bersepeda Khusus Perempuan Pertama di Arab Saudi
Foto oleh Nadima Abul 

FYI.

This story is over 5 years old.

gerakan subversif

Kelompok Bersepeda Khusus Perempuan Pertama di Arab Saudi

Nadima Abul-Enein, 18 tahun, memimpin komunitas beranggotakan 500 perempuan yang jengah dilarang bersepeda. Sebab di Arab Saudi sana bermain sepeda adalah sebuah perlawanan.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Arabia .

Sudah lima tahun sejak Komite Arab Saudi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Maksiat—atau “polisi moral”—mengeluarkan fatwa yang memungkinkan perempuan untuk bersepeda dalam kondisi tertentu. Akan tetapi, hal itu tidak mengubah cara masyarakat umum memperlakukan perempuan yang ingin mengendarai sepeda.

Dalam filmnya yang dinominasikan pada BAFTA 2012, berjudul Wadjda, penulis dan sutradara Arab Saudi Haifaa al-Mansour menceritakan kisah seorang gadis muda yang bermimpi ingin memiliki sepeda, tetapi yang dia selalu dengar adalah bahwa bersepeda adalah untuk anak laki-laki. Tidak hanya itu—dia juga sering mendengar bahwa bersepeda membuat perempuan mandul; bahwa, nantinya, perempuan yang bersepeda tidak akan bisa menikah atau memiliki anak jika dia.

Iklan

Nadima (kira) bersama anggota kelompok sepeda Bisklita

Tumbuh di Jeddah, sebuah kota pelabuhan Arab Saudi di Laut Merah, Nadima Abul-Enein mendengar cerita yang sama ketika dia memberi tahu orang-orang bahwa dia ingin bersepeda. Tetapi, dengan dukungan keluarganya, dia tidak hanya mendapatkan sepeda, perempuan berusia 18 tahun ini memulai klub bersepeda khusus perempuan Arab Saudi, dan menamainya Bisklita.

“Ketika saya masih kecil, saya biasa mengendarai sepeda di lingkungan sekitar saya. Tetapi saya berhenti bersepeda saat dewasa karena semua tekanan sosial negatif yang saya terima,” ujarnya pada saya. “Tapi ibu dan saudara perempuan saya mendorong saya untuk bersepeda lagi. Saat saya bersepeda lagi, saya mulai memuat foto-foto bersepeda di Instagram. Saya terkejut dengan berapa banyak perempuan Saudi yang akhirnya bilang mereka ingin ikut bersepeda bersama. Saat itulah saya memutuskan untuk memulai klub bersepeda amatir untuk perempuan.”

Saat itu tahun 2015, dan kini klub bersepedanya telah berkembang. “Tim kami memulai dengan hanya enam anggota—ibu saya, empat teman dan saya sendiri,” katanya. “Sekarang, kami memiliki lebih dari 500 pengendara dari segala usia dan latar belakang. Anggota kami ada yang remaja, ibu-ibu, dan perempuan penyandang disabilitas. Setiap perempuan disambut hangat di sini.”

Ketika dia tidak bersepeda atau belajar di sekolah, Nadima hampir selalu berolahraga. Dia suka berenang dan berlari, dan bekerja sebagai pelatih di Saudi Climbing Association—organisasi panjat tebing pertama di negara itu. Di masa depan, dia berharap untuk memperluas klub ke kota-kota di seluruh negeri, sebelum akhirnya berkompetisi di turnamen internasional.

Iklan

Menurut fatwa 2013, polisi moral mengatakan bahwa mereka senang bahwa perempuan naik sepeda dan sepeda motor ke mana pun mereka inginkan, “asalkan mereka berpakaian tertutup” dan tidak menggunakannya sebagai alasan untuk menghilangkan abaya mereka. Pemerintah juga merekomendasikan bahwa perempuan-perempuan ini ditemani seorang mahram—suami, ayah atau saudara laki-laki—dan menghindari daerah-daerah tempat pemuda nongkrong untuk menghindari pelecehan.

Tidak mengherankan bahwa gagasan bersepeda sambil diawasi oleh seorang laki-laki tidak berjalan dengan sangat baik pada saat itu, karena perempuan di seluruh negeri mengeluh di media sosial betapa konyolnya saran itu. Desainer grafis Mohammed Sharaf mengilustrasikan kekonyolan ini dalam fotonya “Not Against the Law,” di mana dia mengolok-olok gagasan seorang mahram menemani bersepeda.

"Not Against the Law" oleh Mohammed Sharaf.

Bisklita, kata Nadima, tidak bersepeda ditemani mahram. “Saat kami pertama kali bersepeda di sekitar Jeddah, orang-orang tak percaya apa yang mereka lihat,” ingatnya. “Sejujurnya, itu benar-benar sulit pada awalnya—ada banyak orang asing melecehkan dan melempar barang kepada kami. Tetapi, ketika orang semakin terbiasa melihat kami bersepeda di lingkungan sekitar, kota ini semakin mendukung kami.”

Meski ada progres, tim ini masih menghadapi rintangan-rintangan.

“Kami disuruh berhenti baru-baru ini, di sebuah pos pemeriksaan polisi dan diberitahu bahwa kami memerlukan izin, meskipun undang-undang tidak mensyaratkannya,” kata Nadima. “Jadi aku sudah mengajukan permohonan supaya Tim Bisklita menjadi anggota resmi Federasi Bersepeda Saudi.”

Nadima berhasil mendapatkan dukungan yang cukup tinggi untuk timnya. Putri Reema binti Bandar Al Saud, Kepala Otoritas Olahraga Wanita Saudi, menekankan pentingnya menjadikan olahraga lebih dapat diakses perempuan, dan mendukung Bisklita ketika mereka membutuhkan bantuan.

“Setelah kami berhenti bersepeda di daerah-daerah tertentu tanpa izin, kami menghubungi Putri Reema, yang membantu mengatur tempat latihan mingguan di stadion Raja Abdullah di kota,” kata Nadima. “Dengan begitu, kami selalu punya tempat untuk bertemu dan bersepeda sementara kita menunggu permohonan kita disetujui.”

Di dalam stadion King Abdullah, Nadima bahkan mendirikan bisnisnya sendiri—sebuah toko bernama Pisklita yang menjual abaya khusus, yang cocok untuk bersepeda. “Sekarang kami bertemu di stadion dua kali seminggu—pada hari Minggu untuk pemula dan Selasa untuk pengendara yang lebih berpengalaman,” katanya. “Kami yakin bahwa setelah permohonan kami disetujui, kami akan langsung bersepeda ke mana saja yang kami inginkan.”