FYI.

This story is over 5 years old.

Siaga Bencana

Kiat Aman Dari Pakar Agar Tak Tersedot Keluar Jendela Pesawat Terbang

Baca deh barangkali berfungsi pas kejadian beneran. Apalagi pas ada berita serem dari AS dan Cina soal insiden orang tersedot keluar di tengah penerbangan.
Shutterstock 

April lalu, seorang penumpang diberitakan tersedot keluar jendela pesawat terbang di Amerika Serikat. Beberapa hari yang lalu, kita kembali dikagetkan oleh berita tentang seorang kopilot yang sebagian tubuhnya tertarik keluar kokpit pesawat di Cina. Pendeknya, dua berita ini mematahkan gagasan kalau tersedot keluar jendela saat terbang cuma sebuah mitos belaka. Berita macam ini pastinya makin menebalkan ketakutan mereka yang sejak lama punya fobia naik pesawat.

Iklan

Tapi, tenang, semua bakal baik-baik saja selama kita tahu bagaimana hal ini bisa terjadi dan apa yang bisa kita lakukan biar tetap selamat. Untuk itu, kami menemui Dr Nicholas Hutchins, peneliti dirgantara dari University of Melbourne. Dia sekaligus pakar “turbulent boundary layers" yang bersedia membagi kiat-kiat aman agar kita tidak mati konyol tersedot keluar jendela pesawat.

VICE: Hai Dr Hutchins! Sebagai seorang yang punya fobia terbang, berita tentang penumpang tersedot keluar jendela pesawat bikin saya makin jiper, bagaimana sebenarnya ini bisa terjadi?
Dr Hutchins: Tekanan di dalam pesawat jauh lebih tinggi dari di luar pesawat sehingga penumpang bisa bernafas dengan nyaman dan terhindar dari kepusingan karena berada di ketinggian, hypoxia dan sebagainya. Jika badan pesawat rusak atau bocor, maka udara yang terperangkap dalam badan pesawat akan berusaha keluar dengan kecepatan yang tinggi.

Inilah alasan kenapa orang bisa tersedot keluar. Perbedaan tekanan di dalam dan di luar badan pesawat sangat tinggi, jadi kecepatan udara keluar dari pesawat—dalam hal ini lewat jendela yang rusak—sangat menakutkan. Belum lagi, gaya besar yang menimpa obyek di dekat jendela sangatlah besar.

Tapi kejadian ini langka banget kan?
Kalau saya bilang sih, meski menakutkan, kemungkinan tersedot keluar badan pesawat itu sangat langka. Kalau tidak langka, maka kejadian-kejadian ini tak akan punya nilai berita dan menarik diperbincangkan. Depresurisasi kabin sangat jarang terjadi, seperti halnya kegagalan fungsi pesawat lainnya. Ada beberapa insiden depresurisasi dalam beberapa dekade belakangan. Akan tetapi, itu semua terjadi sebagai efek kedua yang disebabkan kegagalan fungsi pesawat lainnya.

Iklan

Cuma, walau sisi rasional dalam diri saya tahu kalau hal ini sangat jarang terjadi, berita-berita di atas membuat saya makin gigih memberikan nasehat ini: “tetap kencangkan seatbeltmu setiap saat selama duduk dalam pesawat.”

Di setiap jendela pesawat terdapat dua lapis kaca jendela dengan jarak di antaranya, apakah dua lapis kaca jendela itu harus rusak baru seorang penumpang tersedot keluar?
Penjelasan saya di atas itu berdasarkan asumsi bila seluruh konstruksi jendela rusak. Dugaan saya sih, hanya jendela bagian luar yang memiliki kekuatan mekanis. Jendela bagian ini biasanya memiliki ketebalan ganda dan punya semacam design failsafe. Di bagian dalamnya, ada semacam pelindung plastik—ini mungkin celah yang kamu lihat. Bagian ini tak punya kekuatan mekanis sama sekali dan dipasang agar penumpang tak menyentuh bagian jendela yang sebenarnya.

Dalam kasus-kasus terjadi baru-baru ini, saya perkirakan ada obyek asing yang, kalau dilihat dari dampaknya sih, sepertinya berasal dari mesin pesawat. Obyek ini merobek jendela dan menyebabkan depresurisasi dengan kecepatan tinggi. Kalau saja obyek sama menabrak bagian pesawat lainnya, saya rasa hasilnya akan sama saja: dekompresi pesawat. Mungkin masalah utamanya adalah kenapa ada obyek yang terlontar dari mesin pesawat.

Nah ini bikin saya penasaran, kalau orang bisa tersedot keluar, terus kenapa pesawat harus punya jendela. Padahal bukannya lebih aman kalau didesain tanpa jendela?
Pertanyaan yang bagus! Di era penerbangan jet, jendela pesawat adalah bagian dari pesawat yang paling sering bermasalah. Namun, desain pesawat modern sudah membereskan masalah ini. Misalnya, jendela kotak di pesawat jet comet awal mengakibatkan beberapa konsekuensi yang mengerikan.

Lebih jauh, keberadaan jendela membuat desain badan pesawat jadi lebih pelik. Para insinyur perancang pesawat tak begitu semangat menempatkan jendela atau hull penetration di dalam badan pesawat yang penuh tekanan. Sebenarnya, akan jauh lebih baik membuat pesawat tanpa jendela. Hanya saja, kalau didesain seperti ini, para penumpang tak akan tertarik naik pesawat. Curiganya, inilah alasan kenapa pesawat penumpang diberi jendela.

Saat ini, sudah ada beberapa desain pesawat yang tak menyertakan jendela. Saya pikir teknologi layar dan kamera sudah sedemikian canggih sehingga harusnya sudah bisa menggantikan jendela pesawat.

Tapi tenang, jendela pesawat itu sangat kokoh dan aman kok. Kalau kejadian-kejadian tersedotnya orang keluar pesawat lewat jendela ini sering terjadi, kita tak akan ngobrol seperti ini. Semoga informasi ini bisa menentramkan kita saat terbang lagi dalam waktu dekat.