Derita Menjadi Penulis Blog Musik Selama Tujuh Tahun

FYI.

This story is over 5 years old.

esai

Derita Menjadi Penulis Blog Musik Selama Tujuh Tahun

Jangan lupakan satu fakta penting ini: memulai sebuah blog musik itu sangat mudah, tapi mengurusnya sangat sulit.
N
oleh Noisey

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Oleh: Brendan Telford

Postingan pertama Sonic Masala membahas lagu keren yang jadi nyebelin karena kelewat sering diputar. Artikel itu berjudul "Love Will Tear Us Apart". Postingan itu menyebutkan Bloc Party dan Vampire Weekend sebagai band keren yang pantas kalian simak. Blog ini lebih menjagokan Bloc Party era Silent Alarm, bukan era A Weekend In The City , khususnya lagu "The Prayer" sebagai karya terbaik mereka. Artinya, Sonic Masala masuk kategori blog musik edgy.

Iklan

Saya adalah pengelola Sonic Masala. Mengingat postingan tersebut membuat saya ingin muntah, tapi memang nyatanya Sonic Masala menjadi blog musik sesuai keinginan—presentasi dari pengalaman pribadi dan perasaan saya tentang musik. Untungnya tidak lama kemudian fokus saya berubah. Berikutnya "suara" dari Sonic Masala berubah seiring ketertarikan saya dengan musik asing, berisik dan aneh dari berbagai penjuru dunia mulai berkembang. Beberapa musisi menghubungi saya ketika mereka belum memiliki nama sama sekali—Forest Swords, Amen Dunes, US Girls, Civil Civic, Pontiak, Mai Main Main, Ensemble Economique, dst—dan melihat mereka mendapat apresiasi dari lingkaran yang lebih luas selalu mengejutkan saya mengingat saya mendengarkan demo mereka lewat komputer murah.

Loncat ke 2017 dan sudah sekian lama saya tidak mengupdate blog. Ini bukan pertama kalinya blog saya mengalami hiatus, tapi dalam setahun terakhir, hiatus ini semakin sering terjadi.

Blog, sama seperti venue musik, sulit untuk diurus. Saya ingat betapa kecewanya saya ketika situs musik legendaris Australia, Mess + Noise tidak berfungsi dan kemudian mati begitu saja. Dari semua blog yang ditampilkan di pinggir halaman Sonic Masala, sekitar setengah dari mereka sudah tidak aktif. Banyak dari mereka tidak mampu mendiversifikasi musik atau kesulitan secara keuangan. Beberapa tidak bisa mengikuti banyaknya dan cepatnya musik baru dirilis, atau tidak sanggup menghabiskan waktu melakukan pekerjaan tanpa pamrih dan bahkan mungkin dibaca sama sekali. Saya tahu kok—karena sudah pernah mengalami semua itu.

Iklan

Memulai sebuah blog musik sangatlah mudah tapi mengurusnya itu beda cerita. Ketika Sonic Masala dimulai di 2010, saya memiliki kehidupan yang berbeda bekerja sebagai seorang guru di Inggris. Namun saat itu mengajar hanyalah sekedar sampingan dan sumber uang jajan untuk melakukan hal-hal lain yang lebih bernilai bagi saya. Menonton musik live adalah acara mingguan saya (kadang dua atau tiga kali) dan biayanya sangat murah. Alkohol pun harganya murah.

Ide kemunculan Sonic Masalah lahir di jam 3 pagi di sebuah vila kecil di Somerset di Desember 2009 ketika festival 'A Nightmare Before Christmas', yang dikurasi oleh My Bloody Valentine sebagai bagian dari All Tomorrows Parties sedang berlangsung. Lineupnya lumayan gila—MBV, Sonic Youth, Lightning Bolt, Swervedriver, Dirty Three, Fucked Up, The Pastels, Lilys, Television Personalities, No Age, Robin Guthrie…dan nama-nama barusan hanyalah yang saya ingat.

Di akhir malam itu, setelah meninggalkan kerumunan penonton, saya tiba di kamar dan memasak campuran kari, bir dan entah apa lagi. Sambil mendengarkan Humans Find Patterns LP rilisan band Brisbane, Turnpike, saya menjadi sangat bersemangat. Kemudian saya melihat teman saya Paul dan berkata, "Kita ngomongin musik terus, kenapa gak ditulis sekalian?"

Saya tidak tahu awalnya apa yang akan dibahas blog ini. Paul adalah seorang desainer grafis jadi biarpun kami hanya menggunakan Blogger, tampilannya terlihat lebih bening. Awalnya blog ini sangat santai. Kami menulis tentang musik yang kami suka. Kebanyakan postingannya pendek dan padat, selain artikel panjang tentang album yang mempengaruhi kami dengan nama 'When The Glove Fits'. Ani akhirnya bergabung dengan kami dan memperluas jangkauan Sonic Masala ke dalam ranah musik elektronik.

Iklan

Saya pindah kembali ke Australia di 2011. Biarpun ketertarikan Paul dan Ani semakin menurun, gairah saya justru semakin berkembang. Masalahnya, menulis untuk blog itu bukan perkara mudah.

Saya tidak tahu bagaimana cara membuat blog ini menguntungkan secara finansial tanpa harus mengajak orang lain atau posting iklan tentang Pitbull.

Setelah tujuh tahun, memang banyak keuntungan yang saya dapat (bertemu musisi idola, dikutip dalam press release mereka, mendapat ucapan terima kasih di liner notes, koneksi dengan orang-orang di banyak kota di dunia—dan banyak musik gratis tentunya). Tapi saya tidak mendapat uang sama sekali. NOL. Memang saya tidak terlalu pintar juga mengelola blog ini sih. Nathan (dari Tape/Off asal Brisbane, Tape/Off dan rekan saya di Sonic Masala Records) bergabung dan menyuruh beberapa temannya untuk ikut menulis, tapi kebanyakan masih kerja keras saya. Mendapatkan bantuan orang lain ternyata besar pengaruhnya. Saya menjadi terobsesi mengepost paling tidak beberapa kali sehari. Email pun mulai menumpuk.

Saya sering nonton email, menghapus kiriman artikel yang judulnya tidak menarik. Kemudian mendengarkan beberapa kiriman musik, kemudian menghapusnya juga. Saya akan membalas email band-band yang saya suka, dan menaruhnya di folder yang penuh dengan musik yang tidak akan saya sanggup dengarkan semua. Berhubung saya merasa bertanggung jawab untuk menyebutkan semua band-band ini, kualitas penulisan saya akhirnya menurun. Waktu saya habis untuk blog ini. Di satu titik, jumlah email yang belum saya baca mencapai lebih dari 9000-an.

Iklan

Saya tidak tahu bagaimana caranya membuat blog ini menguntungkan tanpa harus mengajak orang lain atau mengepost iklan untuk Pitbull, jadi saya kabur. Perjanjian dengan Drag City untuk membantu keuangan blog ini batal terjadi. Saya frustrasi, tidak yakin siapa yang masih membaca atau peduli tentang blog ini. Saya kadang merasa kepala saya akan dipenggal apabila saya tidak selalu menjadi yang terdepan dalam dunia musik, mengepost secara produktif dan mencapai kuota pageview per hari. Kehidupan sosial saya pun terkorbankan. Tentu saja pekerjaan kantoran juga memiliki efek yang sama, tapi paling enggak anda dibayar, tidak peduli seberapa menyebalkannya pekerjaan. Jadi beban ini akhirnya berubah menjadi kebencian. Untuk mencapai target, saya kerap terburu-buru mengepost, mengeluarkan tulisan berkualitas sampah, demi mengurangi angka email di inbox. Tentu saja semua ini konyol, tapi mudah sekali untuk terbelenggu oleh tumpukan email dan ekspektasi.

Akhirnya blog ini menjadi pekerjaan yang terlalu berat. Akhirnya kecintaan saya mulai pudar. Saya pindah kembali ke Inggris di 2013, dan setelah beberapa lama berusaha mencari pekerjaan, menghabiskan waktu tiga jam bolak balik dari rumah ke kantor, dan mencari waktu untuk bersantai dengan istri, saya mulai merasa bersalah tentang menghabiskan terlalu banyak waktu menulis blog , sesuatu yang kini terasa seperti proyek narsis semata.

Saya juga sering menggunakan blog sebagai alasan untuk tidak melakukan hal lain. Proyek menulis saya yang lain terbengkalai karena saya menunda semuanya demo Sonic Masala. "Wah saya gak bisa ngelakuin A atau B atau menyelesaikan deadline hari ini, karena saya harus mengunggah tulisan tentang kolektif noise obscure." Rasa bersalah saya semakin bertambah.

Iklan

Lagian siapa juga yang punya waktu untuk mendengarkan segitu banyak musik tanpa pendapatan finansial sama sekali? Melelahkan bahwa anda tidak memiliki waktu untuk menyerap musik yang anda dengarkan. Rasanya tanpa henti dan kadang terasa seperti realita alternatif—dimana kebanyakan orang duduk santai dan mendengarkan musik, saya justru berusaha untuk tidak stres mendengarkan musik.

Dan poin terakhir—emangnya ada yang peduli? Kebanyakan email yang saya terima datang dari robot humas, atau dari musisi yang mengirimkan press release ke setiap outlet musik tanpa pernah membaca blog anda sama sekali. Menjalankan blog musik kecil, saya senang dulu bisa menjaga traffic situs sekitar 1000 hits sehari.

Menulis blog musik itu tidak kenal ampun, repot, dan sepi.

Jadi saya berhenti deh.

Brendan Telford adalah penulis lepas asal Australia yang sekarang tinggal di UK.