Sukar Dipungkiri Dunia Fesyen Masih Terobsesi Kultur Surfing

FYI.

This story is over 5 years old.

fesyen

Sukar Dipungkiri Dunia Fesyen Masih Terobsesi Kultur Surfing

Pengaruh kultur selancar kentara dalam berbagai peragaan busana pria, termasuk dalam koleksi AMBUSH yang mencakup papan selancar logam yang benar-benar bisa dipakai.

Dalam lima hari, peselancar-peselancar terbaik dunia akan berkumpul di perairan yang dihuni ikan Hiu di Jeffreys Bau Beach, dalam bagian keenam rangkaian World Surfing Tour. Jeffreys Bay memiliki salah satu ombak terbaik dan paling menantang di dunia. Untuk pertama kalinya, Women’s World Surfing dan Men’s World Surfing Tour akan diadakan bersamaan. Ini adalah sebuah momen bersejarah yang sangat dinantikan oleh penggemar olahraga selancar, layaknya fan Hypebeast menanti keluarnya katalog menswear 2019. Bagi sebagian orang yang tertarik memainkan Fantasy Surf League dan mencintai dunia fesyen di sekitar selancar, perbandingan itu sangat mudah dipahami. Dan kecintaan kita pada fesyen dan selancar bertemu dalam item-item keluaran AMBUSH, M1992, dan Jacquemus.

Iklan

Saat Yoon Ahn menyajikan AMBUSH koleksi “Waves” terbarunya akhir pekan lalu di Atelier Brancusi, Paris, dia harus memastikan bahwa karya-karya yang terbuat dari logam dibuat tanpa kesalahan. Papan selancar yang terpampang di belakang model-model perempuan dengan kulit yang bersinar terlihat tak jauh beda dari ukiran-ukiran persegi panjang yang dihasilkan dari bengkel Constantine Brancusi pada awal abad 20-an. Kalian boleh saja mati-matian mencoba menemukan koneksi antara Atalier milik Brancusi dan karya-karya Yoon Ahn, niscaya, kalian tak akan menemukan keterkaitan antara keduanya. Alasannya, Yoon Ahn mendapatkan inspirasi dari kehidupan masyarakat pesisir Hawaii santai, alih-alih dari skena seni rupa Paris.

AMBUSH Spring 2019

Bermula dari sebuah brand aksesoris kecil, AMBUSH kini menjelma menjadi sebuah raksasa dalam sirkuit sportwear. Meski demikian, karya-karya terbaik Yoon biasanya berbentuk perhiasaan. Itulah yang menyebabkan desain kesayangan skena indie sportwear di Tokyo ini digaet oleh Kim Jones untuk memimpin tim desain perhiasan di Dior Homme musim ini. Perhiasan laki-laki bukanlah pasar fesyen yang menjanjikan—biasanya, bentuk perhiasan pria kelewat biasa atau malah sebaliknya jelek banget sampai bisa dibilang mengerikan. Namun, Yoon berhasil menyuguhkan perhiasannya yang kala dia pakai tak terlalu menjadi sebuah pernyataan. Karya-karyanya tak terlihat njlimet, keren dan muda namun tetap dibuat dengan teknik yang tinggi dan sangat bermutu, seperti gaya berselancar. Saya sampai susah mencari karya lain yang menyaingi kekerenan “lei” yang dibuat dari bunga logam tipis yang diuntai dalam menjadi lingkaran, atau kalung cangkang puka yang dirangkai dengan menggunakan logam semi-mulia. Karya-karya Yoon lainnya yang patut disorot adalah topi-topi jerami berukuran besar dan wetsuit yang untuk memamerkan kaos tie-dye yang pas dikenakan ayah atau mantan pacar kalian.

Iklan

M1992 Spring 2019

Tak beberapa lalu lalu di Milan, label setempat M1992 juga memamerkan wetsuit yang dikenakan di balik jaket sport crocodile metalik yang cocok dikenakan oleh peselancar yang doyan berdandan (kalau beruntung kita mungkin akan melihat salah satu peselancar top berdandan macam ini di Nobu Malibu, apalagi setelah Kelly Slater dikabarkan sudah pulih dari cedera dan dijadwalkan kembali berselancar Jeffreys Bay!).

Jacquemus Spring 2019

Kemarin, Simon Porte dari Jacquemus pun tak mau ketinggalan, memamerkan koleksi busana pria terbarunya di daerah pantai Marseilles. Seperti Yoon, Simon juga memamerkan topi jerami dalam ukuran besar yang dikenakan oleh model berbadan tegap, berkulit berwarna perunggu dan berjalan tanpa mengenakan sepatu—saya yakin model-model tak terlihat aneh jika berkeliaran dekat menara penjaga pantai. Alih-alih peluit, yang menggantung di leher model-model ini adalah travel bag kecil. Cuma, otot mereka masih tetap rata dan dipamerkan bak otot penjaga pantai di film Baywatch.

Kultur selancar yang keren dan kerap dicontek adalah apa yang dibutuhkan dunia fesyen saat ini. Dan jika koleksi busana pria musim semi 2019 bisa dijadikan indikasi, mungkin kita harus sekali lagi mengamalkan: “No shirt, No shoes, no problem.”