Sisi Lain Pendakian

Tak Banyak Orang Tahu, Mendaki Gunung Everest Bikin Anunya Cowok Terus Tegang

Kami mengobrol dengan seorang pendaki yang pernah ke Everest, tentang efek ketinggian ekstrem pada tekanan darah dan... penisnya. Banyak pendaki cowok mengalami efek serupa.
Tak Banyak Orang Tahu, Mendaki Gunung Everest Bikin Anunya Cowok Terus Tegang
Kolase foto oleh staff VICE

Beberapa dari kalian mungkin pernah mendengar fenomena “airplane boner” sebelumnya. Istilah ini menggambarkan keadaan di mana lelaki mengalami ereksi saat naik pesawat. Ereksinya diduga disebabkan oleh perubahan tekanan udara yang memengaruhi tekanan darah. Namun ternyata, keadaan ini tak hanya terjadi di dalam pesawat saja.

Jadi ceritanya aku sedang asyik internetan, dan enggak sengaja menemukan artikel yang menjelaskan bahwa fenomena ini juga dirasakan oleh para pendaki gunung-gunung tinggi, khususnya Gunung Everest yang tertinggi sedunia.

Iklan

Aku awalnya enggak percaya dengan fenomena ini, makanya aku memutuskan mencari tahu kebenarannya dari ahli. Oleh karena itu, aku bertanya langsung kepada dokter.

Aku menanyakan beberapa hal tentang tekanan darah terkait ketinggian, dan mengonfirmasikan apakah itu benar bisa menyebabkan ereksi permanen saat mendaki gunung.

1554438754106-mountain_erection

Foto Srinath dari arsip pribadi.

Kalian bisa bayangkan sendiri betapa canggungnya percakapan kami. Untungnya Dr. Domenic Roscioli, dokter yang saya hubungi, sabar menjawab berbagai pertanyaan tolol saya. Dia menjelaskan bahwa "tekanan darah akan naik jika kita berada di ketinggian yang udaranya lebih tipis." Menurutnya, dampak dari kondisi tersebut bisa menyebabkan "kelelahan hebat, sesak napas, disorientasi, jantung berdebar, dan… ereksi."

Berkat penjelasannya, aku semakin tertarik mempelajari fenomena ereksi pas naik gunung ini. Aku pun langsung mencari narasumber laki-laki yang pernah mendaki gunung Everest untuk menanyakan apakah mereka juga mengalaminya.

Aku akhirnya bertemu dengan Srinath Varma, pendaki gunung berusia 26 (fotonya bisa kalian lihat di atas) yang telah merasakannya langsung saat sedang mendaki Everest.

VICE: Sudah berapa kali kamu berhasil/mencoba mendaki Gunung Everest?
Srinath Varma: Aku sudah dua kali mencoba dan berhasil mencapai kamp tiga, yang berada di ketinggian sekitar 26.300 kaki. Sayangnya, pendakianku terhenti di sana karena aku menderita penyakit ketinggian High Altitude Pulmonary Edema (HACE). Aku sudah berlatih selama satu tahun penuh, tetapi tubuhku perlu beradaptasi dengan kondisi ekstrem. Aku enggak punya cukup waktu untuk itu.

Iklan

Bagaimana rasanya menderita HACE?
HACE memperlambat aliran darah, sehingga jantungku berdebar kencang dan keras. Aku juga jadi linglung. Rasanya sangat aneh. Pikiran jadi kosong akibat kekurangan oksigen dan aliran darah ke otak. Rasanya seolah-olah kamu enggak tahu apa-apa dan lupa fungsi tubuh sendiri. Benar-benar menyeramkan!

Apakah kamu ngaceng juga?
Iya, aku mengalaminya setelah melewati ketinggian 4.500 meter. Kayaknya sih ini tergantung pengalaman mendakinya. Aku yakin setiap orang punya pengalaman berbeda. Aku cuma ereksi setiap pagi.

Bisa ceritakan waktu pertama kali ereksi di Everest? Apa yang terjadi?
Aku enggak siap sama sekali dan baru tahu kalau itu lumrah terjadi. Aku bangun tidur, dan bertanya kepada orang Sherpa kenapa aku bisa ereksi seperti itu. Aku penasaran apa penyebabnya. Dia lalu menjelaskan ereksinya disebabkan oleh ketinggian dan aliran darah. Dia bilang ini cukup umum terjadi.

Kenapa cuma di pagi hari?
Lingkungannya membuat tubuhmu enggak bekerja secara normal saat tidur. Suhu tubuhnya enggak stabil, dan tekanan darahnya naik. Jadi, ngaceng pas bangun tidur adalah hal biasa.

Apakah pendaki lain mengalami hal serupa?
Ya, tapi aku enggak menanyakannya kepada mereka.

Lho kenapa?
Mereka pasti juga bingung kenapa bisa ngaceng, dan aku berasumsi itu bakalan membuat mereka malu. Enggak mungkin lah ya mereka kasih tau kalau sedang ereksi. Kami ngaceng di mana saja saat udaranya sangat dingin.

Iklan

Apakah ereksi menyulitkan pendakianmu?
Enggak banyak perubahan yang terjadi. Kamu cuma enggak bisa menyembunyikannya. Kamu jadi lebih awas dengan keadaan sekitar pas ngaceng, sehingga ini bisa memengaruhi pendakianmu. Aku sudah cukup linglung gara-gara kekurangan oksigen, jadi enggak ada gunanya sama sekali mengkhawatirkan penampilanku saat itu.

Jadi ereksi sama sekali enggak memengaruhi suasana hatimu ya?
Sebenarnya risih lah. Aku mengenakan pakaian ketat dan suhunya kurang lebih minus 20 derajat. Tapi ini bukan hal tersulit dalam mendaki Everest. Kamu hanya perlu mengabaikannya sampai balik ke normal.

Sayang sekali! Berapa lama kamu ereksi?
Kayaknya sekitar dua jam per hari. Aku harus banyak minum untuk mempercepat sirkulasi darah. Aku juga mesti menjaga tubuh tetap hangat dan bergerak. Kuncinya adalah bersabar.

Aku jadi penasaran seberapa banyak orang yang tahu tentang mountain boner. Kira-kira ini bakalan mengendurkan niatan mereka mendaki Everest atau enggak ya?
[Tertawa] Kayaknya enggak, tapi siapa yang tahu? Semuanya tergantung dirimu sendiri. Ereksi adalah bagian dari kehidupan, kan? Kamu belajar untuk enggak malu dengan keadaan ini. Takut mati di Everest itu lebih penting daripada takut ngaceng saat mendaki.

Follow Laura di Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia