Mengapa Perempuan Suka Cemas Berlebihan Saat PMS?
Foto ilustrasi oleh  Sergey Filimonov via Stocksy 
Datang Bulan

Mengapa Perempuan Suka Cemas Berlebihan Saat PMS?

Hormon, pola makan, dan kondisi mental ternyata sangat berperan dalam memengaruhi perasaanmu saat stres atau menstruasi.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID

Aku juga merasakan PMS layaknya 90 persen perempuan yang menstruasi. Perut kembung, gampang sedih, bete, ngidam, sakit kepala, mudah tersinggung, payudara padat dan nyeri, ceroboh, mudah lelah, dan diare. Aku pernah mengalami semuanya setiap datang bulan.

Aku kira cuma itu tanda-tanda PMS-ku, sampai akhirnya beberapa bulan lalu, aku mengalami kecemasan dan serangan panik hebat sebelum mens.

Aku awalnya bodo amat dan mengira enggak ada hubungannya dengan PMS. Aku pernah didiagnosis gangguan panik dan kecemasan saat masih 8 tahun, dan kadang-kadang masih suka kambuh. Serangan panik adalah hal biasa buatku, makanya aku enggak terlalu memikirkannya. Tapi, setelah tiga bulan berturut-turut merasa cemas sebelum menstruasi, aku baru sadar kecemasan ini ada kaitannya dengan siklus haid.

Iklan

Aku menyadari ada yang aneh saat serangan cemas dan panik memengaruhi aspek fisik juga. Hal pertama yang biasanya kurasakan saat kumat yaitu pikiranku ngawur, setelah itu baru keringetan, mual dan deg-degan. Dalam kasus ini, aku mondar-mandir di rumah dan jantungku mendadak berdebar lebih kencang. Aku terkadang juga terjaga di malam hari karena jantung dan perut rasanya mau copot.

Setelah ngobrol sana-sini, ternyata bukan cuma aku yang kayak begini. Banyak teman-temanku yang juga merasa cemas saat PMS. Ketika aku googling “kecemasan dan PMS”, aku lebih banyak menemukan tentang sifat lekas marah dan gelisah daripada kecemasan.

Meski munculnya suka tiba-tiba, serangan cemas ini untungnya hilang setelah beberapa siklus. Itu sebabnya aku berpikir enggak perlu membahas ini ke dokter (walaupun aku bertekad bakal ngomong kalau kambuh lagi). Setelah menggali informasi lebih dalam, kecemasan yang disebabkan PMS relatif umum ditemukan di kalangan perempuan. Hanya saja ini jarang banget dibahas. Bagi sebagian perempuan, perubahan hormon yang berfluktuasi selama siklus haid ternyata ada korelasinya dengan ‘zat kimia kecemasan dan gangguan panik’.

Mary Jane Minkin, dokter spesialis sekaligus guru besar obstetri dan ginekologi (OBGYN) di Sekolah Kedokteran Yale, menjelaskan kecemasan adalah “gejala inti” dari premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Kondisi ini lebih parah dari PMS, dan dirasakan sekitar lima persen orang yang menstruasi. Penyebab PMDD belum sepenuhnya diketahui, tetapi bisa terjadi karena penurunan serotonin, yang ada hubungannya dengan peningkatan kecemasan dalam kasus tertentu.

Iklan

Menurut Minkin, kalau gejalanya “lebih buruk dari yang sudah ada” maka itu bukan PMDD. Sebaliknya, PMDD “muncul tanpa gejala saat tahap awal siklus.”

Minkin memperingatkan agar kita enggak asal diagnosis, dan kamu baru beneran mengalami PMDD kalau gejalanya hanya terjadi selama paruh kedua siklus menstruasi. Menurutnya, kita bisa bikin grafik siklus menstruasi sehingga bisa lebih jelas mengamati korelasi antara PMS dan kecemasan.



Tristan Bickman, dokter OBGYN di Santa Monica, mengamini bahwa sebagian besar gejala PMS disebabkan oleh penurunan serotonin selama paruh kedua siklus menstruasi. Bagi perempuan yang mengalami PMS, menurut Bickman, penurunan estrogen juga menurunkan serotonin yang kemudian menyebabkan gejala PMS.

Penyebabnya bukan cuma hormon saja, tetapi juga kecemasan secara umum. “Kecemasan atau depresi yang sudah ada sebelumnya adalah faktor risiko untuk PMS,” ujar Bickman. “Faktor lainnya berupa riwayat PMS keluarga, stres tingkat tinggi, kurang berolahraga, peningkatan konsumsi kafein, dan pola makan buruk.”

Bickman juga menyebut stres, yang dapat muncul kapan saja meski enggak menderita gangguan kecemasan atau panik, sebagai penyebab potensial kecemasan terkait PMS. “Stres berkorelasi langsung dengan PMS,” terangnya. “Stres tingkat tinggi adalah faktor risiko terbentuknya PMS.”

Bisakah peningkatan stres secara umum—enggak cuma pas PMS—menyebabkan kita lebih gampang panik dan cemas selama PMS? Tentu saja, menurut Iram Kazimi — dokter dan psikiater di Sekolah Kedokteran McGovern di UTHealth, Houston. “Segala stres dan kecemasan kronis diyakini memperburuk gejala PMS,” kata Kazimi. “Jika kamu mengalami masa-masa stres dan cemas sebelum PMS, maka hal ini akan meningkatkan gejala stres dan kecemasanmu.”

Iklan

PANTAS SAJA! Serangan cemasku kambuh pas mens tepat ketika aku tengah melewati masa-masa sulit. Suami sedang menunggu kabar tentang kerjaan, mobil kami ringsek dalam kecelakaan, anakku dilarikan ke UGD karena asma, dan kami habis memberikan penawaran harga untuk rumah baru.

Kazimi meyakini kenaikan kadar kortisol adalah faktor utamanya, dan bisa terjadi sebelum mens. “Perempuan yang menderita kecemasan PMS ini bisa saja memiliki tingkat kecemasan lebih rendah selama sebulan dan diperparah oleh kortisol, bukan PMS,” Kazimi menjelaskan. Dia mengimbuh, dalam beberapa kasus, kecemasan PMS mungkin berasal dari rasa takut terhadap PMS. Ada perempuan yang gejala PMS-nya sangat parah, sampai-sampai mereka takut pas mau mens. Ini bisa memengaruhi kecemasan kita.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Tentunya pergi ke dokter OBGYN. Tetapi kamu juga bisa mengikuti saran-saran dari pakar berikut.

Berhubung tingkat stres secara keseluruhan dapat memengaruhi intensitas gejala PMS, maka kuncinya adalah mengurangi stres selama siklus menstruasi. Minkin menyarankan untuk latihan kesadaran penuh, menulis jurnal, terapi, dan berolahraga. Sementara itu, Bickman berujar kalau kita sebaiknya mengubah pola makan, seperti mengurangi konsumsi kafein dan meningkatkan asupan lemak omega-3. Apabila perubahan gaya hidup dan pola makan enggak ngefek dan kecemasan PMS-nya cukup intens, Bickman menganjurkan supaya berkonsultasi ke dokter untuk mencoba serotonin uptake inhibitor (SSRI) selektif atau kontrasepsi oral guna menyeimbangkan hormon.

Iklan

Menariknya, tak sedikit dokter yang menyinggung kekurangan vitamin dan mineral sebagai penyebab masalah ini. Bickman mengatakan kekurangan kalsium, B6, dan magnesium semuanya terkait dengan PMS.

Kazimi mengingatkan tak ada yang pasti soal penyebab dan obat kecemasan PMS. “Baik premenstrual syndrome maupun gangguan kecemasan merupakan masalah kompleks,” tuturnya. “Gangguan kecemasan dapat disebabkan banyak hal, atau muncul dengan cara berbeda.”

Yang pasti, perasaan cemas berlebih juga termasuk gejala PMS. Meski keberadaannya enggak sebanyak mudah bete dan ngidam, kondisi ini umum terjadi. Aku sebenarnya ogah harus mengalami gejala lain saat PMS, tapi seenggaknya aku sekarang tahu harus melakukan apa untuk mengatasinya.

Follow Wendy Wisner di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.