FYI.

This story is over 5 years old.

Politik

Tommy Suharto Tak Lelah Mengincar Jabatan Presiden

Tentu saja banyak orang meragukan peluang putra mantan penguasa Orde Baru itu. Mungkin dalam bayangan Tommy kalau Trump saja bisa, kenapa dia tidak?!

Obsesi Hutomo Mandala Putra menjadi presiden Indonesia sepertinya belum pupus. Partai Swara Rakyat Indonesia (Parsindo) dan Partai Berkarya, yang sebenarnya terhitung gurem, sepakat mengusung pria akrab disapa Tommy tersebut untuk maju dalam pemilihan presiden 2019.

Bukan pertama kalinya putra bungsu mantan presiden Soeharto ini dicalonkan menjadi kandidat calon presiden. Tommy hendak maju dalam pilpres 2014 melalui Partai Golkar, meski akhirnya pupus karena tidak mendapat cukup dukungan.

Iklan

Sekretaris Jenderal Parsindo Ahmad Hadari mengatakan bahwa saat ini partai tersebut sedang menggalang dukungan di seluruh provinsi dengan bantuan LSM Lumbung Informasi Masyarakat (LIRA) yang merupakan sayap dari Parsindo.

"Kami yakin, pemilu 2019 adalah pertarungan antara trah Soeharto melawan trah Sukarno di bawah Megawati Sukarnoputri, yaitu PDI Perjuangan," ujar Hadari dikutip Tempo.

Lantas bagaimana prospek Tommy dalam pilpres 2019? "Kekuatan politik Tommy saat ini sama sekali engga ada," kata pengamat politik Ray Rangkuti saat dihubungi VICE Indonesia. "Ibaratnya partai-partai pendukungnya saat ini tertinggal dari partai lain."

Menurut Rangkuti Tommy tidak memiliki kans yang cukup besar jika masih mendengungkan kejayaan sang ayah. Apalagi, Direktur Lingkar Madani Indonesia ini meyakini generasi muda pascareformasi sudah terdidik soal sejarah Indonesia. Terutama perilaku Tommy selama ayahnya masih berkuasa, serta berbagai kasus pelanggaran hukum yang membuat anak kesayangan Suharto itu dibui.

"Untuk saat ini Tommy tidak akan mendapat dukungan yang cukup. Tidak mungkinlah berhasil [untuk saat ini] butuh waktu. Dia harus membuat terobosan dan ide-ide baru melampaui situasi sekarang. Jangan hanya sekedar membangkitkan masa lalu," kata Rangkuti.

Terkait wacana kebangkitan Orde Baru, hal tersebut menurut Rangkuti tidak akan berpengaruh signifikan dalam peta politik ke depannya.

"Isu Orde Baru itu bukan hal baru. Bisa dilihat lah dulu Mbak Tutut [Siti Hardiyanti Rukmana] bikin partai, tapi sekarang ke mana? Sudah tidak terdengar lagi," ujar Rangkuti.

Rangkuti mengatakan bahwa dalam acara peringatan 51 tahun Supersemar di Masjid At Tin akhir pekan lalu, Keluarga Cendana masih memiliki kekuatan politik dan masih sanggup melakukan konsolidasi.

Tobias Basuki dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), seperti dikutip dari BBC menyatakan peringatan Supersemar tersebut selain menjadi ajang mencari dukungan bagi para calon gubernur dalam pilkada DKI, juga dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk Tommy agar dapat masuk ke panggung politik lagi.

"Tommy Soeharto kan dari dulu juga dengan segala upayanya mau masuk ke pentas politik lagi. Jadi ini konvergensi berbagai kepentingan," kata Tobias.