Serba-Serbi Meme

Ngobrol Bareng Lelaki yang Wajahnya Viral Jadi Bahan Meme di Indonesia

Aldrin Kevin tak menyangka swafoto saat meliput demo mahasiswa depan gedung DPR pada 2019, bakal berulang kali dipakai meme bertema agama. Inilah yang dia rasakan setelah jadi meme.
Pengakuan Cowok yang Wajahnya Viral Jadi Bahan Meme Agama Kristen di Indonesia
Semua foto dari arsip pribadi Aldrin Kevin.

Ketika Jakarta tengah dipanaskan demo mahasiswa dalam panji agenda #ReformasiDikorupsi pada September 2019, pemandangan yang jadi lelucon seputar tanda akhir zaman diperbincangkan sebagian warganet.

Foto yang dimaksud muncul dari salah satu ruas Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Di depan Restoran Pulau Dua, berdiri tiang tinggi tempat rambu jalan dipasang. Tentu bukan rambu ini yang bikin syok, melainkan sosok sekilas seperti Yesus duduk di sana, lengkap dengan jubah putihnya.

Iklan

Aneh kalau kejadian luar biasa itu sampai enggak ada yang motret. Tapi kisah ini berlanjut ke malam sesudah unjuk rasa 24 September, ketika influencer Twitter Willy The Kid, yang kemungkinan sedang berada di Jogja, seperti mendapat firasat. Ia mencuit, “bagaimana jika sedang asik asik demo kemudian turun Nabi Isa.” Rupanya, ada yang membalas dengan foto ikonik di Gatsu siang sebelumnya.

Foto itu menyusul kemudian tersebar di banyak postingan lainnya.

Untungnya tak ada yang netizen sumbu panas keblinger menganggapnya penistaan agama. Ya kali doi dianggap Yesus beneran. Sosok itu kemudian teridentifikasi sebagai seorang jurnalis foto yang sedang meliput demonstrasi.

Sekilas, bisa dipahami kenapa dia bisa diasosiasikan dengan simbol terpenting Umat Kristiani, mengingat doi punya rambut gondrong, wajah berewok, plus berbalut tunik putih.

Setelah twit Willy, disambung twit-twit lainnya, didukung kegemaran beberapa netizen umat Katolik yang keranjingan ngebecandain agama mereka sendiri, foto tersebut viral dan sejak saat itu, kerap diunggah berulang-ulang, sampai 2020.

Redaksi VICE menyambut lahirnya materi meme baru untuk pengguna medsos di Indonesia ini dengan sukacita dan rasa penasaran. Kami tahu, meme ditakdirkan anonim. Tak penting untuk tahu siapa pembuatnya atau dari mana asal tokohnya.

Sifat asal comot ini memang sudah inheren di setiap meme, merujuk penjelasan ahli biologi evolusioner Richard Dawkins yang mencetuskan istilah "meme" pada 1976. Dawkins bilang, "meme" adalah unit informasi budaya yang mereplikasi diri sendiri.

Iklan

"Meme internet adalah bajakan dari ide originalnya… diubah secara sengaja oleh kreativitas manusia,” ujar Dawkins dalam pidato pembuka Festival Film Cannes 2013. Maka tak heran bila selfie atau foto pribadi di medsos, yang kita anggap gambaran ideal diri di ruang maya, berisiko dibajak tanpa persetujuan si pengunggah pertama. Selanjutnya semua hal, termasuk identitas kita, tersedia di mana-mana dalam presentasi yang sudah berbeda dari niat awal.

Itu pula yang terjadi dalam viralnya sosok mirip Yesus saat demo Jakarta 2019. Namun, kali ini kami tak sanggup membayangkan jika “Yesus” versi Indonesia ini hanya muncul sekelebat, dan kami alpa mendokumentasikannya. Makanya kami menghubungi jurnalis foto yang wajahnya bakal abadi dalam dunia meme itu. Namanya Aldrin Kevin, 23 tahun, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Dia menceritakan kepada VICE apa motifnya tahun lalu duduk dengan kostum dianggap mirip Yesus di tiang penunjuk jalan, dan bagaimana rasanya sekarang malah beberapa kali jadi meme humor menyerempet tema-tema agama.

VICE: Halo Aldrin. Langsung aja ya. Gimana rasanya punya tampang yang disama-samain netizen dengan sosok Yesus?
Aldrin Kevin: Rasanya… bingung aja si gue. Soalnya gue muslim. Kaget ga tuh.

Pertama kali viral gara-gara twit siapa sih?
Awalnya si Willy. Doi ngetwit, "Gimana ya kalo lagi aksi gini ada Nabi Isa." Nah, ga lama kemudian ada akun yang nge-reply pake foto gue dari jauh sambil ngetwit, "Beneran ada, Bang."

Iklan

[Yang ngeviralin] Twitternya @loungyex, anak jurusan Sastra Belanda UI. Doi tuh yang submit fotonya, dari situ viral. Tapi kalau yang selfie tuh emang gue yang post. Gara-gara temen gue nanya sambil quote twit @loungyex, "Ini lo bukan?" Ya gue kasih aja selfie gue.

Omong-omong, teman yang nanyain foto dari jauh itu kenapa bisa mengenali wajahmu? Apa kamu udah legend dicap mirip Yesus di kampus?
Gue udah dipanggil Yesus dari 2017 [awal masuk kuliah]. Tapi cuma di lingkungan kampus, ama temen-teman yang deket aja yang ngeh. Pokoknya gue gondrong berewok udah dari 2017.  Sejak gondrong sempet banyak panggilan: ‘Coki’ [basis grup Kelompok Penerbang Roket], ‘Ello’, ‘Dave Grohl’, dan sebagainya. Nah, gue dipanggil “Yesus” gara-gara acara pesantren kilat di Puncak. Gue jalan pake tongkat karena jalanan nanjak, ama pake jaket kegedean. Anak-anak pada manggil “Yesus”, nyebar lah yang lain juga ikut manggil.

Ini juga gara-gara lingkungan kampus gue [Fakultas Hukum UI] banyak orang Batak. Mereka Kristen, tapi malah mereka yang manggil gue “Yesus” duluan. Gue enggak enak lah asli. Takut penistaan. Cuma gara-gara sekampus udah pada oke, ya jadilah gue beli kain yang gue pake itu buat foto angkatan. Pas demo, gue bawa lagi kain itu buat nutupin muka kalau kena gas air mata. Makanya ada kain tersebut.

Itu kain sejenis selendang gitu? Atau handuk?
Kain ihrom, yang buat haji.

Hahahaha. Jadi sekarang udah di tahap nyaman sama panggilan Yesus?
Mau gimana lagi. Aslinya gue tuh rada segan dijuluki Yesus.

Iklan
14CE9926-EAE4-4FDA-A112-26DFE6810399.jpg

Aldrin yang kini tak lagi berewok. Foto dari arsip pribadinya.

Kenapa sih kamu memutuskan gondrong dan berewok?
Gue enggak nemu potongan rambut yang bagus. Dari SD gue udah pengin gondrong, soalnya kalau rambut gue pendek, gue jabrik. Sementara berewok gue cepet banget numbuhnya. Males gue nyukurnya. Sakit. Jadi gue biarin aja. Sekalian buat self defense juga. Gue suka pulang malem, biar keliatan sangar aja.

Di Twitter ada cewek ngetwit kalau dia senang banget bisa ketemu kamu sampe minta foto bareng segala. Sering enggak sih kejadian orang ngenalin dan minta foto gini?
Minta foto bareng paling banyak. Jadi sekarang gue lagi magang lagi wartawan foto untuk media musik. Nah, yang lo tunjukin itu kejadiannya di Synchronizefest. Ada mbak-mbak nyamperin gue, "Lo yang Yesus itu kan?" Yaudah, gue dipeluk trus diajak foto.

Viral sebagai meme mulai ada efeknya ke karier ga sih? Semisal bikin dapat banyak job atau Le Citoyen jadi semakin dikenal? (Le Citoyen adalah media dan agensi foto kolektif-swadaya yang didirikan Aldrin dan teman-temannya di Fakultas Hukum UI)
Job mah gini-gini aja, wkwkwk. Gue juga enggak mau menggunakan penampilan mirip Yesus buat bikin video endorse atau apa gitu. Enggak sopan aja, masa Tuhan malah gue monetize.

Kalau Le Citoyen, alhamdulillah views-nya gede waktu tanggal 24 September 2019. Cuma ya pada dasarnya Citoyen bukan gue bosnya dan Citoyen dipegang sama sesama mahasiswa, jadi labil gitu. Gue bisa bilang kalau [viral] Yesus-Yesus-an gini ga bawa duit sepeser pun. Oh iya, gue kebetulan road manager band Vvachrri. Kemarin udah submit single buat di-review ke kolom Soundcheck VICE, cuma belum di-review.

Iklan

Hahahaha, dialog ini Aku masukin ke artikel ya.
Hehe, silakan. Kali aja ada media yang nyari pewarta foto atau stage photographer.

[Tahun lalu, kepada Hai Aldrin sempat menggambarkan momen ia disangka Yesus itu seolah komedi di tengah demo. Dia terpaksa memanjat rambu, karena wartawan lain berkumpul di jembatan penyeberangan. “(Setelah di atas rambu]) Gue liat beberapa orang ada yang ngeliatin gue terus bikin gestur kayak berdoa. Isenglah gue angkat tangan, eh pada bersorak ama tepuk tangan.” Foto esai demo Jakarta jepretan Aldrin selama demo, berjudul “Terdampar di Pulau Dua”, bisa dilihat di sini.]

Gimana rasanya jadi saksi demo mahasiswa terbesar sesudah 1998?
Gue sih terkesan. Jarang liat mahasiswa dari berbagai kampus turun sebanyak ini. Gue seneng bisa liat temen-temen mahasiswa sekompak ini, meskipun jujur main ngerusak properti dan memancing rusuh tuh gue ga mau. Tapi kalau telanjur ya mau gimana. Moga-moga demo tahun lalu ga cuma aksi sesaat, ga cuma euforia, apalagi malah lebih mengenang aksi Yesus-Yesus-an dibanding tuntutan #ReformasiDikorupsi.

Jadi materi meme bikin kamu trauma ga?
Yang gue rasa bukan trauma, tapi segan ke umat Kristen karena malah jadi meme. Sejauh ini meskipun belum ada protes keras tapi gue mohon maaf kalau ada salah dalam bertindak. Gue juga enggak nimbrung kalau ada jokes di medsos tentang hal yang ada di Alkitab, gue enggak ngerti soalnya.

Ada saran untuk orang lain yang barangkali kelak nasibnya seperti kamu jadi bahan meme?
Saran gue: jadi meme menurut gue pribadi bukan hal yang membanggakan. Setelah gue ga berpenampilan seperti Yesus, apakah orang tetep memuji gue? Sensasi internet ga bakal tahan lama, jadi gue harap gue lebih dikenal lewat karya foto gue, bukan foto muka gue. Tapi ya udah, kalau terlanjur jadi meme, nikmatin aja. Yang ada di dunia maya cukup diketawain. Pokoknya jangan terlalu terlena dengan apa yang ada di dunia maya.