Senjata Nuklir

Potensi Kekuatan Korea Utara: Punya 60 Bom Nuklir dan 5.000 Ton Senjata Kimia

Militer Amerika Serikat menduga Korea Utara memiliki simpanan senjata kimia ketiga terbesar di dunia.
Korea Utara Punya 60 Bom Nuklir dan 5.000 ton Senjata Kimia
Foto ini dirilis oleh media pemerintah Korea Utara Korean Central News Agency (KCNA) pada 24 Maret 2016. Fotonya menunjukkan peluncuran roket multiple tipe large-caliber baru di suatu tempat yang dirahasiakan. Foto: KCNA/KCNA via KNS/AFP

Berdasarkan laporan yang diterbitkan Markas Besar Angkatan Darat Amerika Serikat pada Juli 2020, Korea Utara diperkirakan menyimpan setara 60 hulu ledak nuklir yang dapat dipasangkan ke peluru kendali (rudal) jarak jauh.

Diberi judul “North Korean Tactics”, laporan tersebut menguraikan operasi tempur, taktik fungsional, dan struktur militer negara paling tertutup sedunia ini. Korut disebut-sebut sebagai negara dengan penyimpanan senjata kimia terbesar ketiga di dunia—jumlahnya sekitar 2.500-5.000 ton— serta memiliki 20-60 bom nuklir “dengan kemampuan produksi enam hulu ledak nuklir tiap tahunnya.”

Iklan

Angkatan Darat AS menuduh rezim Kim Jong-un ingin menjaga posisi tawar di politik internasional, sehingga enggan serius melucuti senjata nuklir mereka. Dari laporan intelijen, Kim Jong-un dikabarkan tidak mau bernasib sama seperti Muammar Gaddafi, pemimpin Libya yang digulingkan pemerintahannya dan tewas dibunuh pemberontak, setelah menyerahkan senjata nuklirnya pada 2003.

“Korea Utara menjadikan ancaman serangan nuklir sebagai cara menakut-nakuti negara lain yang ingin mengubah rezim di negara tersebut,” demikian kutipan dari laporan militer AS tersebut.

Angkatan Darat AS menambahkan Korut “sudah lama menjalankan program senjata kimia yang mampu menghasilkan zat pengganggu saraf, darah, pelepuh dan pencekik pernapasan”, termasuk zat beracun sarin. Tak hanya itu saja, ada “kemungkinan besar” Pyongyang menggunakan peluru artileri dilapisi zat kimia beracun.

Korea Utara tidak menandatangani Konvensi Senjata Kimia PBB, traktat yang melarang produksi, penyimpanan dan penggunaan senjata kimia untuk tujuan perang.

Angkatan Darat AS khawatir negara ini “menjadikan antraks dan cacar sebagai senjata” yang dapat dipasang pada rudal dan digunakan untuk menyerang musuh seperti AS, Jepang, atau Korea Selatan. Tercatat seorang pembelot yang merupakan tentara Korut baru-baru ini diberi vaksin antraks.

Laporannya melanjutkan, “Satu kilogram antraks dapat membunuh 50.000 warga Seoul.”

Korea Utara juga dipercaya telah meningkatkan kemampuan perang siber mereka, dan memiliki lebih dari 6.000 peretas yang sebagian besar berada di luar negeri.

Iklan

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) menyusun laporan serupa pada Juni lalu, memperkirakan Korea Utara memiliki 30 hingga 40 hulu ledak nuklir. Sementara Mantan Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myong-gyon memperkirakan pada 2018, Korut menyimpan 20-60 senjata nuklir.

Laporan ini muncul di tengah negosiasi AS dan Korut terus menemui jalan buntu. Pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Kim Jong-un—yang berlangsung dua kali pada 2018 dan 2019—tak kunjung menghasilkan kesepakatan.

Utusan khusus Korea Utara mengatakan Desember tahun lalu, mereka tak lagi mempertimbangkan denuklirisasi, sehingga diskusi dengan Amerika sudah tidak diperlukan.

Kim Jong-un mengungkapkan awal tahun ini bahwa Korea Utara mungkin bakal melanjutkan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh, berhubung dia tak lagi merasa terikat oleh moratorium yang dibuat untuk meningkatkan hubungan baik dengan AS.

Amerika Serikat beberapa kali menyatakan kesiapannya untuk kembali berdialog dengan Korut, bahkan setelah negara itu meledakkan kantor penghubung dengan Korsel dua bulan lalu.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.