FYI.

This story is over 5 years old.

dunia penerbangan

Thai Airways Larang Penumpang Bertubuh Besar dan Pembawa Bayi Memasuki Kelas Bisnis

Maskapai Thai Airways mengatakan bahwa penumpang yang dilarang menggunakan kelas bisnis harus terima duduk di kelas ekonomi pesawat barunya.
via Wikimedia Commons

Pernyataan Thai Airways yang melarang penumpang bertubuh besar dan pembawa bayi dari kelas bisnis menuai kemarahan penumpang dan penduduk Thailand. Aktivis terkemuka asal Thailand, Srisuwan Janya, mengancam akan melaporkan maskapai ke pengadilan dan menganggap kebijakan baru ini telah “melanggar undang-undang” dan bersifat “diskriminatif.”

Namun, direktur keamanan dan standar penerbangan Thai Airways, Letnan Penerbang Prathana Patthanasiri, mengatakan bahwa kebijakan dibuat demi keamanan penumpang di pesawat baru mereka, Boeing 787-9.

Iklan

Seperti yang dilansir dari surat kabar Bangkok Post, tampaknya kursi di kelas bisnis pada pesawat “Dreamliner” ini tidak dirancang untuk penumpang dengan lingkar pinggang yang melebihi 142 sentimeter, karena sabuk pengaman akan menghalangi penempatan kantong udara dan bisa menyebabkan bahaya saat keadaan darurat jika dipanjangkan.

Maka perubahan kebijakan ini, yang pertama kali diumumkan minggu lalu, membuat standar keselamatan dan keamanannya sesuai dengan Federal Aviation Administration AS.

Sayangnya, para pelancong yang terbang menggunakan Thai Airways dan tidak sesuai dengan peraturan hanya bisa duduk di kelas Ekonomi. Kedua pesawat terbang Dreamliner beroperasi di Bangkok dengan rute penerbangan ke Auckland dan Tapei.

Thai Airways bukan maskapai pertama yang melarang penumpang dari kursi standar karena alasan keselamatan. Tahun lalu, Jetstar mulai membebankan biaya tambahan sekitar Rp412-687 ribu kepada orang tua yang membawa bayi untuk penerbangan domestik dan luar negeri. Sayangnya, maskapai Thai Airways bernasib buruk dan kecaman publik datang saat masa-masa sulit mereka, yang mengumumkan bahwa mereka mengalami penurunan keuntungan sebesar 30 persen bulan lalu. Mereka mengatakan bahwa defisit disebabkan oleh biaya bahan bakar yang mahal dan meningkatnya pengangkutan penumpang.

Jangan lupa ikuti Millie di akun Twitternya.