Tren Makeup

Di Balik Tren Warna-Warni Neon Eyeshadow: Ada Dugaan Risiko Kesehatan Buat Mata

BPOM-nya Amerika Serikat menyatakan kandungan eyeshadow warna-warni berisiko memicu alergi hingga iritasi area mata. Beauty vlogger Indonesia maupun mancanegara terbelah soal isu ini.
Di Balik Tren Warna-Warni Neon Eyeshadow: Ada Dugaan Risiko Kesehatan Buat Mata
Foto Sophie Turner saat met gala mengenakan riasan neon eyeshadow [kanan] foto oleh Angela Weiss/AFP; Niki Zefanya dengan riasan yang sama dari arsip Instagramnya.

Kayaknya setahun belakangan banyak banget influencer yang berbondong-bondong menjajal makeup neon look. Tentu saja, aku ikutan tertarik mencobanya sendiri. Waktu itu, aku eksperimen pakai lipstik yang warnanya pink terang banget. Pas naik taksi, sopirnya komentar "Mbaknya mau karaokean ya?" Hmm dunia ini memang kurang adil. Coba aja yang pake lipstik cerah kayak gitu Pevita Pearce atau Dian Sastro, pasti langsung dikira mau ke Fashion Week.

Iklan

Bisa dibilang 2019 adalah tahunnya riasan dengan warna-warni cerah ala pelangi. Pinterest bahkan menyatakan pencarian "neon eyeshadow" melonjak 842 persen selama beberapa bulan terakhir. Bagi penggemar neon look, terutama Gen Z, warna cerah memang menjadi simbol kebebasan berekspresi dan juga kebahagiaan. Tetapi apa kalian bakal tetap pakai makeup tersebut kalau ternyata belum terbukti aman buat mata kalian?

Makeup “berani” macam ini belum banyak dijual di outlet-outlet besar Indonesia. Tapi gampang banget kok menemukan jasa titip (jastip) makeup yang memasoknya buat orang Indonesia, hanya dalam beberapa menit googling. Brand luar yang persis digunakan oleh beauty guru internasional juga gampang banget dicari di marketplace online.

Popularitas Akun instagram seperti @beautybloggersindonesia membuktikan banyak sekalimakeup enthusiastlokal yang tertarik membeli produk makeup neon, tanpa harus pergi ke negara asal brand-nya di Amerika Serikat.

Persoalannya, ada kabar buruk untuk kalian yang sedang tertarik banget menjajal makeup neon. Badan Pengawas Obat, Kosmetik, dan Makanan (FDA) Amerika Serikat menyatakan kosmetik macam neon eyeshadow masih diragukan keamanannya untuk konsumen. Seperti dilansir Refinery29, FDA menyatakan kelopak mata adalah area yang sangat peka. Dikhawatirkan bahan-bahan dalam makeup neon rentan memicu reaksi alergi, iritasi, atau cedera lain di area mata.

FDA hingga saat ini masih melarang penggunaan beberapa warna neon pada produk mata. Namun tak semua otoritas kosmetik bersikap serupa. Daftar produk yang dilarang FDA masih diizinkan untuk dijual di Uni Eropa. Salah satu kontroversi mencuat, saat bea cukai AS menolak impor produk Lip Contour Duo Hudabeauty pada 2017. Pada saat itu memang produk tersebut secara legal dapat dijual di Eropa, namun tidak di Negeri Paman Sam.

Iklan

Untuk brand global yang juga ingin menjual produknya ke AS akhirnya mereka hanya dihadapkan pada dua pilihan. Mengubah formula mereka untuk pasar AS, atau membuktikan pada FDA bahwa bahan yang mereka gunakan itu aman untuk area mata. Namun menurut Susan Raffy, ahli kimia kosmetik, beberapa warna tidak bisa dicapai dengan "hanya" memakai produk yang dilegalkan oleh FDA.

Salah satu dilemma lain adalah meroketnya tren standar no animal cruelty. Dalam salah satu videonya beauty guru internasional Jeffree Star mengatakan tidak akan menggunakan carmine, pewarna alami merah hasil gilingan kumbang. Sehingga alternatif satu-satunya untuk membuat pigmen mata berkualitas hanyalah pewarna buatan.

Berbagai brand kecantikan global akhirnya membuat pilihan mereka sendiri, menjual dengan peringatan pada konsumen. Namun belum semua brand makeup bersedia terbuka dan atau terang-terangan mencantumkan peringatan soal risiko kesehatan tersebut.

Blog kecantikan Musings of A Muse dan Estee Laundry mengungkapkan keprihatinan mereka pada transparansi brand makeup. Pada unggahan instagramnya, akun Estee Laundry menanyakan pendapat pengikutnya mengenai peringatan "tidak aman untuk penggunaan area mata" bagi palette Neon Obsessions Palette Hudabeauty.

Blog kecantikan Muse juga menunjukkan bagaimana peringatan tersebut ternyata memang tercetak. Namun peringatan tersebut terletak dalam label ganda yang hanya akan terlihat kalau dikelupas labelnya. Selain itu, diksi yang digunakan juga tidak lagi menggunakan kata "eyeshadow", melainkan "pressed pigments". Sehingga tidak ada sama sekali kesan pemakaian di area mata dalam frasa tersebut.

Iklan
1572427962978-hahahaha

Sumber foto dari sini.

Brand terkenal lain seperti Colourpop, Anastasia Beverly Hills, serta Jeffree Star Cosmetics juga menggunakan frasa yang sama untuk mendeskripsikan produk mereka. Beberapa brand memilih jujur, dengan spesifik menuliskan peringatan bahwa beberapa warna produk mereka tidak aman untuk digunakan di area mata.

Angelia Carissa, visual artist yang dikenal berkat akun instagram @njiecw, mengakui perlu riset yang belum mendalam akan efek samping pressed pigments membuat orang yang hobi makeup. Namun menurutnya risiko sampingan adalah hal yang pantas dipertaruhkan. "Memang sih karena belum ada riset jadinya risky, tapi worth it kalau memang hobi," ujarnya pada VICE. Angel merasa hingga saat ini risiko-risiko yang disampaikan FDA belum ada sedikit pun ia alami sendiri.

Meski begitu, Angel mengaku akan lebih memilih brand yang terbuka menjabarkan risiko penggunaan produk mereka. "Misalnya dulu itu ada brand yang shady, enggak transparan sama pelanggan. Nah kalau yang itu kan serem. Jadi aku lebih memilih perusahaan yang transparan dan mengingatkan pelanggan kalau apapun yang kamu lakukan itu nanti resikonya ada dan akan ditanggung sendiri," urainya.

Efek samping pressed pigments yang mulai disuarakan oleh komunitas makeup enthusiast adalah noda tersisa pada kelopak mata. Namun FDA tidak menjamin itu adalah satu-satunya efek samping yang dapat terjadi kedepannya. Hingga saat ini memang FDA belum menerima keluhan publik dari masyarakat terkait palette makeup yang dibahas saat ini. Kambiz Silani, dokter mata asal Los Angeles, mengaku lebih khawatir bila bahan-bahan yang menciptakan warna neon dapat terserap lewat kulit mata yang tipis dan sensitif.

"Pewarna tambahan neon memerlukan riset tambahan untuk membuktikan bahwa memang bahan tersebut aman dan tidak akan menimbulkan reaksi apa-apa," kata Silani.

Di tengah praktik industri yang berbeda-beda itu, tampaknya pilihan yang tersisa tinggal satu: konsumen harus cerdas. Pembeli seharusnya mendapat informasi setransparan mungkin dari produsen makeup, dan sisanya terserah pada mereka. Tanpa transparansi, maka warna-warni makeup neon justru memunculkan sisi gelapnya yang membahayakan konsumen.

Elisabeth Glory Victory adalah vlogger sekaligus penulis lepas. Dia bermukim di Surabaya. Follow dia di Instagram.