The VICE Guide to Right Now

Sekolah di India Ini Membiarkan Muridnya Membayar Uang Sekolah dengan Mendaur Ulang Plastik

Inisiatif ini bertujuan mengatasi masalah lingkungan sekaligus mendorong keluarga setempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Gavin Butler
Melbourne, AU
Kids at Akshar Forum school recycling plastic
Image via YouTube/The Quint (L) and YouTube/Gulf News (R)

Sekolah di India kini menerima bayaran biaya sekolah dalam bentuk limbah plastik. Akshar Forum, sekolah kecil untuk anak-anak kurang mampu di desa Pamohi, Guwahati, didirikan pada 2016 dengan tujuan melatih muridnya “mencari nafkah dengan bertanggung jawab pada pemerintah,” lapor Homegrown. Sejak enam bulan lalu, tanggung jawab ini bentuknya adalah program daur ulang yang mendorong murid-murid untuk mengumpulkan dan menyortir sampah plastik kering di wilayah tersebut.

Iklan

Sekarang, sebagai cara menangani masalah lingkungan sekaligus sarana mendorong keluarga setempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka, Akshar mengizinkan muridnya membayar dengan sampah plastik yang mereka kumpulkan.

“Kami ingin membangun sekolah gratis untuk semua orang. Kami mendapatkan ide setelah menyadari masalah-masalah lingkungan dan sosial yang menimpa daerah ini,” kata Parmita Sarma, pendiri Akshar, kepada The Better India. “Saya masih ingat, dulu kelas kami penuh asap beracun setiap kali ada yang membakar sampah plastik dekat sekolah. Di sini, membakar sampah plastik agar tubuh tetap hangat sudah menjadi norma. Kami ingin mengubah itu dan mendorong murid-murid kami membawa sampah plastik ke sekolah sebagai bayaran iuran bulanan.”

Inisiatif ini bertujuan “melatih murid mengenal cara menjalani hidup ramah lingkungan,” menurut wakil presiden sekolah ini, Priyongsu Borthakur, sembari juga memberi kesempatan kepada anak-anak kurang mampu untuk bersekolah tanpa beban finansial. Di Pamohi, banyak keluarga mempekerjakan anak-anaknya di tambang demi menghasilkan beberapa rupee setiap hari. Akshar menawarkan solusi terjangkau dan ramah lingkungan, dan tetap “membayar” waktu anak-anak ini.

“Di tambang, anak-anak ini hanya menghasilkan Rs 150-200 (Rp 30 ribu - 40 ribu) per hari,” tegas Parmita. “Kami tidak mampu menggantikan penghasilan tersebut, oleh karena itu kami mengusulkan model bimbingan peer-to-peer, di mana anak-anak yang lebih tua membimbing anak-anak muda. Sebagai imbalan, mereka dibayar dengan uang mainan yang dapat ditukar di toko untuk membeli cemilan, mainan, coklat, dst.”

Iklan

Selain itu, Akshar berharap bisa mendidik komunitas setempat mengenai risiko kesehatan dan lingkungan yang disebabkan pembakaran plastik, dan mendorong warga setempat, tua atau muda untuk ikut mendaur ulang.

“Selama musim dingin, sebagian besar keluarga menciptakan api menggunakan sampah plastik sebagai sumber kehangatan,” kata Partima. “Kami terkejut melihat ini dan memutuskan untuk mendidik komunitas mengenai bahaya dari membakar plastik,"

“Sejauh ini tanggapannya baik, banyak keluarga berpartisipasi dalam inisiatif pendauran ulang ini, dan mereka rela memajang peringatan di depan rumah dan toko mereka demi meningkatkan kesadaran.”

Ikuti Gavin di Twitter atau Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.