Panduan Menyelami Album-Album Nine Inch Nails Untuk Pemula

FYI.

This story is over 5 years old.

Panduan Noisey

Panduan Menyelami Album-Album Nine Inch Nails Untuk Pemula

Menyematkan predikat industrial pada musik Nine Inch Nails hanya menyempitkan eksplorasi musikal mereka yang amat luas. Menjelang ulang tahun yang ke-30, kami tulis bagi anda sebuah panduan untuk mendengarkan NIN.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Entah Nine Inch Nails dikualifikasikan sebagai band industrial atau tidak masih menjadi salah satu perdebatan musik terbodoh. Dicaci maki oleh purist anakronistik yang beberapa dekade kemudian masih sewot bagaimana genre musik kesukaan mereka semakin menjauh dari asal usulnya yang kasar, Trent Reznor sibuk memulai keterlibatannya dengan kancah musik independen Chicago. Terbukti bahwa namanya masuk ke dalam kredit label Pigface dan Revolting Cocks. Namun sebagai otak dari salah satu band paling sukses yang pernah diasosiasikan dengan industrial, dia masih sering diacuhkan oleh scenester modern yang mungkin tidak akan pernah mendengar banyak band EDM kesukaan mereka apabila bukan karena jasa Reznor.

Iklan

Ah tapi masa bodoh dengan mereka. Dengan dua album yang pernah memuncaki Billboard 200 dan tiga album pemenang multi-platinum RIAA, Nine Inch Nails (disingkat NIN oleh penggemar mereka) jelas sudah berhasil menangkap audiens yang lebih luas yang mampu mengapresiasi. Biarpun Reznor sudah pernah berkolaborasi dengan legenda macam Adrian Belew, Dr. Dre, dan Adrian Sherwood, NIN sebagian besar tetap menjadi perwujudan visinya seorang: intim, gelap, dan apokaliptik. Kini tampil sebagai sebuah unit band live, NIN merupakan sebuah grup ambisius, menghasilkan sound yang bisa mengisi ruang besar yang biasa digunakan oleh pop star dan tim sepakbola.

Istilah industrial yang sangat sempit membatasi dan mengecilkan cakupan dan kualitas musik Reznor. Biarpun dia tidak akan pernah dielu-elukan seperti misalnya Radiohead yang mengulik ulang sebuah genre tapi tetap berhasil menarik audiens mainstream, tetap saja katalog mereka tergolong besar seiring semakin matangnya NIN. Btw mereka akan merayakan ulang tahunnya ke 30 tahun depan. Dalam rangka menyambut peristiwa penting ini, rasanya pas untuk mencoba memandu kamu memasuki diskografi NIN.

NIN versi Heavy Metal

Dua puluh lima tahun yang lalu, musik industrial berubah. Perilisan Broken EP menangkap semangat kasar dari kancah musik alternatif subversif dan melemparnya ke wajah anak-anak suburban Amerika. Setelah intro bergantian antara statis dan drum, single “Wish” meledak seperti bom lewat baris lirik pertamanya—this is the first day of my last days—dan riff kompong yang meledak menjadi chorus metal epik. Diambil dari video panjang yang sempat dilarang karena menampilkan pembunuhan yang sadis, video klip lagu ini menampilkan NIN dikurung dan menggeliat sambil dikelilingi segerombolan neo-neandertal yang berusaha masuk dan mencabik band. Pemandangan ini tergolong ekstrem, bahkan bagi standar MTV Headbangers Ball di saat itu, dan akhirnya menjadi fondasi NIN untuk merobek masuk ke dalam dunia musik arus utama. Nuansa sadomasochistic dari Broken dan versi remix Fixed bukanlah ide baru dalam metal ataupun musik secara umum. Namun jarang sekali metafor macam ini ditampilkan sangat terang-terangan, seperti dalam “Happiness In Slavery.” Meneruskan elemen seksualitas tersebut, The Downward Spiral (1994) dibuka dengan bunyi orang dipukuli sebelum masuk ke tembang ngeri “Mr. Self Destruct.” Direkam di bekas rumah korban Charles Manson, Sharon Tate, lagu nihilistik macam “Heresy” dan “Reptile” memberikan nuansa teror seiring NIN memasukkan elemen musik metal seperti gitar solo serampangan.

Iklan

Namun semua permainan gitar brutal ini hanyalah topeng bagi rasa sakit, dilengkapi dengan lirik pengakuan yang jujur. Tidak dikenal sebagai genre yang puitis, heavy metal tidak pernah terdengar segitu anggunnya seperti di lagu “The Becoming.” Biarpun album-album akhir NIN mengurangi agresi ini, nampaknya NIN selalu meninggalkan cukup ruang untuk bisa kembali ke ranah ini.

Playlist: "Wish" / "Mr. Self Destruct" / "The Idea Of You" / "Last" / "Heresy" / "Survivalism" / "Somewhat Damaged" / "March Of The Pigs"

Spotify | Apple Music

NIN versi New Wave Nakal

Sama seperti leluhur genre industrial Ministry, NIN juga tidak memulai karir sebagai band industrial. Mengambil pengaruh dari new wave dan new romantic seperti Adam Ant, Depeche Mode, dan Gary Numan, Reznor mengikuti jejak synthpop yang ditinggalkan oleh album goth penuh groove With Sympathy (1989) oleh Al Jourgensen di album penuh debut NIN, Pretty Hate Machine.

Biarpun New Wave sering mendapat stereotip menampilkan sound yang terang namun artifisial, ada rasa kegelapan sejati yang ditampilkan band-band terbaik genre ini. Tubeway Army yang dipimpin Numan merupakan saraf penyambung antara glam dengan new wave, dan koneksi antara dua tembang mereka “Are Friends Electric” dan “Down In Park” bisa disandingkan dengan “Closer” dan “Every Day Is Exactly The Same” milik NIN. Biarpun Reznor tidak memiliki kualitas vokal Dave Gahan atau keunikan Robert Smith dari The Cure, dia bisa menyajikan vokal murung glamor seperti mereka di lagu “Sanctified.”

Iklan

Bahkan seiring karir Reznor masuk ke abad 21, apresiasi nostalgia bagi sound elektronik murni di masa mudanya tidak pernah pudar. Dalam beberapa tahun terakhir, synthesizer semakin diberikan peran besar terutama di single “Copy Of A” dan “Dear World.”

Playlist: "That's What I Get" / "Less Than" / "Copy Of A" / "Every Day Is Exactly The Same" / "Dear World" / "The Wretched" / "Closer" / "Sanctified"

Spotify | Apple Music

NIN Versi Arena Rock Aggro

Kalau pertama kali kamu nonton NIN manggung kamu sedang memegang gelas cocktail di acara festival musik korporat AS seperti Coachella, kemungkinan besar kamu lebih menyukai materi rock mereka. Elemen hard rock mulai masuk ke dalam musik NIN di album dobel The Fragile, tapi menjadi inti sound mereka di album comeback 2005, With Teeth. Gitar memang selalu berperan besar dalam diskografi Reznor, tapi sound gitar tebal seperti di lagu “The Collector” dan “The Hand That Feeds” terdengar berusaha menandingi imej Treznor yang semakin berotot.

Setelah bertahun-tahun menakuti penonton stadium dengan bebunyian mengerikan, album yang lebih mudah dicerna With Teeth dan album distopian berikutnya Year Zero mencerminkan kematangan mereka sebagai seniman yang sudah berumur 40-an. Bahkan komposisi penuh nuansa seperti “The Beginning Of The End” dan “1.000.000” menawarkan kedalaman sonik dan kejutan, jauh dari musik rock membosankan ala Nickelback KW. Apabila kamu hapus lapisan distorsi gitar and nuansa indie artsynya, maka akan terdengar materi lagu-lagu yang lebih keras. Contohnya: Hesitation Marks yang menelorkan pendekatan angular di lagu “Everything.”

Iklan

Playlist: "1,000,000" / "The Collector" / "The Beginning Of The End" / "We’re In This Together" / "Everything" / "Discipline" / "The Hand That Feeds" / "Where Is Everybody"

Spotify | Apple Music

NIN Versi ‘Sensitif’

Mengingat kecenderungan diskografi NIN yang penuh dengan kekerasan, rasanya tidak mungkin mendengar Reznor menyanyikan lagu ballad. Namun nyatanya “Something I Can Never Have” menyediakan perkenalan yang memuaskan ke sisi sensitif band ini.

Dipimpin oleh vokal rentan Reznor, lagu-lagu berikut menunjukan sensitivitas tafakur yang biasanya terendam dalam bebunyian gitar dan elektronik. Hampir semua album penuh NIN mengandung paling tidak satu lagu sensitif. Saking kuatnya materi ballad mereka, NIN tidak ragu-ragu memilih “The Day The World Went Away”, tembang tanpa drum, sebagai single utama The Fragile, langkah nekat mengikuti jeda lima tahun paska perilisan The Downward Spiral. Lagu ini sempat duduk di posisi 17 Billboard Hot 100 single, prestasi komersi tertinggi mereka.

Tidak mengherankan bahwa lagu-lagu ini digunakan sebagai masa istirahat dari lagu-lagu agresif mereka dalam set manggung. Tembang klasik mereka, “Hurt” masih menjadi yang paling ditunggu, menjadi bukti bahwa musik NIN bersifat abadi. Saking bagusnya, sampai-sampai lagu ini dicover oleh The Man In Black, Johnny Cash.

Playlist: "Something I Can Never Have" / "Right Beside You In Time" / "Find My Way" / "The Fragile (Still)" / "The Day The World Went Away" / "The Great Below" / "Lights In The Sky" / "Hurt (Live)"

Iklan

Spotify | Apple Music

NIN Versi Ambient Moody

Sama seperti musisi industrial Graeme Revell dari SPK, Reznor berhasil bertransisi menjadi pencipta soundtrack. Bahkan sebelum menjadi sosok kepercayaan sutradara David Fincher selain Atticus Ross, keahlian Reznor dalam menciptakan desain sound yang evokatif sudah terdengar dalam dan diluar materi NIN, mulai dari tembang droney berpiano “Another Version Of The Truth” dan shoegaze lembut “Beside You In Time” hingga score untuk video game PC, Quake. Ketika mendengarkan tembang cantik “A Warm Place,” sulit rasanya untuk tidak melihat perbandingan antara Reznor dengan pelopor musik ambient, Brian Eno.

Kamu yang ingin merajuk harus mendengarkan Ghost I-IV, koleksi berdurasi dua jam berisikan track instrumental orisinil. Biarpun beberapa materi di sini mengingatkan kita akan materi NIN yang berorientasi lagu, banyak dari mereka menampilkan nuansa tenang dan tenteram. Biarpun biasanya dianggap sebagai materi bagi penggemar berat, ini bisa saja menjadi titik masuk yang paling halus ke dalam dunia sonik Reznor yang luas.

Playlist: "A Warm Place" / "13 Ghosts II" / "Another Version Of The Truth" / "Beside You In Time" / "Hand Covers Bruise" / "30 Ghosts IV" / "Adrift & At Peace" / "Videodrones; Questions"

Spotify | Apple Music

Colek Gary Suarez di Twitter.