FYI.

This story is over 5 years old.

Otak Manusia

Kira-Kira Seperti Inilah Wujud Kesadaran Manusia

Ilmuwan berhasil memetakan neuron raksasa tikus lewat citra 3D yang diharap bisa menjelaskan cara kerja otak manusia.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Melalui teknik rekonstruksi 3D termutakhir, ilmuwan berhasil memetakan neuron panjang yang melingkupi seluruh bagian luar otak tikus. Neuron adalah sel pembawa pesan yang menjadi dasar beroperasinya syaraf. Neuron panjang yang membungkus selaput terluar otak ini sekilas tampak seperti sebuah "mahkota duri." Penemuan ini diharapkan bisa menjelaskan bagaimana proses fisik yang terjadi dalam otak untuk memproduksi kesadaran.

Iklan

Neuron yang mirip mahkota ini, salah satu dari tiga neuron, bermula dari claustrum, sebuah lapisan sel tipis yang digadang-gadang sebagai tempat kesadaran manusia dan tikus. Yang menarik, nueron ini merentang, mengitari bagian terluar otak tikus. Bersama neuron lain yang bermula dari Claustrum, neuron panjang ini menghubungan bagian luar otak yang menerima informasi sendiri dan mengatur perilaku tikus. Dugaan yang muncul:nueron ini menghubungkan semua bagian otak yang memproses input dan output serta menghasilkan apa yang kita pahami sebagai kesadaran

Lantas muncul pertanyaan: bagaimana loncatan-loncatan neuron dalam otak, sebuah proses yang pelik namun terbatas bisa menghasilkan sesuatu yang sekompleks pengalaman manusia? Filsuf, pakar syaraf dan ahli-ahli di bidang lainnya sudah sejak dulu berusaha menjelaskan hal ini. Meski begitu, kita toh belum sampai pada jawaban yang memuaskan. Malah, ada perdebatan sengit tentang apakah kegiatan fisik yang terjadi di otak pada akhirnya menghasilkan kesadaran. Tentu saja, perdebatan macam ini bisa bikin kita pusing tujuh keliling. Jadi, keberhasilan memetakan kompleksitas otak setidaknya bisa memperluas pemahaman kita dalam lanskap neurologi, kendati kita masih jauh dari pemahaman menyeluruh tentang kerja otak.

Dalam tubuh manusia, Claustrum adalah adalah salah satu bagian paling padat dalam otak. Tak mudah untuk menyusuri tiap nueron yang berasal dari sana. Imbasnya, kita belum bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana neuron-neuron ini bekerja. Kasusnya berbeda pada tikus, Claustrumnya hanya terdiri dari beberapa tipe sel hingga mudah untuk diteliti secara menyeluruh. Sebelumnya, para peneliti harus menyuntikan pewarna pada salah satu sel. Setelah itu, mereka mengiris tipis-tipis otak tikus (makanya yang digunakan otak tikus). Dengan mengikuti jejak pewarna dalam tiap irisan, peneliti bisa pergerakan sel hampir ke seluruh bagian otak.

Teknik terbaru membutuhkan proses rekayasa genetika pada tikus sehingga obat yang diberikan pada tikus merangsang aktifnya gen tertentu dalam Claustrum.  Tikus dalam percobaan ini diberi obat dalam dosis rendah guna merangsang protein hijau dalam Claustrum. Otak tikus kemudian diiris tipis selama 10.000 irisan sebelum kembali disusun lagi lewat sebuah program komputer guna menciptakan sebuah model rekonstruksi tiga dimensi.

Gambar yang dihasilkan sangat mencengangkan meski belum bisa digunakan untuk membuktikan apa-apa. Rafael Yuste, seorang pakar biologi syaraf di Columbia University,  New York City, dalam keterangannya pada Nature mengatakan bahwa teknik ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi berbagai macam tipe sel dalam otak dalam usaha kita mengenali fungsi tiap sel tersebut. "Prosesnya mirip seperti menerjemahkan sebuah bahasa tanpa mengerti alfabetnya." Dan temuan terbaru ini mendekatkan kita pada penemuan alfabet itu.